ACEHSIANA.COM, Malang – Dinilai aktif dalam upaya pembebasan sandera di Filipina, Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Surya Paloh memperoleh gelar Doktor Honoris Causa (HC) dari Universitas Brawijaya (UB), Malang. Prosesi pemberian gelar tersebut berlangsung pada Senin (25/7) di UB Malang.
Surya Paloh menerima gelar Dr HC dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UB di bidang sosiologi politik.
Surya Paloh menjelaskan bahwa ia merasa terhormat ketika dikukuhkan sebagai bagian dari keluarga besar Universitas Brawijaya. Pasalnya, lanjut Paloh, universitas tersebut mengingatkannya pada kebesaran salah satu kerajaan di Indonesia, yakni Kerajaan Majapahit.
“Bahagia dan bangga rasanya dapat berdiri di sini, dikukuhkan sebagai bagian dari keluarga besar Universitas Brawijaya, Malang. Sebuah kehormatan yang tak terhingga untuk menerima penghargaan gelar Doktor Honoris Causa dari salah satu kampus ternama ini,” ujar Paloh.
Paloh dalam orasi ilmiahnya mengucapkan terima kasih sekaligus mengajak untuk meneguhkan kembali politik kebangsaan. Sebuah tema yang menurutnya terdengar klasik, tetapi tetap harus dikumandangkan.
“Mari kita semua apapun profesi untuk mengupayakan semua perilaku. Orientasi masyarakat demi terbangunnya kebaikan bersama dalam bingkai kehidupan berbangsa dan bernegara,” ajak Paloh.
Dikatakan Paloh bahwa sebuah pekerjaan yang terus-menerus dijalankan dan menjadi kontekstual untuk disuarakan terlebih menjelang pesta demokrasi 2024 nanti.
“Tahun 2022 disebut banyak pihak sebagai tahun politik. Namun tahun-tahun sebelumnya, seolah tidak berisi dialektika dan keputusan politik,” ucap Paloh.
Paloh menambahakan bahwa setiap harinya masyarakat selalu berpolitik, sebab keberadaan lembaga-lembaga politik dalam kehidupan bernegara pastilah meniscayakan adanya kehidupan politik. Namun, ia paham bahwa sebutan ini merujuk pada momentum Pemilu 2024.
“Situasi dan interaksi para elit partai semakin dinamis, berbagai spekulasi politik pun terus bergulir. Setiap partai politik bersiap diri, mengambil ancang-ancang, memanaskan mesin politik masing-masing, mengukur kekuatan diri dan lawan, sekaligus saling menjajaki dan memetakan kekuatan-kekuatan yang ada,” tutur Paloh.
Sementara itu, Dekan Fisip Universitas Brawijaya Sholih Mu’adi menerangkan bahwa penganugerahan kepada Surya Paloh sudah melalui tahapan dan proses meneliti rekam jejak, sosok, dan keilmuannya. Termasuk sudah dipelajari para promotor secara cermat.
“Terdapat banyak hal dan semua orang harus tahu. Sosok Surya Paloh aktif dalam pembebasan sandera di Filipina. Itu tercatat dalam sejarah, tidak main-main,” tegas Sholih. (*)
Editor: Darmawan