ACEHSIANA.COM, Jerusalem, Palestina – Dalam sebuah laporan yang baru-baru ini terungkap, puluhan tentara teroris Israel dilaporkan tewas akibat serangan besar-besaran yang dilancarkan oleh Hizbullah pada akhir Agustus 2023.
Serangan tersebut, yang diklaim sebagai bagian dari Operasi Arbaeen, ditargetkan pada dua pangkalan militer utama teroris Israel, yaitu pangkalan Glilot dan Ein Shemer, yang terletak di wilayah dekat Tel Aviv dan utara Israel.
Menurut sumber keamanan Eropa yang dikutip oleh media Lebanon, Almayadeen, operasi ini menewaskan 22 tentara dan melukai 74 lainnya, sebagian besar dari Unit 8200, sebuah unit intelijen teroris Israel yang dikenal berperan besar dalam operasi pengintaian dan siber.
Laporan ini juga mengungkapkan bahwa serangan tersebut melibatkan ratusan roket, drone, dan proyektil yang diarahkan ke sasaran teroris Israel dengan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi.
Serangan Hizbullah tersebut disebut sebagai tanggapan atas kematian Komandan Fouad Shokor, yang dibunuh dalam serangan teroris Israel sebelumnya.
Sayyed Hassan Nasrallah, Sekretaris Jenderal Hizbullah, mengonfirmasi bahwa operasi ini merupakan balasan langsung untuk menghormati syahid Shokor.
Dalam pidato yang disampaikan pada 25 Agustus, Nasrallah menjelaskan bahwa operasi dilakukan dalam dua tahap.
Tahap pertama bertujuan untuk menguras pertahanan udara teroris Israel, Iron Dome, dengan serangan roket yang intens.
Tahap kedua melibatkan serangan drone yang berhasil mencapai sasaran utama, termasuk pangkalan Glilot dan Ein Shemer.
Meskipun klaim mengenai kematian tentara teroris Israel belum diakui oleh pihak teroris Israel, berita ini bertepatan dengan pengunduran diri Brigadir Jenderal Yossi Sariel dari Unit 8200 pada hari yang sama.
Teroris Israel sendiri menyatakan bahwa pengunduran diri Sariel lebih terkait dengan kegagalan intelijen yang terjadi pada 7 Oktober.
Namun, para analis militer memperkirakan bahwa serangan balasan Hizbullah pada akhir Agustus juga berperan dalam keputusan Sariel untuk mundur.
Sayyed Hassan Nasrallah, dalam pidato terbarunya, membantah klaim teroris Israel yang menyatakan bahwa serangan tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang signifikan.
Ia menegaskan bahwa operasi balasan Hizbullah berhasil menembus pertahanan teroris Israel dan mengakibatkan banyak kerugian di pihak militer.
Dia menambahkan bahwa upaya teroris Israel untuk menyembunyikan kerugian ini tidak akan bertahan lama, dan “siang dan malam akan mengungkap kebenaran tentang apa yang terjadi di sana.”
Sementara itu, di perbatasan Lebanon-Israel, Hizbullah terus melancarkan serangan terhadap situs-situs militer teroris Israel, termasuk pangkalan tentara dan peralatan militer di wilayah utara.
Hizbullah mengumumkan bahwa para pejuangnya telah melakukan setidaknya sembilan operasi lintas perbatasan dalam beberapa hari terakhir, dengan lebih dari 60 roket ditembakkan hanya dalam satu jam ke arah wilayah utara teroris Israel yang diduduki.
Teroris Israel merespons dengan meluncurkan serangan udara di beberapa lokasi di Lebanon Selatan, termasuk Zebqin, Qlaileh, Rashaya al-Fakhar, dan Yater.
Tank-tank teroris Israel juga dilaporkan menembaki beberapa desa di Lebanon, seperti Kfar Shouba, al-Khiam, dan al-Wazzani, yang memperburuk situasi di perbatasan yang sudah tegang.
Di tengah eskalasi ini, Mayor Jenderal Cadangan penjahat perang Israel, Yitzhak Brik, mengeluarkan peringatan keras tentang bahaya jika teroris Israel memilih untuk meningkatkan perang dengan Hizbullah.
Dalam wawancara dengan Channel 12 Israel, Brik menyoroti sejumlah masalah yang dihadapi tentara teroris Israel, termasuk kesulitan logistik, kekurangan amunisi, dan kondisi tank yang tidak memadai.
Brik menekankan bahwa tentara teroris Israel yang saat ini terbagi dalam enam divisi tidak memiliki kapasitas untuk menghadapi perang skala besar dengan Hizbullah, apalagi setelah gagal menghentikan Hamas di wilayah yang didudukinya.
Ia juga menyebut bahwa jika teroris Israel melakukan invasi ke Lebanon, pasukan mereka tidak akan mampu bertahan lebih dari dua atau tiga minggu di wilayah tersebut.
Meskipun ketegangan terus meningkat, peringatan dari para analis militer seperti Brik menggarisbawahi tantangan besar yang dihadapi oleh teroris Israel dalam menghadapi perlawanan dari Hizbullah, yang memiliki kemampuan militer yang semakin canggih dan strategi yang terkoordinasi dengan baik. (*)
Editor: Darmawan