ACEHSIANA.COM, Rafah – Penjajah Israel melanjutkan serangan udara dan artileri ke Jalur Gaza, menargetkan kota Rafah di selatan, tempat ribuan pengungsi Palestina mencari perlindungan. Serangan itu menewaskan sedikitnya 19 warga sipil, termasuk empat anak-anak, dan melukai ratusan lainnya.
Menurut kantor berita WAFA, pesawat tempur penjajah Israel membom sebuah taman kanak-kanak di Rafah pada tanggal 4 Februari, menewaskan dua anak dan melukai puluhan lainnya. Taman kanak-kanak tersebut menampung warga sipil yang mengungsi dari pemboman penjajah Israel di bagian lain wilayah kantong yang terkepung.
Warga Palestina juga melaporkan bahwa dua gadis tewas di sebuah rumah setelah serangan udara penjajah Israel dan penembakan tank. Pada pemakaman anak-anak tersebut, seorang kerabat, Mohammed Kaloub, mengatakan serangan udara menghantam sebuah ruangan yang penuh dengan perempuan dan anak-anak di lingkungan Al-Salam di Rafah.
“Tidak ada tempat yang aman di Gaza, mulai dari pagar kawat hingga pagar kawat (perbatasan dari utara ke selatan), tidak ada tempat yang aman,” katanya kepada Reuters.
Di Jalur Gaza tengah, 15 warga sipil Palestina tewas dan puluhan lainnya terluka setelah pesawat tempur Israel mengebom berbagai daerah di kota Deir al-Balah. Sumber-sumber lokal mengatakan bahwa pesawat-pesawat tempur penjajah Israel menargetkan beberapa rumah di sebelah barat dan tengah kota Deir al-Balah, bertepatan dengan pemboman lain di tengah, timur dan barat Kota Gaza.
Cedera lebih lanjut terjadi ketika pasukan penjajah Israel menargetkan sebuah rumah milik keluarga Masran di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah. Dua pengungsi terluka oleh peluru pasukan pendudukan di sekitar Rumah Sakit Al-Amal di Khan Yunis. Sumber medis di Rumah Sakit Eropa Gaza mengatakan bahwa dua warga Palestina tewas setelah pesawat pendudukan mengebom sekelompok warga yang mencoba mencapai rumah mereka di daerah Tahlia di pusat Khan Yunis.
Serangan udara juga menghantam berbagai wilayah di kota Khan Yunis, tempat bentrokan antara pasukan penjajah Israel dan kelompok perlawanan Palestina sedang berlangsung. Menurut kantor berita Al-Mayadeen, pejuang Palestina Hamas terus melakukan serangan terhadap tentara penjajah Israel pada Minggu di dua kota utama Jalur Gaza.
Serangan penjajah Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober telah menewaskan lebih dari 27.238 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 66.451 orang, dalam sebuah serangan yang kini secara luas dipandang sebagai genosida.
Setelah hampir empat bulan perang, sekitar 90 persen warga Gaza terpaksa mengungsi dari rumah mereka, termasuk banyak yang pindah ke selatan ke Rafah untuk menghindari pemboman penjajah Israel dan pertempuran sengit di Gaza utara dan tengah. Namun, mereka kembali menghadapi ancaman dari penjajah Israel, yang berjanji untuk memperluas operasi militer di Rafah.
Menteri Pertahanan penjajah Israel Yoav Gallant pekan lalu mengatakan aksi militer di Gaza “mungkin memakan waktu satu, dua atau tiga bulan, tetapi pada akhirnya tidak akan ada lagi Hamas”. Ia juga mengatakan operasi darat yang ditunggu-tunggu, “akan segera dilakukan”.
Konflik penjajah Israel dan Palestina ini adalah yang terbaru dari pertikaian kedua pihak selama tujuh dekade terakhir. Sepanjang sejarah, wilayah tersebut telah dilanda serangkaian konflik bersenjata, termasuk beberapa perang yang menentukan dinamika hubungan Israel-Palestina.
Masalah utama dari konflik ini mencakup status kepemilikan Yerusalem, kota Palestina yang diambil paksa oleh penjajah Israel, perbatasan, keamanan dan hak atas air serta kebebasan bergerak Palestina dan hak kembali Palestina.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik sebagai bagian dari proses perdamaian Israel–Palestina, di mana upaya perdamaian ini juga merupakan upaya lain untuk menyelesaikan konflik Arab–Israel yang lebih luas.
Beberapa upaya perdamaian menyarankan solusi pembentukan dua negara, yang melibatkan pembentukan negara Palestina merdeka dari penjajah Israel. Namun, dukungan publik terhadap solusi dua negara yang sebelumnya mendapat dukungan dari warga Yahudi Israel dan Palestina, telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir. (*)
Editor: Darmawan