Leading News For Education For AGENTOTOPLAY Aceh
IndeksRedaksi

Sebuah Memoar Dari Ruang Inspirasi; Guru, Pembelajar Sepanjang Masa

Kenapa Siswa Menyontek Saat Ujian?
Nelliani MPd Guru SMAN 3 Seulimeum

Oleh: Nelliani, M.Pd

Guru SMA Negeri 3 Seulimeum, Aceh Besar

ACEHSIANA.COM | PENDIDIKAN – Senang sekali bisa menjadi bagian dari kegiatan Pelatihan Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) guru matematika jenjang SMA/SMK yang dilaksanakan cabang Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, tanggal 18-21 September 2023. Banyak pengetahuan dan pengalaman baru yang didapat sebagai bekal dalam mendidik dan mengajar. Pelatihan selama empat hari tidak terasa berat, meski tugas yang harus disiapkan lumayan banyak. Semua peserta antusias mengikuti materi sampai akhir yang dibimbing oleh nara sumber berkompeten yaitu pak John Abdi dan bu Mila.

Siapa yang tidak kenal John Abdi. Pak John, begitu ia akrab disapa di kalangan para guru dan pemerhati pendidikan. Beliau adalah pengawas senior pada Dinas Pendidikan Aceh yang telah melanglang buana kemana-mana bahkan sampai ke negeri China. Pak Jhon juga sosok yang terlibat dalam Pengembangan Kurikulum dan Asesmen Dinas Pendidikan Aceh.

Banyak posisi yang telah diemban, berbagai diklat di dalam dan luar negeri pernah ia ikuti. Tidak sedikit sekolah bahkan daerah pernah ia singgahi yang mengundangnya sebagai nara sumber. Di balik itu semua ada hal yang membuat peserta pelatihan terinspirasi. “Pak Jhon adalah pribadi yang tidak pernah berhenti belajar”.

Itulah kesan yang kami tangkap selama empat hari bersama beliau. Belajar bersama sosok yang haus belajar adalah pengalaman menyenangkan. Ada saja hal baru yang membuat penasaran. Ada saja pengetahuan baru yang mencerahkan. Meskipun mata “minta menyerah” sebab dipaksa memandang layar laptop seharian, namun semangat tetap membara.

Pak Jhon tidak saja berbagi teori-teori dan pengalaman mengajar. Beliau menekankan bahwa menjadi guru masa kini dan masa depan dituntut adaptif. Artinya di era digitalisasi yang berkembang sangat cepat, pendidik tidak cukup berani mengajar, namun juga mampu beradaptasi dengan perkembangan. Untuk itu, guru perlu terus belajar dengan senantiasa mengupgrade kemampuan diri terutama dalam penguasaan teknologi.

Guru adaptif akan siap menerima perubahan dan menjadi agen perubahan itu sendiri. Peserta didik hari ini adalah anak-anak digital. Bagi mereka guru dan buku bukan lagi satu-satunya sumber belajar. Informasi dan pengetahuan apa saja dapat dengan mudah dipelajari dengan berselancar di ranah maya. Mereka mudah bosan bila proses pembelajaran masih menganut metode tradisional dimana guru menyuruh siswa mencatat buku sampai habis.

Beradaptasi dengan teknologi merupakan keniscayaan. Siswa hari ini akan termotivasi belajar jika guru bisa menghadirkan kegiatan pembelajaran menarik dan interaktif sesuai karakter mereka yang senang bereksplorasi. Salah satunya yaitu dengan mendayagunakan teknologi sebagai media pembelajaran.
Media Belajar Digital Sebenarnya banyak sekali media belajar berbasis digital yang bisa dimanfaatkan. Kecanggihan teknologi menfasilitasi hal tersebut. Namun, pada kesempatan ini, pak Jhon membimbing kami mempelajari dua platform yang mendukung pembelajaran lebih interaktif yaitu Microsite dan aplikasi Gamma. Guru bisa mengintegrasikan aplikasi tersebut ke dalam ruang kelas mereka.

Microsite (mini website) adalah fitur yang disediakan oleh platform s.id dengan memberi kemudahan kepada penggunanya membuat situs mini dan memperpendek tautan. Guru dapat memanfaatkan fitur tersebut untuk menyebarkan pengetahuan kepada siswa.
Misalnya, seorang guru ingin membuat Microsite pembelajaran. Dia dapat membuat berbagai model sesuai kebutuhan informasi yang hendak disampaikan. Ketika peserta didik mengklik fitur tersebut langsung mengarah pada informasi yang dituju. Cara ini memudahkan guru menyampaikan pengetahuan. Kelebihan fitur ini memuat banyak tautan dalam satu tempat. Pengguna bebas mendesainnya lebih menarik dan interaktif.

Dalam kegiatan belajar mengajar, presentasi menjadi salah satu sarana komunikasi paling efektif. Membuat presentasi yang menarik menjadi tugas yang menantang. Presentasi menarik dan professional berdampak pada mudahnya informasi disampaikan dan diterima dengan baik oleh audiens. Bagi peserta didik, presentasi yang ditunjang dengan penyajian powerpoint yang memikat memudahkan memahami materi. Menjawab tantangan tersebut Gamma App hadir dan dapat dimanfaatkan secara luas untuk bahasan apa pun.

Kecanggihan Gamma App mengevaluasi dan mengekstrak informasi dari berbagai sumber kemudian menyajikannya dalam desain yang dinamis dan responsif membuat peserta pelatihan kagum. Mereka sudah tak sabar ingin mempraktikkan aplikasi ini saat mengajar karena dapat menghemat waktu dalam mengungkapkan point-point penting dari materi yang ingin dibahas.

Teknologi menjadi alat yang kuat bagi guru membangun pengalaman belajar siswa agar lebih interaktif dan dinamis. Melek teknologi adalah kuncinya. Kreativitas guru memanfaatkan beragam platform digital dan strategi tepat akan meningkatkan keterlibatan siswa, memudahkan mereka mengakses sumber belajar dan memberikan pendidikan yang efektif.

Pak Jhon berpesan, guru harus bisa menghadirkan hal-hal baru dalam pembelajaran. Minat belajar siswa akan meningkat jika ia mendapatkan pengetahuan yang belum pernah diketahuinya baik keterampilan mengoperasikan berbagai platform belajar digital maupun informasi-informasi yang membuka cakrawala berpikir mereka. Untuk itu, guru perlu gemar membaca. Dengan membaca, selain menambah pengetahuan bagi dirinya, juga sebagai model bagi siswanya.

Untuk memperkaya literasi, pak Jhon membagikan referensi buku-buku digital dari koleksi pribadinya. Ada berbagai judul yang bisa diunduh, dari buku pelajaran, teori-teori belajar, motivasi, inspirasi hingga buku-buku sejarah penemuan dunia. Pertanyaannya, apakah kita sebagai guru gemar membaca?.
Tampaknya, itulah tantangan selama ini.

Hal tersebut juga menjadi alasan mengapa kemampuan literasi peserta didik kita rendah. Berdasarkan survey Program for International Student Assessment (PISA) 2018, Indonesia menempati posisi 10 terbawah dari 79 negara yang berpartisipasi atau termasuk 10 terbawah negara dengan tingkat literasi rendah.

Kemampuan rata-rata membaca siswa Indonesia 80 poin di bawah rata-rata negara OECD dan masih berada di bawah capaian siswa di negara-negara ASEAN.

Sementara di sisi lain, untuk mencetak generasi unggul harus dimulai dari gerakan literasi atau gemar membaca. Karena dengan literasi tinggi akan melahirkan generasi yang bisa berinovasi dan berdaya saing. Tanpa literasi tinggi, kita kesulitan menciptakan sumber daya manusia yang inovatif dan kompetitif.

Di lingkungan sekolah, gerakan literasi dimulai dari guru sebagai teladannya. Jika guru menginginkan siswanya membaca, terlebih dahulu ia perlu menunjukkan minat terhadap bacaan dan senang membaca bersama siswa. Peserta didik akan termotivasi membaca melihat kebiasaan gurunya yang gemar membaca.

Tidak terasa waktu telah menghantarkan kami ke penghujung acara. Selama empat hari belajar bersama para nara sumber hebat memberikan kesan luar biasa. Sebuah memoar berharga yang akan selalu menginspirasi perjalanan kami mendidik generasi bahwa menjadi guru harus terus belajar karena sejatinya, guru adalah pembelajar sepanjang masa. (*)

Penulis adalah guru SMAN 3 Seulimeum, Aceh Besar