Leading News For Education For AGENTOTOPLAY Aceh
IndeksRedaksi

Jokowi Sebut Lulusan S2 Jadi Tukang Sapu, Kemendikbudristek Minta Lapangan Kerja Diciptakan

Dirjen Dikti Sebut Pandemi Covid-19 Tantang Dunia Pendidikan Gunakan Teknologi
Dirjen Dikti, Nizam (doc. kagama.co)

ACEHSIANA.COM, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan bahwa lulusan S2 malah menjadi tukang sapu. Hal itu disampaikan Jokowi saat berbicara tentang bonus demografi yang dihadapi Indonesia pada Jumat (16/6) di Jakarta.

Menurut Jokowi, bonus demografi harus dikelola dengan baik. Ia tak ingin angkatan kerja Indonesia menjadi pengangguran dan menghadirkan bencana demografi.

“Betapa sulitnya mencari lapangan pekerjaan saat ini. Sehingga, lulusan S2 sekalipun malah menjadi tukang sapu,” ujar Jokowi.

Plt Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Nizam, menyayangkan hal tersebut. Seharusnya, sebut Nizam, pendidikan dapat memberi nilai pada kehidupan lulusan.

“Jangan sampai pendidikan tidak memberi nilai tambah pada lulusannya. Semakin tinggi pendidikan harusnya semakin tinggi pula kompetensi dan daya saingnya,” ucap Nizam.

Dikatakan Nizam bahwa saat ini mencari kerja sulit. Namun, yang menjadi catatan saat ini kebutuhan di dunia kerja sangat minim.

“Kalau belum ada, harus diciptakan atau dikembangkan ekosistem untuk lahirnya demand-demand baru,” sebut Nizam.

Nizam mencontohkan kebijakan nasional yang mengharuskan industri setiap tahun harus meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 5 persen. Hal ini, tutur Nizam, akan mendorong munculnya inovasi yang melahirkan lapangan pekerjaan baru, industri komponen dalam negeri yang berbasis inovasi dalam negeri.

Nizam menambahkan bahwa saat lapangan kerja baru tercipta, perguruan tinggi terdorong berinovasi. Nizam menuturkan bahwa inovasi perguruan tinggi akan turut menggerakkan ekonomi, sehingga kedaulatan teknologi pelan tapi pasti akan bisa dikokohkan.

“Diperkuat dengan program Kampus Merdeka, mahasiswa bisa full time bekerja bersama dosen dan profesional industri untuk mewujudkan prototipe baru. Mereka nanti kalau lulus akan sangat siap menjadiSDM industri baru tersebut,” tutur Nizam.

Nizam menerangkan bahwa perlu juga dirancang subtitusi impor, yakni insentif bagi produk anak bangsa yang baru lahir untuk bisa masuk pasar. Dia mengatakan perlu juga dibentuk ekosistem yang baik bagi startup, termasuk modal ventura serta sandbox-ing bagi startup berbasis produk dalam negeri.

“Produk-produk yang masih besar komponen impor nya harus didorong untuk mensubstitusi dengan produk merah putih. Sementara hasil bumi dan laut harus diolah di Indonesia agar nilai tambahnya dinikmati oleh masyarakat. Produk-produk turunan juga harus dikembangkan, sehingga pertumbuhan ekonomi betul-betul terakselerasi dan lapangan pekerjaan yang produktif tercipta,” pungkas Nizam. (*)

Editor: Darmawan