Leading News For Education For AGENTOTOPLAY Aceh
IndeksRedaksi

Teroris Israel Gunakan Bom Buatan USA di Al-Mawasi, ‘Melelehkan’ Tubuh Korban

Teroris Israel Gunakan Bom Buatan USA di Al-Mawasi, ‘Melelehkan’ Tubuh Korban

ACEHSIANA.COM, Gaza – Dunia internasional bereaksi keras terhadap serangan udara teroris Israel yang menargetkan ‘zona aman’ Al-Mawasi di Gaza selatan.

Serangan yang terjadi pada Selasa (10/9) tengah malam ini menewaskan setidaknya 40 orang, termasuk wanita dan anak-anak, serta melukai 60 lainnya.

Bom tersebut dilaporkan menghantam tenda-tenda darurat yang menampung para pengungsi Palestina.

Laporan investigasi oleh kantor berita Sanad Aljazirah mengungkap bahwa teroris Israel menggunakan bom buatan Amerika Serikat (USA) dalam serangan itu.

Pejabat Gaza mengatakan bahwa bom tersebut menyebabkan luka bakar parah dan ‘melelehkan’ tubuh korban, yang membuat upaya penyelamatan menjadi sangat sulit.

“Kami menggali pasir dan tenda dari mereka dengan tangan kosong,” ungkap Alaa Shahda Mahmoud al-Shaer, seorang warga yang ikut dalam penyelamatan korban.

Ledakan itu terjadi di Al-Mawasi, sebuah wilayah pesisir berpasir di dekat kota Khan Younis, yang sejak Mei menjadi tempat berlindung bagi ribuan warga Palestina yang mengungsi akibat perintah evakuasi teroris Israel dari Gaza utara dan timur.

“Tentara teroris Israel memberi tahu kami untuk pindah ke sini karena dianggap zona aman, tapi kami terkejut dengan apa yang mereka lakukan,” kata Shaer.

Saksi mata menggambarkan ledakan tersebut terasa seperti gempa bumi, dan pemandangan yang mengerikan menyusul setelahnya. Al-Shaer, yang saat itu sedang tidur di luar rumahnya, mengatakan bahwa lima rudal menghantam daerah tersebut, menyebabkan korban jiwa tergeletak dengan anggota tubuh yang terpencar di mana-mana.

“Hanya Tuhan yang tahu bagaimana kami menyelamatkan orang-orang,” tambahnya.

Saksi lain, Aisha Nayef al-Shaer, yang juga berada di Al-Mawasi, menceritakan bahwa beberapa korban mengalami kondisi mengerikan, dengan kepala dan anggota tubuh terputus akibat serangan itu.

“Kami masih mencari orang-orang yang hilang di bawah pasir. Mereka tertidur ketika bom menghantam,” ujarnya.

Serangan itu menghancurkan sedikitnya 20 tenda darurat yang menampung para pengungsi, dan banyak dari mereka masih terkubur di bawah reruntuhan.

Tim penyelamat dari pertahanan sipil Gaza yang tiba di lokasi berusaha menggali korban, namun beberapa tenda sulit ditemukan karena tertimbun pasir.

Militer teroris Israel mengklaim bahwa serangan tersebut menargetkan pusat komando Hamas yang tersembunyi di wilayah tersebut, namun mereka tidak memberikan bukti pendukung atas klaim ini.

Dalam pernyataannya, teroris Israel menyatakan telah mengambil “langkah-langkah untuk meminimalisasi korban sipil” dengan menggunakan persenjataan presisi dan pengawasan intelijen.

Namun, kecaman terhadap serangan ini datang dari berbagai pemimpin dunia. Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, yang berbicara bersama Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyebut serangan itu “mengerikan” dan menyerukan agar segera dilakukan gencatan senjata.

“Serangan seperti ini hanya memperlihatkan urgensi untuk segera menghentikan kekerasan,” kata Lammy.

Seorang pengungsi Palestina, Umm Mahmoud, yang telah tinggal di Al-Mawasi selama sembilan bulan, menyebut pengeboman tersebut sebagai “mimpi buruk”.

“Kami merasa aman di sini. Tidak ada pejuang perlawanan di antara kami. Yang ada hanyalah wanita, anak-anak, dan orang tua,” katanya.

Serangan ini memperburuk situasi krisis kemanusiaan di Gaza, khususnya di Al-Mawasi, yang sebelumnya juga menjadi target serangan udara teroris Israel pada 13 Juli, ketika serangan tersebut menewaskan 88 orang dan melukai 289 lainnya.

Sejak awal konflik pada Oktober, jumlah pengungsi di wilayah ini terus meningkat karena intensitas serangan yang semakin gencar di bagian utara dan timur Gaza.

Ribuan pengungsi kini berada di bawah ancaman serangan lebih lanjut, dan upaya internasional untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan masih terhalang oleh blokade dan operasi militer teroris Israel yang terus berlanjut.

Sementara itu, keluarga-keluarga di Al-Mawasi masih berjuang mencari orang-orang tercinta yang hilang di bawah timbunan pasir dan puing-puing.

Serangan ini menjadi pengingat pahit bagi warga Palestina yang telah lama hidup di bawah ketidakpastian, serta memicu tuntutan lebih kuat dari komunitas internasional untuk segera mengakhiri kekerasan dan menghentikan pertumpahan darah. (*)

Editor: Darmawan