ACEHSIANA.COM, Jakarta – Serangan penjajah dan pelaku genosida Israel ke Gaza yang telah berlangsung selama empat bulan terakhir telah berdampak buruk bagi bisnis produk-produk Barat, termasuk McDonald’s, yang menjadi sasaran protes dan boikot masyarakat. Laporan terbaru menyebut penjualan McDonald’s di luar negeri mengalami penurunan signifikan, terutama di Timur Tengah dan negara mayoritas berpenduduk muslim.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (6/2), McDonald’s melaporkan penurunan penjualan pertama kalinya selama hampir empat tahun. Penurunan terjadi karena lesunya pertumbuhan penjualan yang sebagian disebabkan konflik di Timur Tengah, yang menyebabkan saham perusahaan turun sekitar 4 persen.
Restoran waralaba ini adalah salah satu dari beberapa merek Barat yang mengalami protes dan kampanye boikot terhadap mereka karena sikap mereka yang dianggap pro-Israel dalam konflik penjajah Israel-Hamas. CEO McDonald’s, Chris Kempczinski, menyampaikan, serangan penjajah Israel ke Gaza memiliki dampak terhadap kinerja beberapa pasar luar negeri pada kuartal keempat.
“Dengan dampak yang paling parah di Timur Tengah, kondisi serupa juga terjadi di pasar negara-negara seperti Malaysia dan Indonesia, serta di Perancis,” ujar Kempczinski. “Selama perang ini masih berlangsung, kami tidak memperkirakan akan melihat adanya perbaikan yang signifikan di pasar-pasar ini,” tambahnya.
Zacks Investment Management, yang memegang saham McDonald’s, juga menilai perang di Gaza akan menjadi perhatian besar mereka. Hal ini karena serangan berkepanjangan akan memberi dampak terhadap bisnis mereka.
“Efek terhadap ketahanan pendapatan akan menjadi kekhawatiran terbesar kami. Sepertinya ini akan menjadi masalah yang terus berlanjut hingga kuartal berikutnya atau bahkan dua kuartal berikutnya,” kata Brian Mulberry, analis Zacks.
Tak hanya di pasar negara muslim, belanja konsumen di China yang merupakan pasar terbesar kedua McDonald’s, juga tetap lemah meskipun ada dukungan pemerintah. Meskipun McDonald’s tidak memberikan rincian penjualan di masing-masing pasar internasional, McDonald’s mencatat promosi industri secara luas meningkat di China selama kuartal tersebut karena restoran-restoran ingin menghidupkan kembali permintaan yang lesu.
Sementara itu, bisnis McDonald’s di AS juga menunjukkan tanda-tanda pelemahan, terutama dengan konsumen berpendapatan rendah yang mengurangi jumlah pesanan atau beralih ke barang yang lebih murah. Hal ini mengakibatkan penjualan serupa di AS sebesar 4,3 persen pada kuartal tersebut, sedikit di bawah perkiraan kenaikan sebesar 4,4 persen. Namun, McDonald’s melaporkan laba per saham yang disesuaikan sebesar 2,95 dolar AS, mengalahkan perkiraan 2,82 dolar AS.
“McDonald’s masih menghadapi tantangan besar di pasar-pasar tertentu, terutama di Timur Tengah, di mana konflik Israel-Gaza telah mempengaruhi permintaan konsumen,” kata Joshua Long, analis Stephens. “Akan memakan waktu lama agar hasilnya kembali pulih di sana,” katanya. (*)
Editor: Darmawan