Leading News For Education For AGENTOTOPLAY Aceh
IndeksRedaksi

Ketua Komisi X DPR RI Sebut Lato-lato Buktikan Permainan Tradisional Jauhkan Anak dari Gadget

DPR Minta Alokasi Anggaran Pusat untuk Sekolah Tatap Muka
Ketua Komisi X DPR, Syaiful Huda (doc. dpr.go.id)

ACEHSIANA.COM, Jakarta – Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda, menyebutkan bahwa fenomena maraknya lato-lato membuktikan bahwa permainan tradisional dapat menjauhkan anak dari gadget atau gawai. Hal itu disebutkan Huda pada Selasa (17/1) di Jakarta.

Menurut Huda, permainan lato-lato yang sedang tren saat ini dinilai menunjukkan sinyal positif bahwa anak-anak bisa lepas dari ketergantungan pada sebuah gadget atau gawai. Demam lato-lato ini, lanjut Huda, harus menjadi momentum untuk mengarusutamakan permainan tradisional yang banyak mengeksplorasi gerak tubuh hingga interaksi sosial.

Dikatakan Hudah bahwa fenomena maraknya permainan lato-lato menjadi angin segar di tengah kekhawatiran kecanduan gawai yang melanda anak-anak di Indonesia. Tren ini harus dijaga agar anak-anak di Indonesia terus mengeksplorasi berbagai ragam permainan tradisional di Tanah Air.

“Tren lato-lato menjadi bukti bahwa anak-anak kita bisa untuk tidak kecanduan game online atau gadget,” ujar Huda.

Berdasarkan penelusuran acehsiana.com, sejumlah dinas pendidikan di berbagai daerah mengeluarkan larangan permainan lato-lato di lingkungan sekolah. Di Jawa Barat, Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kota Cirebon mengimbau siswa untuk tidak membawa lato-lato ke sekolah guna memastikan kegiatan belajar mengajar tidak terganggu. Di Lampung, Dinas Pendidikan Pesisir Barat, pun melakukan hal yang sama.

Huda meminta Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbudristek) turun tangan dan proaktif. Komunikasi dengan dinas pendidikan di daerah harus dilakukan dan bersama-sama membuat perencanaan untuk memanfaatkan tren lato-lato sebagai momentum mengeksplorasi ragam permainan tradisional lainnya.

“Kemendikbudristek bisa bekerja sama dengan dinas pendidikan di berbagai daerah untuk mengarahkan lato-lato sebagai media pembelajaran siswa. Tentunya dengan pengawasan dan disiplin yang ketat sehingga meminimalkan potensi bahayanya,” tutur Huda.

Huda menuturkan bahwa ragam permainan asli Indonesia begitu luar biasa. Berbagai permainan tradisional tersebut selalu mengombinasikan gerak tubuh, interaksi sosial, hingga keterampilan tertentu.

“Berbagai ragam permainan tradisional baik yang menggunakan media seperti lato-lato maupun tanpa alat seperti gobak sodor sebenarnya sangat menarik bagi anak-anak. Hanya saja karena tidak dikenalkan dengan baik di sekolah akhirnya tidak berkembang,” urai Huda.

Lebih lanjut Huda menuturkan bahwa kemunculan kembali Lato-lato, kata Huda, tidak bisa lepas dari pengaruh media sosial yang memviralkan jenis permainan yang pernah booming di tahun 80-an tersebut. Menurutnya, metode ini bisa digunakan untuk kembali mengenalkan ragam permainan tradisional kepada anak-anak di Indonesia.

“Ragam permainan tradisional dari berbagai daerah sudah barang tentu akan menarik perhatian banyak anak. Saat ini masalahnya bagaimana memilih kemasan dan media paling efektif untuk mengenalkannya pada anak-anak. Di sini sekolah bisa menjadi garda depan dalam mengenalkan ragam permainan tradisional kepada peserta didik,” pungkas Huda. (*)

Editor: Darmawan