Leading News For Education For AGENTOTOPLAY Aceh
IndeksRedaksi

Bambu: Si Lembut dari Alam yang Naik Kelas Jadi Hiasan

Oplus_131072

 


Bambu: Si Lembut dari Alam yang Naik Kelas Jadi Hiasan

Lhokseumawe — Di pojok rumah Teungku Rahma, berdiri anggun seikat bambu yang disusun apik. Bukan untuk pagar, bukan pula untuk tiang jemuran seperti dulu. Tapi jadi hiasan. Cantik. Natural. Adem dipandang.

Bambu, yang dulu identik dengan dusun dan kesederhanaan, kini naik kelas. Dari bahan baku rakit dan dapur ala kampung, jadi dekorasi rumah minimalis. Bahkan, di beberapa kafe kekinian di Lhokseumawe, bambu dipajang seperti karya seni. Diberi sentuhan lilin, lampu kecil, atau hanya dibiarkan utuh dengan warna aslinya yang teduh.

“Bambu itu tidak cuma kuat, tapi juga lentur. Cocok untuk dijadikan apapun, termasuk hiasan,” ujar Cut Mira, pengrajin muda asal Pusong yang mengubah bambu jadi lampu gantung bernuansa tropis. Ia mengaku mulai serius menggarap bambu setelah melihat tren desain eco-friendly di media sosial.

Selain estetik, bambu juga ramah lingkungan. Tidak perlu dipoles dengan bahan kimia, dan mudah dibentuk. Dari vas bunga, rak dinding, hingga pembatas ruangan—semua bisa dari bambu.

“Rumah saya kecil, tapi saya ingin tetap ada unsur alam di dalam. Bambu solusinya,” kata Fauzan, warga Batuphat yang mengisi ruang tamu sempitnya dengan pot bambu mini dan bingkai foto dari ruas bambu.

Kesan tradisional pada bambu justru jadi nilai lebih. Dalam suasana modern yang serba cepat, bambu seolah membawa pulang kenangan masa kecil: suara jangkrik di malam hari, aroma nasi dalam kukusan, dan obrolan ringan di bawah cahaya pelita.

Dari dusun ke desain interior, bambu membuktikan bahwa keindahan tidak selalu harus mahal. Kadang, cukup datang dari alam—dan sedikit rasa cinta.


Mau ditambahkan foto, kutipan narasumber lokal, atau digarap jadi liputan berdurasi panjang?