Leading News For Education For AGENTOTOPLAY Aceh
IndeksRedaksi

SMKN 1 Julok Peringati Hari Damai Aceh dengan Yasinan dan Doa Bersama

SMKN 1 Julok Peringati Hari Damai Aceh dengan Yasinan dan Doa Bersama

ACEHSIANA.COM, Idi – Dalam rangka memperingati Hari Damai Aceh, SMK Negeri 1 Julok menggelar kegiatan baca Yasin dan doa bersama di Mushalla Bahrul Ilmi, Jumat (15/8).

Acara ini diikuti oleh seluruh siswa, dewan guru, serta menghadirkan Ustaz Affandi, M.Pd., pengurus Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kabupaten Aceh Timur, sebagai penceramah.

Dalam tausiyahnya, Ustaz Affandi mengingatkan bahwa Hari Damai Aceh diperingati setiap 15 Agustus sebagai bentuk syukur atas berakhirnya konflik bersenjata di Bumi Serambi Mekkah.

“Hari Damai Aceh yang kita peringati setiap 15 Agustus adalah momentum penting. Tepat pada tanggal ini di tahun 2005, MoU Helsinki ditandatangani. Perjanjian itu bukan sekadar akhir dari konflik, tapi awal dari kesempatan membangun Aceh dengan tenang,” ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa generasi muda Aceh memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga hasil perdamaian.

“Anak-anak muda Aceh hari ini tidak lagi merasakan deru konflik seperti masa lalu. Itu amanah yang harus kita syukuri dengan belajar sungguh-sungguh, menjaga ukhuwah, dan menolak segala bentuk perpecahan,” tambahnya.

Sebelum menutup ceramah, Ustaz Affandi kembali mengingatkan bahwa perdamaian harus terus dirawat.

“Damai itu mahal harganya. Kalau hilang, menyesalnya seumur hidup. Karena itu mari kita rawat bersama, mulai dari hati, rumah, sekolah, hingga masyarakat luas,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala SMK Negeri 1 Julok, Faisal, S.T., M.Pd., menegaskan bahwa sekolah bukan sekadar tempat menimba ilmu akademik, tetapi juga sarana membentuk karakter dan sikap sosial siswa.

“Sekolah bukan hanya tempat mencari ijazah, tetapi tempat menanamkan karakter. Nilai damai dan toleransi harus tumbuh bersama kompetensi akademik,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa momentum Hari Damai Aceh menjadi sarana penting untuk menanamkan kesadaran sejarah pada generasi muda.

“Peringatan Hari Damai Aceh di sekolah ini adalah bentuk edukasi bahwa sejarah harus menjadi pelajaran, bukan sekadar cerita masa lalu,” sambungnya.

Faisal menutup dengan pesan bahwa MoU Helsinki adalah warisan besar yang harus dijaga.

“MoU Helsinki adalah warisan berharga. Jika kita jaga, Aceh akan terus berkembang. Jika kita abaikan, kita bisa kehilangan masa depan yang damai,” tambahnya.

Nurul, salah seorang siswi, mengaku mendapatkan banyak pelajaran dari kegiatan ini.

“Saya baru tahu detail sejarah MoU Helsinki dari tausiyah tadi. Ternyata banyak pengorbanan yang dilakukan agar kita bisa belajar di sekolah dengan tenang seperti sekarang,” tuturnya.

Baginya, kegiatan ini bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga pengingat pentingnya menjaga sikap saling menghargai.

“Kegiatan ini bukan hanya doa bersama, tapi juga pengingat bahwa damai itu harus kita jaga setiap hari, mulai dari sikap kita terhadap teman-teman,” lanjutnya.

Nurul menambahkan, kebersamaan makin terasa dengan adanya makan bersama di akhir acara.

“Makan bersama yang disiapkan dari sumbangan para guru setelah doa bikin suasana tambah akrab. Rasanya seperti keluarga besar di sekolah,” katanya sambil tersenyum. (*)

Editor: Darmawan