ACEHSIANA.COM, Banda Aceh – Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) mengumumkan bahwa Provinsi Aceh masih memiliki empat wilayah kerja (WK) migas yang berstatus open area dan siap ditawarkan kepada para investor nasional maupun internasional.
Potensi migas di Serambi Mekkah dinilai masih sangat menjanjikan dan strategis untuk dikembangkan dalam upaya membangkitkan kembali kejayaan energi Aceh.
Kepala BPMA, Nasri Jalal, menjelaskan bahwa wilayah kerja yang terbuka tersebut saat ini tengah dalam proses pengkajian melalui studi bersama (joint study), salah satunya adalah WK Meuseuraya, hasil penggabungan antara blok South Blangpidie (SBA) dan Blok Meuligoe. WK Meuseuraya sendiri berada di kawasan Aceh Timur dan Langsa.
Selain Meuseuraya, ada tiga WK lain yang siap ditawarkan, yakni Blok Arakundo dan Blok Seuramoe yang keduanya terletak di lepas pantai timur utara Aceh (offshore), serta Blok Pasee/Lhokseumawe yang berada di perairan Lhokseumawe. Blok Pasee sebelumnya sempat diteliti oleh perusahaan migas asal Belanda, Zaratex.
“Kami terus berupaya menarik minat investor untuk mengelola blok-blok tersebut. Potensi migas Aceh masih sangat besar, namun banyak sumur yang sudah sangat tua, bahkan ada yang berumur lebih dari 40 tahun,” ujar Nasri, Sabtu (24/5).
Di sisi lain, BPMA juga mencatat saat ini terdapat tiga WK yang sedang dalam tahap eksplorasi aktif, yaitu Blok Bireuen-Sigli yang dikelola oleh Aceh Energy—anak perusahaan dari Energi Mega Persada (EMP), bagian dari Grup Bakrie—serta Blok Meulaboh dan Blok Singkil, yang masing-masing akan dieksplorasi oleh Conrad Asia Energy Ltd, perusahaan migas berbasis di Singapura.
Nasri juga menyampaikan kabar menggembirakan bahwa BPMA telah diberi kewenangan oleh pemerintah pusat untuk turut mengelola wilayah migas di lepas pantai hingga radius 12 mil laut.
Wilayah ini diketahui telah menunjukkan tanda-tanda keberadaan gas dalam jumlah besar yang ditemukan oleh dua perusahaan energi raksasa, Mubadala Energy dari Uni Emirat Arab dan Harbour Energy dari Inggris.
Namun, hingga saat ini kedua perusahaan tersebut belum mengajukan rencana produksi.
Sementara itu, Wakil Kepala BPMA, Nizar Saputra, menambahkan bahwa pihaknya juga tengah gencar mempromosikan proyek Carbon Capture and Storage (CCS) atau penangkapan dan penyimpanan karbon sebagai bagian dari transisi energi bersih.
“Lapangan Arun sangat potensial untuk proyek CCS. Kami sudah menjajaki peluang dengan perusahaan migas asal Jepang, Japan Petroleum Exploration Co., Ltd (JAPEX), dalam pertemuan di IPA Convex beberapa waktu lalu,” terang Nizar.
Proyek CCS ini merupakan kontribusi Aceh terhadap komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi karbon (CO₂) secara signifikan.
BPMA berharap kombinasi dari eksplorasi blok migas baru dan investasi di sektor CCS akan memperkuat posisi Aceh sebagai wilayah strategis dalam peta energi nasional.
Dengan semua potensi tersebut, BPMA optimistis Aceh dapat kembali menjadi pusat energi nasional yang tidak hanya mendukung ketahanan energi Indonesia, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara berkelanjutan. (*)
Editor: Darmawan