Leading News For Education For AGENTOTOPLAY Aceh
IndeksRedaksi

Sudah seharusnya Aceh Dorong Pendidikan Multi Talenta Berbasis Islami

Oplus_131072

Tulisan Abdul Hamid

Aceh terus berupaya menciptakan generasi muda yang multi talenta dengan landasan keislaman yang kuat. Sudah seharusnya Sejak jenjang Sekolah Dasar (SD), anak-anak Aceh diharapkan sudah mampu membaca Al-Qur’an dan hafal Juzz Amma. Saat menginjak Sekolah Menengah Pertama (SMP), mereka ditargetkan menghafal 10 juz, kemudian di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) menambah hafalan 10 juz lagi, dan akhirnya saat kuliah mampu menghafal keseluruhan 30 juz. Dengan pendekatan ini. Ide ini pernah saya utarakan kepada Bupati Pidie Sarjani Abdullah melalui wakilnya Irawan, mendapat respon positif dengan program ONE DAY ONE AYAT yang louching di SDN Boh Itek ( SDN 3 Beureunuen). Dari ide kecil itu akan menjadikan pendidikan Aceh Islami dan diharapkan semakin mencerminkan nilai-nilai Serambi Mekah dan mencetak generasi yang unggul dalam berbagai bidang.

Tokoh pendidikan dan masyarakat Aceh mengimpikan pentingnya melahirkan generasi yang tidak hanya berprestasi dalam akademik dan profesionalisme, tetapi juga memiliki kapasitas keagamaan yang mumpuni.

Harapannya, semisal seorang dokter juga bisa berkhutbah, seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) bisa menjadi muazin, pejabat mampu menjadi penceramah, serta pengusaha bisa berperan sebagai imam. Seperti sosok Dokter Hewan Fadli juga seorang kepala Dinas. Selain profesi sebagai PNS pejabat juga sebagai Khatib Khutbah Jum’at, ini keren.

Setiap anak Aceh diharapkan memiliki keterampilan menjadi muazin, imam, penceramah, serta khatib dalam khutbah Jumat seperti Drh. Fadli.

Mewujudkan visi ini bukanlah sesuatu yang mustahil. Dengan komitmen kuat dari semua pihak, terutama pemerintah sebagai pemegang kebijakan, Aceh bisa membangun sistem pendidikan berbasis syariah yang lebih terstruktur. Langkah konkret yang dapat diambil antara lain adalah menerapkan kurikulum lokal berbasis Islami, merekrut guru-guru yang memiliki kompetensi keagamaan yang baik, serta memastikan setiap tenaga pengajar mampu membaca Al-Qur’an, menjadi imam, dan berpidato dengan baik. Selain itu setiap sekolah sebelum pelajaran pertama dilakukan, siswa harus mengaji (membaca Al Qur’an) 10 menit saja.

Sosok seperti Drh. Fadli, salah satu kepala dinas di Kabupaten Pidie, menjadi inspirasi bagi banyak pihak. Kepemimpinannya yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dalam pekerjaan sehari-hari membuktikan bahwa profesionalisme dan religiusitas dapat berjalan beriringan.

Masyarakat Aceh lagi menunggu lebih banyak figur seperti beliau akan lahir di Bumi Serambi Mekah, Aceh dapat terus melahirkan generasi yang cerdas, religius, dan berdaya saing tinggi.

Dengan komitmen bersama, Aceh diyakini akan menciptakan generasi Islami yang sukses dalam berbagai profesi, namun tetap teguh pada nilai-nilai agama. Ini adalah langkah nyata untuk menjadikan Aceh sebagai model pendidikan berbasis syariah yang membanggakan dan tetap mempertahankan identitasnya sebagai Serambi Mekah.

Penulis adalah kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Bireuen. Pernah bertugas sebagai kepala UPTD pendidikan di Kabupaten Pidie.

Semoga bermanfaat dari acehsiana.com