ACEHSIANA.COM, Jakarta – Hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021 menunjukkan bahwa Indonesia mengalami darurat perundungan (bullying) di sekolah. Hal itu disampaikan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, pada Minggu (21/5) di Jakarta.
Menurut Nadiem, Indonesia memiliki urgensi besar untuk segera mengatasi bullying yang ada di lingkungan satuan pendidikan secara efektif dan berkelanjutan. Sebab, lanjut Nadiem, sekitar 25 persen peserta didik di Indonesia mengalami berbagai bentuk bullying berdasarkan hasil AN 2021.
“Salah satu upaya yang tengah kami lakukan untuk mengatasi bullying di satuan pendidikan adalah menerapkan program Roots Indonesia. Sebagai sebuah gerakan tentunya upaya ini harus kita lakukan bersama. Pendidikan yang maju berawal dari sekolah yang bebas dari kekerasan,” ujar Nadiem.
Dikatakan Nadiem bahwa hasil AN Tahun 2021 atau Rapor Pendidikan tahun 2022 menunjukkan, sekitar 25 persen peserta didik di Indonesia mengalami berbagai bentuk bullying. Jenis bullying yang mereka dapatkan beragam, baik itu secara fisik, verbal, sosial/relasional, ataupun secara daring alias cyberbullying.
“Setiap elemen memiliki peran masing-masing. Pemerintah daerah perlu mendukung sekolah yang melakukan program Roots. Warga sekolah harus berkolaborasi mencegah dan menangani tindak kekerasan. Orang tua juga harus menciptakan lingkungan rumah yang aman dan mendorong anak-anak menjadi agen perubahan. Masyarakat sekitar harus bergotong royong melindungi anak dari kekerasan,” sebut Nadiem.
Nadiem menambahkan bahwa sejak tahun 2021, melalui program Roots telah dilakukan pendampingan kepada 7.369 sekolah jenjang SMP dan SMA/ SMK yang berasal dari 489 kabupaten/ kota di 34 provinsi di Indonesia. Program tersebut juga telah melatih 13.754 fasilitator guru anti bullying di jenjang SMP dan jenjang SMA/SMK.
“Berdasarkan data hasil monitoring program Roots tahun 2021, telah terbentuk 43.442 siswa agen perubahan antibullying yang berperan untuk menyebarkan pesan dan perilaku baik di lingkungan sekolah,” tutur Nadiem.
Nadiem menuturkan bahwa untuk memperluas gerakan dan dampak manfaat dari program Roots, tahun ini Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbudristek kembali memulai rangkaian program Roots Indonesia. Kegiatan diawali dengan sosialisasi kepada seluruh dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota se-Indonesia secara hibrida.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Suharti, mengugkapkan peran krusial dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota dalam mendukung pelaksanaan program Roots Indonesia 2023. Peran tersebut, antara lain memastikan keikutsertaan satuan pendidikan terpilih untuk mengikuti bimbingan teknis, memfasilitasi penggunaan dana Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) untuk pelaksanaan program Roots Indonesia.
“Mengawal dan memastikan satuan pendidikan sasaran menerapkan program Roots Indonesia setelah mengikuti bimtek kepada fasilitator guru,” ucap Suharti.
Suharti menerangkan bahwa, dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota juga diharapkan dapat mengembangkan program Roots Indonesia di daerah masing-masing agar terus berjalan, berkelanjutan, dan disebarluaskan pada satuan pendidikan lainnya.
“Semoga kita dapat bersama menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, berkebinekaan, dan aman bagi semua. Mari bersama atasi bullying,” harap Suharti. (*)
Editor: Darmawan