ACEHSIANA.COM, Jakarta – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono menyebutkan bahwa inovasi dan teknologi mampu mengantisipasi bencana hidrometeorologi. Hal itu disampaikan Basuki dalam Seminar Nasional Masyarakat Hidrologi di Jakarta pada Selasa (6/6) sebagaimana rilis yang diterima acehsiana.com.
Adapun tema yang diusung pada forum diskusi tersebut adalah Inovasi Hidrologi Terapan dalam Menghadapi Bencana Hidrometeorologi. Tema ini diangkat untuk menggambarkan isu-isu strategis serta solusi dalam menghadapi permasalahan krisis air global.
Menurut Basuki, pihaknya sangat mengapresiasi para ahli dan akademisi yang tergabung dalam Masyarakat Hidrologi Indonesia (MHI) untuk memanfaatkan inovasi dan teknologi dalam mengantisipasi perubahan iklim dan bencana hidrometeorologi.
“Ilmu Hidrologi adalah kunci fundamental yang sangat diperlukan untuk memecahkan permasalahan sumber daya air dalam hal prediksi dan estimasi sehingga bisa menekan kerugian seminimal mungkin. Hidrologi sangat menentukan, tidak hanya terkait kebijakan dalam strategi menangani bencana hidrometeorologi tapi juga untuk kemaslahatan masyarakat terkait air,” ujar Basuki.
Dikatakan Basuki bahwa dibutuhkan partisipasi berbagai pihak dengan sinergi strategi dan upaya peningkatan harmonisasi antar institusi dalam menghadapi bencana, saat bencana, dan pascabencana hidrometeorologi.
“Perlu upaya mitigasi untuk meminimalisir dampak dengan sistem peringatan dini seperti drought and flood early warning sistem yang diadakan berbagai instansi, baik pusat maupun daerah serta peran masyarakat dan organisasi lainnya,” sebut Basuki.
Sementara itu, Ketua pelaksana seminar nasional, Eko Winar Irianto menuturkan bahwa Seminar Nasional MHI 2023 tersebut sejalan dengan tema besar acara World Water Forum 2024 di Bali yaitu Water For Shared Prosperity.
Pada seminar nasional tersebut, kata Eko, membahas mengenai Bencana Hidrometeorologi dan Antisipasinya. Diskusi ini turut mengundang Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Raditya Jati, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Dodo Gunawan dan Waluyo Hatmoko selaku perwakilan dari Masyarakat Hidrologi Indonesia.
Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Raditya Jati, menerangkan bahwa sebagai salah satu negara paling rawan bencana di dunia, pengelolaan bencana di Indonesia memiliki beberapa faktor yang kompleks dan menantang. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di Dunia yang berlokasi di Pacific Ring of Fire atau Lingkaran Api Pasific. Menurut data dari BNPB, 80% gempa bumi dan 90% letusan gunung berapi terbesar di dunia terjadi di area Lingkaran Api Pasific.
Raditya menambahkan bahwa terdapat 4 (empat) prioritas aksi yang sebaiknya dilakukan dalam penanganan bencana di Indonesia; (1) memahami risiko bencana, (2) memperkuat tata kelola risiko bencana untuk mengelola risiko bencana, (3) berinvestasi dalam pengurangan risiko bencana untuk ketahanan, dan (4) meningkatkan kesiapsiagaan bencana untuk respons yang efektif dan untuk membangun kembali dengan lebih baik dalam pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.
“Siklus pemulihan dan rekonstruksi dalam penanganan bencana di Indonesia, merupakan dua siklus yang harus diantisipasi. Saat ini kita mengupayakan tiap daerah kabupaten dan kota memiliki kajian risiko bencana yang akhirnya menjadi acuan penanggulangan bencana,” ucap Raditya.
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Dodo Gunawan, menjelaskan bahwa pada tahun 2021, Indonesia telah mendekati masa ketika suhu mencapai batas kritis 1,5 derajat celsius. Saat ini tanda-tanda perubahan iklim sudah terasa karena di Kutub terjadi pencairan es dan permukaan salju semakin mencair. Di Puncak Jaya Papua saat ini mencair karena suhu sudah lebih dari 0 derajat Celsius.
“BMKG memprediksi dampak perubahan iklim di Indonesia dengan munculnya fenomena cuaca yang mempengaruhi curah hujan atau El Nino pada pertengahan tahun 2023 sehingga berdampak pada musim kemarau yang lebih kering dan panjang serta musim hujan dengan intensitas yang lebih tinggi,” ucap Dodo.
Pada kegiatan tersebut, juga dilakukan pemberian apresiasi MHI Lifetime Achievement kepada 8 pendiri dan senior MHI atas dedikasi dan pengabdiannya dalam mengembangkan MHI. Berikut adalah 8 penerima apresiasi tersebut, yaitu, Dr. Ir Adi Suyanto, Ir. Joesron Loebis, M. Eng. APU, Dr. Ir Sri Woro, Asep Karsudu, MSc, PhD, Ir. Eddy A. Djajadiredja, Dipl. HE, Dr Ir Moh Hasan Dip HE, (Alm) Bapak Sri Harto, dan Prof. Hidayat Pawitan, PhD in Engineering. (*)
Editor: Darmawan