Leading News For Education For AGENTOTOPLAY Aceh
IndeksRedaksi

Aceh Perkusi 2025: Pentas Budaya Tradisi Pesisir di Monumen Samudera Pasai

Oleh: Dr (C). Ir. Muhammad Hatta, SST. MT. CPS. CPPS. CMPS. CCLS. CTRS. CCHS. Pengurus Majelis Adat Aceh (MAA) Aceh Utara

 

Monumen Islam Samudera Pasai, jejak gemilang peradaban Islam, kembali hidup dalam dentuman perkusi yang mengalun dari jantung tradisi pesisir Aceh. Di bawah langit Samudera Pasai, pada tanah yang dahulu menjadi gerbang cahaya Islam pertama di Nusantara dan Asia Tenggara ini, tabuhan rapa’i, geundrang, serunee, dan irama maritim menggema, menyatukan suara laut, daratan, dan langit Aceh dalam satu harmoni abadi.

Gubernur Aceh, H. Muzakir Manaf yang sering disapa Mualem, dengan khidmat membuka secara resmi helatan budaya akbar ini. Hadir bersama beliau para tamu kehormatan dari negeri jiran Malaysia dan Thailand, kementerian terkait, anggota DPRA, Bupati beserta Forkopimda Aceh Utara, bupati dan wali kota se-Aceh, serta Kepala SKPA dan SKPK Aceh Utara. Tak ketinggalan hadir pula pimpinan perguruan tinggi negeri, BUMN, BUMD, instansi vertikal, tokoh adat, tokoh agama, serta segenap pemangku kepentingan yang menjadi saksi lahirnya perayaan penuh makna ini.

Kehadiran mereka bukan sekadar menghadiri sebuah pentas seni, melainkan menghadirkan komitmen kolektif untuk menjaga identitas, merajut persaudaraan, dan meneguhkan jati diri pesisir Aceh. Inilah wujud nyata bahwa adat, budaya, dan tradisi adalah fondasi kokoh yang menegakkan marwah Aceh di hadapan bangsa-bangsa. Aceh Perkusi 2025 menjadi panggung yang menyatukan masa silam dengan masa depan, kearifan lokal dengan semangat global, serta tradisi yang mengakar dengan kreasi yang membebaskan.

Setiap dentuman bukan sekadar nada. Ia adalah harapan, syair, dan pesan yang melintasi generasi. Ia menyapa jiwa, mengingatkan bahwa warisan budaya adalah kompas yang menuntun, sementara harmoni adalah jembatan menuju persaudaraan. Dalam tabuhan itu kita mendengar denyut Samudera Pasai, denyut peradaban yang dahulu menyatukan umat, dan kini menjadi spirit untuk membangun masa depan Aceh yang lebih bermartabat.

Aceh Perkusi 2025 adalah perayaan peradaban. Di sinilah kita belajar bahwa budaya bukan sekadar pertunjukan, melainkan adat yang diwarisi, nilai yang dijaga, dan tradisi yang menghidupkan ruh kebersamaan. Ia adalah identitas yang menyatukan, cahaya yang menguatkan, dan energi yang menggerakkan. Dari harmoni tradisi, kita menemukan ajaran luhur: “adat bak poe teumeureuhom, hukom bak syiah kuala, qanun bak putroe phang, reusam bak laksamana.” Inilah fondasi kearifan Aceh yang menegaskan keterikatan adat dengan agama, dan kebersamaan dengan persatuan.

Dari pesisir, Aceh berbicara kepada dunia, bahwa laut bukan hanya garis pantai, melainkan garis kehidupan yang menorehkan sejarah, menyalakan semangat, dan mengikat persaudaraan tanpa batas. Dari Samudera Pasai, kita diingatkan kembali pada kearifan indatu (nenek moyang) yang menegakkan adat, memuliakan agama, dan menjunjung tinggi persaudaraan. Dari tradisi perkusi, kita menemukan pesan luhur, bahwa Aceh akan kuat jika adatnya dijaga, budayanya dirawat, persaudaraannya ditegakkan, dan generasi mudanya dibimbing dengan nilai luhur warisan peradaban.

Aceh Perkusi 2025 bukan hanya pesta budaya, melainkan momentum kebangkitan. Dari dentuman rapa’i yang mengguncang hati, kita diajak untuk lebih percaya diri menatap masa depan, tanpa kehilangan akar sejarah dan identitas. Ia adalah panggilan jiwa, agar setiap anak Aceh kembali mencintai tradisinya, menjaga marwahnya, dan menyalakan semangatnya demi Aceh yang bermartabat di mata dunia.