Oleh: Jon Darmawan, S.Pd., M.Pd
Teka teki siapa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) terjawab sudah. Presiden Jokowi mempercayakan anak muda berprestasi untuk membawa pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik dan lebih maju. Anak muda 35 tahun yang berhasil membangun perusahaan tranportasi berbasis aplikasi Gojek, Nadiem Anwar Makarim telah resmi dilantik sebagai Mendikbud Kabinet Indonesia Maju periode 2019 – 2024.
Tidak sedikit yang terkejut dan bahkan mengkritik keputusan Jokowi mengangkat Nadiem Makarim sebagai Mendikbud. Mereka menyangsikan kemampuan Nadiem dalam membawa perubahan pendidikan Indonesia. Alasannya pendidikan Indonesia dengan berbagai kerumitan dan problem tidak dapat disamakan dengan Gojek. Terlebih lagi Nadiem bukan orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan. Portofolio Nadiem juga tidak pernah terlibat dalam pendidikan. Bisa apa Nadiem tanpa didukung kompetensi pendidikan?
Meskipun demikian banyak juga yang optimis bahwa Nadiem akan mampu membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan. Pengalamannya dalam membangun perusahaan Gojek sebagai startup pertama yang mampu berubah dari unicorn ke decacorn diharapkan berimbas ke dunia pendidikan. Decacorn merupakan level tinggi bagi startup yang memiliki nilai valuasi lebih dari $10 miliar.
Pendidikan memang tidak sama dengan perusahaan startup yang selama ini digeluti mas Mendikbud. Tetapi perkembangan teknologi yang kini sudah memasuki era disrupsi sangat mempengaruhi dunia pendidikan. Kebutuhan skill masa depan harus diproyeksikan sejak dini agar anak Indonesia tidak kalah bersaing. Nadiem sangat menyadari dan menegetahui skill yang bagaimana sesuai dengan kebutuhan masa depan. Keputusan Jokowi menunjuk Nadiem Makarim mengindikasikan bahwa generasi muda Indonesia harus memiliki skill yang dibutuhkan masa depan.
Pendidikan Berbasis Aplikasi
Kemajuan startup dewasa ini salah satu indikatornya adalah kemudahan akses. Aplikasi yang diciptakan sehingga konsumen tidak ribet dalam mengakses kebutuhan. Hanya menggunakan Smartphone melalui aplikasi yang diunduh, maka konsumen dapat dengan mudah mengakses apa yang dibutuhkan. Efisiensi dan efektivitas merupakan keunggulan utama maju pesatnya perusahaan startup.
Pendidikan berbasis aplikasi sepertinya perlu diterapkan di Indonesia. Atas alasan tersebut makanya Presiden Jokowi memeprcayakan Mendikbud kepada Nadiem Makarim. Generasi milenial yang kita hadapi saat ini butuh sentuhan pendidikan ala milenial juga. Sudah banyak bukti yang menunjukkan hal tersebut. Misalnya aplikasi Ruangguru yang banyak disukai generasi saat ini. Indikasi ini menunjukkan bahwa Mendikbud Nadiem perlu mengembangkan pendidikan yang berbasis aplikasi guna memudahkan generasi milenial kita dalam mengakses pendidikan.
Penulis menawarkan beberapa layanan pendididikan yang dapat didesain aplikasinya demi kemudahan akses dan kinerja. Salah satu diantaranya adalah aplikasi kenaikan pangkat guru. Selama ini guru sangat disibukkan dengan urusan administrasi yang lumayan ribet saat proses kenaikan pangkat atau golongan. Belum lagi biaya yang dikeluarkan lumayan banyak untuk administrasi agar dapat memperoleh angka kredit dalam bentuk Penilaian Angka Kredit (PAK).
Aplikasi kenaikan pangkat dapat meminimalisir waktu guru saat mengurus proses kenaikan pangkat atau golongan. Guru hanya perlu mengupload berkas-berkas yang dibutuhkan sesuai aturan yang berlaku. Dokumen yang diperlukan tersebut tinggal diubah dalam format yang ditentukan sebelum diupload. Sertifikat-sertifikat yang dimiliki guru dapat dipindai sebelum diupload. Jika sertifikat diberikan dalam bentuk soft copy, maka guru tinggal mengupload dalam aplikasi kenaikan pangkat.
Banyak keuntungan yang didapat dari aplikasi ini. Selain kemudahan dan efisiensi waktu, sistem ini juga mampu meminimalisir calo-calo kenaikan pangkat atau golongan guru yang mungkin beroperasi. Era disrupsi dengan kemajuan teknologi saat ini sangat memungkinkan terciptanya aplikasi yang penulis maksud. Penulis sangat meyakini bahwa aplikasi seperti ini tidak terlalu rumit bagi Mendikbud Nadiem Makarim. Aplikasi Gojek saja mampu dibuat, apalagi aplikasi kenaikan pangkat guru yang aturan-aturan dan indikatornya sudah sangat jelas dan terukur.
Aplikasi kenaikan pangkat dan golongan guru dapat juga dikembangkan untuk mengukur kinerja guru. Dinas Pendidikan Kota Surabaya sudah berhasil membuat sistem untuk mengukur kinerja guru dan tenaga kependidikan. Sistem yang mereka kembangkan bahkan mampu menilai angka kredit guru secara online sehingga guru Surabaya tidak ribet untuk urusan kenaikan pangkat atau golongan. Sistem online yang digunakan dinamakan Sistem Informasi Aplikasi Guru Surabaya (SIAGUS). Mendikbud Nadiem Makarim dapat mengembangkan sistem di Surabaya untuk skala nasional atau membuat aplikasi lain yang lebih baik.
Pejabat dan Guru Berjiwa Milenial
Era disrupsi dengan serba digitalisasi dan milenial yang kita hadapi saat ini membutuhkan pengelolaan secara milenial juga. Penunjukan Mendikbud Nadiem Makarim sudah tepat untuk menjawab tantangan milenial ini. Nadiem Makarim tidak dapat bekerja sendirian dalam menghadapi pendidikan berbasis milenial. Oleh karena itu dibutuhkan tim kerja yang memiliki jiwa milenial agar pendidikan Indonesia mampu melahirkan generasi-generasi yang cakap dan memiliki skill mumpuni.
Pejabat-pejabat berjiwa milenial harus diajak oleh Nadiem agar pendidikan kita lebih cepat menuju ke arah lebih baik. Bukan hanya di Kementerian saja, pejabat milenial ini harusnya juga dimiliki pada level provinsi dan kabupaten/kota. Jika pejabat sudah berjiwa milenial maka akan mudah bagi Nadiem mengaplikasikan narasi yang akan digunakan dalam membangun pendidikan.
Selain pejabat milenial, saat ini pendidikan kita memerlukan guru berjiwa milenial. Bukan zamannya lagi guru gagap teknologi. Informasi yang berkembang pesat dewasa ini harusnya sangat mudah diakses guru agar dapat disampaikan kepada peserta didik. Terlebih lagi peserta didik yang kita hadapi saat ini adalah generasi milenial atau generasi Z. Generasi ini sejak lahir sudak akrab dengan dunia teknologi dan digitalisasi.
Guru yang mampu membelajarkan siswa berbasis digitalisasi era disrupsi, penulis melabelinya sebagai guru 4.0. Guru 4.0 sangat sesuai dalam mengembangkan sekolah paperless. Guru 4.0 menggunakan perkembangan teknologi yang serba mempermudah manusia guna mendukung pembelajaran. Mulai dari penggunaan kelas digital, kelas virtual, laboratorium virtual, evaluasi berbasis digital dan game edukasi,serta layanan pendidikan lain yang serba digital. Meskipun tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi optimisme perlu digaungkan dalam upaya peningkatan kompetensi guru era disrupsi. Kita perlu mendukung upaya yang akan dilakukan Mendikbud Nadiem Makarim selama mampu meningkatkan kompetensi guru sebagaimana karakteristik yang diinginkan guru 4.0.
Mendikbud Nadiem Makarim harus mampu meningkatkan kompetensi guru sehingga berjiwa milenial dan menguasai teknologi. Kita masih prihatin dengan kompetensi guru yang masih rendah. Padahal sesuai Undang-undang No. 14 Tahun 2015 Tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa guru adalah agen pembelajaran yang harus menjadi fasilitator, motivator, dan pemberi insipirasi belajar bagi peserta didik. Pasal 20 Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, seorang guru berkewajiban untuk meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Tugas berat Mendikbud Nadiem Makarim dalam meningkatkan kompetensi guru menjadi lebih ringan jika dibantu pejabat berjiwa milenial dan visioner. Penerjemahan narasi berbasis kompetensi dan mampu diaplikasikan dalam meningkatkan kompetensi guru sangat diharapkan. Salah satunya dengan menerapkan sistem penilaian kinerja berbasis online yang terukur dan objektif.
Saat ini banyak pelatihan guru berbasis online yang dapat dimanfaatkan. Mendikbud Nadiem Makarim juga dapat menggandeng organisasi profesi yang telah terbukti mampu meningkatkan kompetensi guru. Misalnya Ikatan Guru Indonesia (IGI) dengan kanal pelatihan yang mencapai 89 kanal. Kanal-kanal ini umumnya berbasis online sehingga guru dapat dilatih kapan saja dan dimana saja tanpa batas ruang dan batas waktu. Kanal-kanal tersebut ada yang setiap minggu secara rutin berkolaborasi bersama guru-guru hebat se-Indonesia melaksanakan kegiatan video conference dan diikuti oleh ratusan guru dari berbagai daerah.
Link and Match Pendidikan dan Industri
Tantangan pendidikan yang semakin kompleks harus didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap kerja dan sesuai kebutuhan. Presiden Jokowi sangat menyadari hal tersebut. Oleh karena itu Presiden berpesan agar Mendikbud mampu melakukan terobosan-terobosan yang signifikan dalam pengembangan SDM. Selain itu Nadiem juga harus mampu me-link and match antara pendidikan dengan industri.
Selama ini banyak tenaga kerja Indonesia yang belum terserap secara maksimal dalam industri. Maka tidak mengherankan jika Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang diekspor ke Luar Negeri lebih banyak bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga. Hal ini disebabkan oleh SDM TKI yang belum sesuai dengan kebutuhan pasar. Oleh karena itu Mendikbud Nadiem harus me-link and match antara pendidikan dengan industri agar tersedia TKI yang sesuai dengan kebutuhan industri.
Pekerjaan Mendikbud memang sangat berat. Presiden Jokowi menargetkan pada tahun 2045, Indonesia menjadi negara maju dengan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar keempat di dunia. Sementara puncak bonus demografi diprediksi terjadi pada tahun 2030. Dilain pihak indeks literasi siswa Indonesia masih memprihatinkan. Berdasarkan hasil Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan level literasi Indonesia berada pada kisaran 0 – 2. Bahkan Indonesia diprediksi baru dapat menghadapi abad 21 setelah 1000 tahun yang akan datang.
Literasi sains dan matematika siswa SD kita sangat mengkhawatirkan. Sekitar 80% siswa yang lulus SD dinyatakan gagal literasi matematika dan literasi sains. Sementara itu pengangguran tertinggi di Indonesia merupakan lulusan SMK. Padahal lulusan SMK diharapkan sudah siap kerja. Hal ini disebabkan sangat minimnya guru produktif yang sesuai degan bidang keahlian SMK.
Dilain pihak Indonesia masih kekurangan guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) mencapai 1.141.176 orang pada sekolah berstatus negeri. Sementara jumlah guru pensiun pada tahun 2020 hingga tahun 2024 mencapai 391.644. Belum lagi berbicara kompetensi guru tersebut yang belum sesuai dengan harapan.
Setumpuk masalah tersebut harus dapat diatasi oleh Mendikbud Nadiem Makarim sesuai harapan Presiden. Pengalaman yang dimiliki Nadiem dalam industri digital menjadi bekal yang sangat baik dalam melakukan link and match sektor pendidikan dengan industri. Dengan demikian Nadiem diharapkan mampu mengkoneksikan apa yang dilakukan oleh institusi pendidikan dengan kebutuhan di luar institusi pendidikan terutama dunia industri.
Salah satu cara agar dapat melakukan link and match pendidikan dengan industri masa depan adalah menyentuh sektor pendidikan dengan teknologi. Inovasi sangat dibutuhkan agar skill futuristik dapat disiapkan dari sekarang. Nadiem Makarim merupakan salah seorang sosok futuristik yang mengetahui seperti apa kebutuhan industri masa depan. Selamat bekerja mas Mendikbud Nadiem Makarim. Bawalah pendidikan ke arah lebih baik sebagai mas Nadiem membangun Gojek.
Penulis adalah guru SMAN 7 Lhokseumawe. Ketua IGI Kota Lhokseumawe, dan Instruktur Virtual Coordinator Indonesia.