ACEHSIANA.COM, Surabaya – Virtual Reality (VR) dikembangkan SMK Raden Umar Said (RUS) yang menggandeng Pijar Foundation mempermudah para siswa untuk menemukan minatnya. Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati, pada Kamis (28/7) di Surabaya.
Menurut Kiki, teknologi VR sangat mempermudah aktivitas manusia. Teknologi VR, lanjut Kiki, memungkinkan orang memasuki dunia virtual dengan bantuan perangkat lunak atau aplikasi yang tersambung dengan sebuah perangkat berupa kaca mata virtual (VR box) yang menutup mata, sehingga yang memakainya dibawa ke dalam dunia virtual yang berisi kumpulan obyek-obyek virtual.
“Pemanfaatan teknologi VR dalam dunia pendidikan vokasi bertujuan untuk menyiapkan sumber daya manusia unggul dan kompeten melalui proses pembelajaran berbasis proyek,” ujar Kiki.
Dikatakan Kiki bahwa Kemendikbudristek mendorong kolaborasi dari satuan pendidikan untuk menciptakan kesempatan lebih luas bagi siswa vokasi terjun ke dunia kerja.
“Jadi Vokasiland ini bukan akhir, justru ini adalah permulaan untuk inovasi-inovasi yang lebih berkembang ke depan. Harapannya, akan tumbuh teknologi dan inovasi yang bisa menjawab kebutuhan masyarakat,” sebut Kiki saat membuka Mahakarya Vokasi, “Vokasiland : Road to Hakteknas 2022”.
Sementara itu, Creative Director RUS Animation, Ivan Nadi Kiki menerangkan bahwa kolaborasi SMK RUS dengan Pijar Foundation berhasil membesut sebuah alat VR untuk memudahkan peserta didik menemukan minat ataupun memudahkan dirinya mempelajari kondisi pekerjaan di lapangan tanpa harus terjun secara langsung.
“Awal mulanya kami mengerjakan proyek ini adalah karena adanya keresahan bagaimana agar siswa/siswi SMK dapat diterima bekerja di industri. Permasalahannya, inisiatif atau soft skill kurang. Mereka agak kagok ketika langsung praktik di industri, mungkin takut akan kesalahan,” kata Ivan.
Ivan mencontohkan padaa jurusan animasi, tutur Ivan, banyak divisi di jurusan tersebut yang membutuhkan penguasaan bidang ilmu berbeda. Di samping bagaimana produk ini juga dapat menyampaikan informasi secepat mungkin.
“Kita juga mau agar yang berada di wilayah pelosok turut mendapatkan informasi yang terkini,” ucap Ivan.
Ivan mengungkapkan bahwa hadirnya teknologi ini sejatinya juga tak lepas dari kolaborasi. Pihak SMK RUS menyediakan konten, lalu diolah oleh Pijar Foundation.
“Teknisnya kami kolaborasi dengan menyediakan konten. Namun, konten harus ada analisis terlebih dahulu hingga butuh kerja sama dengan yang lainnya. Hasil ini mempermudah proses pembelajaran. Hingga nantinya, bisa terbayang juga bagaimana bekerja di industri. Kami membuat contoh dengan memperlihatkan suasana dan produk,” imbuh Ivan.
Ivan menegaskan bahwa pihaknya terlebih dahulu menyusun susunan cerita (storyline) layaknya sebuah film agar menarik. Adapun jumlah anggota tim yang terlibat sekitar 10-15 siswa SMK.
“Lalu masukkan penjelasan hingga penutup berupa survei. Misalnya ketika mengambil jurusan animasi, cocoknya di mana,” tutur Ivan.
CTO Pijar Foundation, Ahmad Ataka, menerangkan bahwa salah satu penyebab kesulitan tersebut adalah peserta didik yang belum dapat membayangkan bidang ilmu yang akan ditempuh atau akan fokus di mana. Maka dari itu, menurut Ahmad, siswa perlu diberikan pengetahuan sedini mungkin tentang opsi di masa depan.
“Di sisi akses, kami fokus bersama-sama maju, berani bermimpi, hingga mendapatkan pilihan karier yang cocok,” imbuh Ahmad.
Ahmad menuturkan bahwa pemanfaatan VR dibutuhkan untuk mendapatkan tampilan dan rasa hingga siswa serasa melakukan sendiri di lapangan. “Jadi, mereka dapat melihat langsung dunia baru. Peran VR ini amat krusial karena mendapatkan pengalaman yang berbeda,” ujar Ahmad.
Ahmad berharap, produk teknologi VR ini dapat memberikan manfaat bagi para siswa di masa depan.
“Misalnya di kelas 10 mereka dapat diperkenalkan dengan berbagai bidang ilmu yang ingin ditempuh,” pinta Ahmad.
Editor: Darmawan