ACEHSIANA.COM, Takengon – Para siswa SMA Negeri 9 Takengon Kabupaten Aceh Tengah, berhasil menunjukkan hasil gemilang dari pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan menghasilkan ribuan bibit kopi Arabika Gayo yang siap tanam.
Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka yang menekankan pengembangan karakter dan kompetensi siswa melalui pembelajaran berbasis proyek.
Kepala SMA Negeri 9 Takengon, M. Yusup SPd kepada media ini, Kamis (3//7/2025) mengatakan, proyek yang dimulai sejak Januari 2025 ini melibatkan 287 siswa dari kelas X, XI, dan XII.
Katanya, mereka mendapatkan pembekalan dan praktik langsung mengenai budidaya pembibitan kopi, mulai dari pemilihan biji berkualitas, penyemaian, pengisian media tanam dalam polybag, hingga perawatan harian.
Kepala sekokah menjelaskan, dipilihnya proyek pembibitan kopi bukan tanpa alasan. Kabupaten Aceh Tengah yang merupakan lokasi SMA Negeri 9 Takengon dikenal sebagai salah satu sentra penghasil kopi terbesar di Indonesia.
“Melalui observasi dewan guru dan tim proyek, potensi geografis tersebut dijadikan dasar untuk menentukan tema proyek P5,” kata Yusup.
Dikatakannya, selama enam bulan, para siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan praktik.
Ia menuturkan, mereka juga melakukan pengamatan serta menyusun laporan kegiatan secara terstruktur.
Mereka didampingi oleh guru koordinator dan kelompok belajar, proyek ini berjalan dengan sistematis hingga akhirnya menghasilkan ribuan bibit kopi yang kini diminati masyarakat.
“Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa siswa mampu berkarya dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat,” ungkap M. Yusup.
Lebih lanjut diungkapkannya, banyak warga yang mulai datang untuk membeli bibit hasil pembibitan siswa karena kualitasnya yang baik.
M. Yusup menyampaikan, apresiasi kepada seluruh dewan guru dan tim P5 yang telah merancang serta membimbing siswa selama pelaksanaan proyek.
“Saya berharap program ini terus berlanjut dan menjadi
produk unggulan sekolah di bidang pertanian,” ucapnya.
Ia menambahkan, proyek ini juga memberikan manfaat langsung bagi para siswa, mengingat mayoritas orang tua mereka bekerja sebagai petani.
“Dengan keterampilan yang diperoleh, para siswa diharapkan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memberi nilai tambah secara ekonomi maupun kemandirian,” imbuhmya.
Kegiatan ini sambungnya lagi, menjadi contoh sukses pelaksanaan Kurikulum Merdeka yang kontekstual, inovatif, serta berorientasi pada kebutuhan lokal. (*)
Kontributor: Baihaki
Editor: Darmawan