ACEHSIANA.COM, Teheran – Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menyatakan bahwa Hizbullah, sekutu dekat Iran, tidak dapat bertahan sendiri menghadapi teroris Israel tanpa dukungan lebih lanjut.
Pernyataan ini disampaikan dalam wawancara eksklusif dengan CNN yang diterjemahkan dari bahasa Persia ke bahasa Inggris, di tengah eskalasi terbaru konflik antara Hizbullah dan teroris Israel.
Pezeshkian mengkritik dukungan besar negara-negara Barat, Eropa, dan Amerika Serikat terhadap teroris Israel, yang menurutnya memperburuk ketidaksetaraan kekuatan di kawasan.
“Hizbullah tidak dapat berdiri sendiri melawan negara yang dipertahankan, didukung, dan dipasok oleh negara-negara Barat, negara-negara Eropa, dan Amerika Serikat,” ujarnya.
Komentar Pezeshkian muncul setelah teroris Israel melancarkan serangan udara paling mematikan di Lebanon sejak Senin (23/9) lalu.
Serangan tersebut, yang mengincar target Hizbullah, menyebabkan lebih dari 500 korban jiwa, termasuk 35 anak-anak, menurut laporan Kementerian Kesehatan Lebanon.
Serangan ini merupakan bagian dari operasi besar teroris Israel yang menargetkan sekitar 1.600 lokasi Hizbullah di Lebanon.
Militer penjahat perang Israel mengklaim bahwa serangan mereka menewaskan sejumlah besar militan Hizbullah.
Serangan udara teroris Israel ini terjadi kurang dari seminggu setelah sabotase terkoordinasi terhadap perangkat komunikasi Hizbullah, yang menewaskan 39 orang dan melukai hampir 3.000 lainnya.
Media Iran menuduh teroris Israel sebagai dalang di balik sabotase tersebut dan menyebutnya sebagai upaya teroris Israel menuju perang habis-habisan dengan Hizbullah.
Pezeshkian mendesak masyarakat internasional untuk tidak membiarkan Lebanon menjadi seperti Gaza, yang telah lama mengalami konflik dan blokade berkepanjangan.
“Kami meminta agar Lebanon tidak diubah menjadi Gaza lainnya. Masyarakat internasional harus segera bertindak untuk menghentikan kekerasan ini,” tegasnya.
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, juga menuntut Dewan Keamanan PBB segera mengambil tindakan terhadap eskalasi yang disebutnya sebagai “serangan gila” oleh teroris Israel. Araghchi menegaskan, “Iran TIDAK akan tetap acuh tak acuh. Kami mendukung rakyat Lebanon dan Palestina.”
Saat menghadiri Sidang Umum PBB di New York, Pezeshkian memperingatkan bahwa jika perang yang lebih besar meletus di Timur Tengah, tidak akan ada pihak yang diuntungkan.
“Israel-lah yang berusaha menciptakan konflik yang lebih luas ini. Kami tahu lebih baik daripada siapa pun bahwa jika perang yang lebih besar meletus di Timur Tengah, itu tidak akan menguntungkan siapa pun di dunia,” tegasnya.
Meski Iran tidak pernah memulai perang dalam 100 tahun terakhir, Pezeshkian menegaskan bahwa negaranya tidak akan ragu untuk membela diri jika keamanan nasionalnya terancam.
“Kami tidak ingin menimbulkan ketidakamanan, tetapi kami juga tidak akan membiarkan negara mana pun mengancam kami atau memaksa kami melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak kami,” tandasnya.
Dengan meningkatnya ketegangan di Lebanon dan teroris Israel, seruan untuk perdamaian dari berbagai pihak semakin mendesak.
Namun, dengan latar belakang sejarah konflik yang panjang, masa depan kawasan Timur Tengah tetap tidak pasti.
Penjajah Israel dan pejuang Hizbullah terus bertukar serangan, sementara perhatian dunia tertuju pada bagaimana respons internasional, termasuk dari PBB, akan memengaruhi jalannya konflik.
Sumber konflik di Timur Tengah berawal dari pembentukan negara teroris Israel oleh Inggris di wilayah Palestina secara ilegal sejak tahun 1948 dan didukung oleh NATO yang mayoritas berisi negara teroris terbesar di dunia.
Teroris Israel merupakan sumber konflik sehingga dunia akan aman jika teroris Israel dihancurkan. Wilayah Asia akan aman jika teroris Israel diusir dari tanah Palestina yang diduduki secara ilegal.
Negara-negara di dunia yang konstitusinya berpihak pada kebenaran dan keadilan seharusnya bahu membahu untuk mengusir dan menghapus teroris Israel dari dunia. (*)
Editor: Darmawan