ACEHSIANA.COM, Jakarta – Jika Anda meminta seorang anak menggambar air, mereka kemungkinan besar akan menggunakan warna biru dengan krayon mereka.
Namun, banyak orang dewasa menganggap air sebagai sesuatu yang tidak berwarna. Faktanya, laut yang tampak biru bukan sekadar hasil pantulan langit atau efek cahaya yang tersebar di permukaan. Anak-anak sebenarnya benar, air memang memiliki warna biru yang sangat halus.
Warna sebuah benda atau zat bergantung pada cahaya yang menyinari objek tersebut dan bagaimana cahaya berinteraksi dengannya.
Sebagai contoh, permukaan stroberi terlihat merah karena molekul di sana menyerap cahaya dalam semua spektrum warna kecuali merah, yang dipantulkan kembali ke mata kita.
Sebelum membahas lebih jauh tentang air, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Cara kita menafsirkan warna sangat bergantung pada konteks budaya dan subjektif.
Warna biru, misalnya, bisa menjadi contoh yang bagus, biru yang saya lihat mungkin berbeda dari biru yang Anda lihat.
Warna biasanya bergantung pada interaksi antara elektron, partikel bermuatan negatif yang mengelilingi inti atom, dan foton, partikel cahaya.
Ada banyak jenis interaksi yang bisa terjadi. Cahaya dapat diserap, dipantulkan sebagian, atau bahkan dibelokkan (refraksi) dan dipencarkan (difraksi).
Cahaya juga dapat mengalami Rayleigh scattering (hamburan Rayleigh). Contoh yang paling jelas adalah langit di atas kita.
Langit terlihat biru karena cahaya putih dari matahari tersebar pada sudut-sudut berbeda tergantung pada warna (panjang gelombang) foton.
Cahaya biru tersebar lebih banyak daripada cahaya merah, sehingga warna biru terlihat lebih dominan di langit.
Namun, saat matahari terbit atau terbenam, cahaya harus melalui atmosfer lebih lama, dan inilah saat warna merah dan kuning yang lebih menonjol.
Air berbeda. Molekul air secara selektif menyerap cahaya di bagian spektrum merah dari cahaya tampak. Beberapa panjang gelombang cahaya tertentu membuat molekul air bergetar ketika cahaya tersebut diserap.
Ini adalah satu-satunya warna alami yang diketahui dihasilkan oleh transisi getaran.
Jika kondisi air jernih dan tenang, dengan kedalaman hanya beberapa meter, warna sebenarnya dari air akan terlihat.
Hal yang sama berlaku untuk es. Jika Anda menggali lubang di es, Anda akan melihat warna biru yang muncul dari substansi tersebut.
Air tampak sedikit biru karena molekul-molekulnya menyerap foton merah. Ini mengapa segelas air tampak jernih, tetapi sebuah danau atau laut menunjukkan warna birunya.
Jadi, apakah laut benar-benar berwarna biru hanya karena penyerapannya? Sebagian besar, ya. Namun, ada faktor lain yang mempengaruhi.
Lautan, serta sumber air lainnya, mengandung kotoran dan gerakan, yang dalam beberapa kasus dapat membuatnya tampak lebih biru atau kurang biru.
Air juga dapat memantulkan dan menyebarkan cahaya di permukaannya, yang dapat menambah intensitas warna biru. Pantulan ini bisa termasuk pantulan langit, membuat laut terlihat sangat biru di hari-hari cerah dan abu-abu saat cuaca mendung.
Meskipun biru pada air sangat halus dan unik, Anda tidak akan bisa melihatnya hanya dengan menatap segelas air.
Warna biru tersebut baru akan tampak jelas saat air berada dalam jumlah besar, seperti danau atau lautan, di mana molekul air menyerap cahaya merah dan memantulkan spektrum lainnya, menciptakan warna biru yang kita lihat sehari-hari. (*)
Editor: Darmawan