Oleh: Hasan Basri, S.Pd., M.M
Muhammad Quraish Shihab, nama yang tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia, adalah seorang ulama dan cendekiawan Muslim yang disegani. Keahliannya dalam menafsirkan Al-Qur’an melalui karya monumentalnya, “Tafsir Al-Misbah,” telah memberikan pencerahan bagi banyak orang.
Pemikirannya yang moderat dan inklusif menjadikannya rujukan penting dalam memahami Islam di era modern.
Dalam sebuah majelis musyawarah, Quraish Shihab menyampaikan sebuah petuah yang mendalam tentang makna diam dan berpikir.
Seorang peserta majelis tersebut menyampaikan sebuah pernyataan, lalu Quraish Shihab menyampaikan bahwa diam dalam konteks tersebut bisa dimaknai sebagai proses berpikir. Beliau menjelaskan bahwa jika pernyataan tersebut benar, maka orang yang diam pun turut serta dalam kebenaran itu. Namun, jika pernyataan itu salah, orang yang diam tidak ikut menanggung risiko kesalahan tersebut. Diam, dalam pandangan beliau, bukanlah sekadar ketiadaan suara, melainkan sebuah aktivitas mental yang intens.
Abdul Hamid, S. Pd, M. Pd kacabdin wilayah Bireuen memberikan petuah bahwasanya Keteraturan berpikir membuktikan adanya pikiran yang tersampaikan. Diam juga proses berpikir yang tak tersampaikan. Lebih mantap diam dalam berpikir, lantang dalam menyelesaikan,” demikian petuah beliau.
Kalimat ini mengandung makna bahwa proses berpikir yang matang, yang mungkin terwujud dalam keheningan, akan menghasilkan solusi yang jelas dan tegas. Diam adalah bagian dari proses berpikir, dan berpikir adalah bagian dari proses pendidikan.
Quraish Shihab menekankan pentingnya proses dalam segala hal. Proses inilah yang disebut pendidikan, yaitu proses berpikir dan proses menyampaikan. Pendidikan bukan hanya tentang transfer informasi, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan kemampuan berpikir kritis.
Beliau mengajak kita untuk menghargai setiap tahapan dalam proses belajar, karena di sanalah terletak hikmah dan kedewasaan. Petuah beliau ini mengingatkan kita bahwa kebijaksanaan seringkali ditemukan dalam keheningan, dan bahwa berpikir yang matang adalah kunci untuk menyelesaikan masalah dengan bijak.
Penulis adalah kepala SMAN 1 Simpang Mamplam Bireuen