ACEHSIANA.COM, Beijing – Pemerintah China secara resmi menghentikan program adopsi internasional pada Jumat (6/9), menyebabkan ribuan keluarga dari negara-negara mitra, terutama Amerika Serikat, terhenti dalam proses adopsi anak-anak asal China.
Keputusan ini mengakhiri program yang telah berjalan selama lebih dari empat dekade, kecuali untuk kasus adopsi di mana anak-anak masih memiliki hubungan keluarga dengan warga negara asing yang mengadopsi.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, tidak menjelaskan lebih lanjut alasan spesifik di balik pemberhentian program ini. Namun, ia menegaskan bahwa kebijakan ini sejalan dengan semangat konvensi internasional yang relevan.
“Kami berterima kasih kepada semua orang yang selama ini memberikan cinta dan kasih sayang kepada anak-anak China melalui adopsi,” kata Mao dalam pernyataannya yang dikutip oleh Al Jazeera.
Keputusan ini memicu kebingungan di kalangan keluarga Amerika Serikat yang saat ini tengah menjalani proses adopsi anak-anak China.
Menurut laporan Reuters, Beijing telah mengumumkan bahwa mereka tidak akan melanjutkan proses adopsi pada tahap apapun, mengakhiri harapan bagi banyak keluarga yang telah menantikan kedatangan anak-anak angkat mereka.
Program adopsi anak-anak China pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah Beijing pada tahun 1979, pada saat negara tersebut mengalami lonjakan populasi yang tidak diiringi oleh peningkatan kesejahteraan sosial.
Banyak anak-anak ditelantarkan oleh orang tua mereka akibat kemiskinan dan kebijakan satu anak yang kontroversial.
Fenomena ini juga diperparah oleh budaya patriarkis yang mengutamakan anak laki-laki, sehingga banyak anak perempuan yang dibuang atau diserahkan ke panti asuhan.
Sejak program ini dimulai, puluhan ribu anak dari China telah diadopsi oleh keluarga asing, dengan mayoritas diadopsi oleh keluarga di Amerika Serikat.
Hingga saat ini, tercatat sebanyak 82.674 anak China telah diadopsi oleh keluarga di Amerika. Sejumlah selebriti ternama, termasuk aktris Meg Ryan dan sutradara Woody Allen, juga dikenal sebagai orang tua yang mengadopsi anak dari China.
Meski dianggap sebagai langkah mulia, program adopsi internasional China juga menuai kritik, terutama terkait kerentanannya terhadap perdagangan manusia.
Menurut laporan BBC Internasional, setiap tahun terdapat banyak kasus perdagangan anak dari China, yang menimbulkan kekhawatiran tentang perlindungan anak-anak yang terlibat dalam program ini.
Sebelum keputusan penghentian total, Beijing sempat menutup sementara program adopsi internasional selama pandemi COVID-19, yang memperlambat proses adopsi lintas negara.
Kini, pemerintah China berfokus pada kebijakan dalam negeri untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, termasuk dengan menawarkan keringanan pajak dan perawatan kesehatan ibu yang lebih baik, dalam upaya menekan angka kelahiran dan mengurangi angka anak-anak terlantar di negara tersebut.
Meskipun demikian, bagi banyak keluarga di luar negeri, khususnya Amerika Serikat, keputusan ini meninggalkan kekecewaan mendalam.
Keluarga yang telah menunggu selama bertahun-tahun untuk mengadopsi anak-anak asal China kini harus menerima kenyataan pahit bahwa harapan mereka telah terhenti di tengah jalan. (*)
Editor: Darmawan