ACEHSIANA.COM, Takengon – Meski berada di wilayah pedesaan Kecamatan Celala, SMA Negeri 10 Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, terus menunjukkan komitmennya untuk mencetak generasi unggul melalui pendekatan akademik dan nonakademik yang terpadu.
Sekolah ini berpegang pada semangat semboyan Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” dalam setiap program pengembangannya.
Waka Bidang Kesiswaan SMAN 10 Takengon, Arita Putra, S.Pd., mengatakan bahwa para guru di sekolahnya berupaya menjadi teladan, pencipta inisiatif, sekaligus pemberi dorongan bagi siswa.
“Kami percaya setiap anak punya potensi berbeda. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang terstruktur, kami memberi ruang siswa untuk menemukan minatnya,” ujarnya, Jumat (4/7).
Sekolah ini memiliki tiga standar mutu yang terus dikejar: mutu akademik, mutu karakter, dan mutu lulusan. Tidak hanya fokus pada prestasi akademik, SMAN 10 Takengon juga aktif mendukung kegiatan nonakademik seperti seni, olahraga, kepemimpinan, dan kegiatan sosial.
Dalam setahun ajaran terakhir, berbagai capaian berhasil diraih. Sejumlah siswa didelegasikan mengikuti kompetisi Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat kabupaten, serta terpilihnya tiga siswa sebagai anggota Paskibraka Kabupaten Aceh Tengah.
Selain itu, pada tahun ini, sedikitnya delapan alumni SMAN 10 Takengon diterima sebagai anggota TNI, serta banyak lulusan lainnya berhasil melanjutkan ke perguruan tinggi negeri maupun swasta di berbagai kota.
Kepala SMAN 10 Takengon, Drs. Pauzi, menekankan pentingnya membangun ekosistem pembelajaran yang seimbang.
“Akademik penting, tapi karakter, kreativitas, kemampuan sosial, dan kepedulian lingkungan juga sangat menentukan masa depan anak-anak,” jelasnya.
Untuk mendukung siswa berprestasi, sekolah juga menyiapkan kelompok belajar dengan bimbingan guru berpengalaman dan menjalin kerja sama dengan pelatih profesional di bidang seni maupun olahraga.
Tak hanya dukungan internal, peran orang tua juga diakui sangat vital. Dukungan tidak sebatas materi, tetapi juga dukungan emosional dan keterlibatan aktif orang tua melalui silaturahmi rutin, kegiatan sekolah, hingga evaluasi program.
“Orangtua siswa kami libatkan dalam perencanaan kegiatan dan evaluasi. Dukungan keluarga adalah kunci keberhasilan pendidikan di sekolah,” tambah Pauzi.
Dengan pendekatan terpadu ini, SMAN 10 Takengon berharap mampu menyiapkan generasi tangguh yang tidak hanya berfokus pada nilai akademik semata, tetapi juga memiliki karakter, kreativitas, dan jiwa kepemimpinan untuk menghadapi tantangan zaman.
“Sekolah harus menjadi tempat menempa generasi tangguh, bukan hanya tempat mengejar nilai kognitif saja,” pungkas Pauzi.
Model pendidikan seperti ini diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah di wilayah pinggiran lainnya untuk terus menggali potensi siswa sesuai bakat dan minat mereka. (*)
Editor: Darmawan