ACEHSIANA.COM, Jakarta – Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengusulkan agar pengetahuan mengenai digital dijadikan kurikulum yang diajarkan dari bangku sekolah. Usulan ini bertujuan agar manfaat literasi digital dapat dirasakan lebih merata dan inklusif.
Ketua APJII Muhammad Arif Angga mengatakan selama ini pemerintah ataupun swasta hanya memberikan pelatihan pada suatu segmen masyarakat tertentu. Padahal menurut Arif, setiap warga negara harus mendapatkan pelatihan digital tanpa terkecuali.
“Kalau saya rasa ya perlu bener-bener ada kurikulumnya ya. Kalau sekarang kan cuma ada pelatihan-pelatihan di segmen tertentu. Pengennya sampai ke level sekolah dan lain-lain ya,” ujar Arif.
Menurut Arif, dengan menjadikan literasi digital sebagai kurikulum sekolah, maka setiap siswa akan memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan digital. Hal ini akan menjadi modal bagi mereka untuk menghadapi era digital yang semakin berkembang.
Wakil Menteri Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Nezar Patria sempat mengatakan target literasi digital Indonesia pada 2025 akan mencapai 30 juta orang. Nezar pun mengatakan angka itu masih kurang, karena target sebenarnya sekitar 50 juta orang.
Oleh karena itu, Indonesia masih butuh talenta digital sebanyak 9 juta orang. Sementara Perguruan Tinggi hanya dapat menyuplai talenta digital sekitar 100.000-200.000 orang per tahunnya.
Lebih lanjut, menurut Arif, talenta digital yang ada selama ini juga masih tidak optimal. Dari sekian banyak talenta digital yang ada di Indonesia, Arif mengaku masih banyak pelaku usaha yang tidak maksimal dalam memanfaatkan platform digital.
Arif mencontohkan banyak pelaku usaha yang hanya melakukan registrasi ke platform digital, tetapi tidak tahu cara mengaktifkan platform dengan lebih baik.
“Karena kalau mereka cuma login dan tidak tahu cara campaignnya dan lain-lainnya juga akan tenggelam kan ya produknya,” sebut Arif.
Menteri Kemenkominfo (Menkominfo) Budi Arie mengutip data dari World Economic Forum di April 2023, terdapat 85% organisasi akan meningkatkan adopsi teknologi digital. Selain itu, menurutnya penerapan standar ESG (Environmental Social and Governance) mendorong 86% perusahaan merencanakan peningkatan kegiatan usaha melalui platform digital dan aplikasi.
“Persaingan di tingkat global saat ini semakin kompetitif. Ada banyak sekali yang harus talenta digital kita siapkan agar mampu menembus pasar global,” tutur Budi, dikutip dari laman Kemenkominfo.
Arif berharap usulan APJII untuk menjadikan literasi digital sebagai kurikulum sekolah dapat dipertimbangkan oleh pemerintah. Menurutnya, hal ini merupakan langkah penting untuk mempersiapkan talenta digital Indonesia yang unggul dan kompetitif di era digital. (*)
Editor: Darmawan