Leading News For Education For AGENTOTOPLAY Aceh
IndeksRedaksi

Festival Pantun Nusantara 2024: Rekor MURI untuk Karya Sastra ASEAN

Festival Pantun Nusantara

ACEHSIANA.COM, Jakarta – Festival Pantun Nusantara 2024 telah sukses diselenggarakan pada 21-22 Desember 2024 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.

Sebelumnya, serangkaian kegiatan pendukung telah berlangsung sejak Maret hingga September 2024, dimulai dengan pelatihan penulisan dan penerbitan buku Pantun Budaya Nusantara, Karmina ASEAN, dan Karmina Pelajar ASEAN.

Semua kegiatan dilakukan secara daring melalui Zoom Meeting, dilanjutkan diskusi intensif di grup WhatsApp yang terbagi berdasarkan wilayah seperti Aceh, Riau, Sumatera Barat, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, serta negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.

Pada Mei 2024, program berlanjut dengan Pelatihan Menulis Pantun Karmina tingkat ASEAN. Pelatihan ini diikuti oleh lebih dari 1.700 peserta dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam.

Kegiatan yang berlangsung dari 12 hingga 19 Mei 2024 ini menghadirkan narasumber ternama, yaitu Datok Asrizal Nur, Sam Mukhtar Chaniago, dan Mohd. Rosli.

Diskusi dilanjutkan melalui grup WhatsApp hingga September 2024, menghasilkan 1.277 karya yang lolos kurasi untuk dihimpun dalam Antologi Karmina ASEAN.

Sebagai seorang Pengawas SD Dinas Pendidikan Kota Lhokseumawe, Syamsiah Ismail SPd MPd, merasa bangga menjadi salah satu peserta yang lolos kurasi untuk Provinsi Aceh, bersama guru dan kepala sekolah dari berbagai daerah di Aceh seperti Aceh Utara, Bireuen, Tamiang, Pidie Jaya, Aceh Besar, dan Banda Aceh.

Program ini menjadi pengalaman berharga, terutama karena menulis pantun Karmina – jenis pantun dua baris yang masih asing di masyarakat – memberikan wawasan baru dalam merawat sastra lama.

Syamsiah yang juga alumnus Pascasarjana Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Syiah Kuala, kesempatan ini semakin memperkaya pengalaman saya.

Peserta festival diinapkan di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Barat. Kegiatan hari pertama diawali dengan parade pakaian adat yang dimulai dari Anjungan Riau, mengitari beberapa anjungan lainnya di area TMII.

Para peserta mengenakan pakaian adat daerah masing-masing, lengkap dengan aksesori, termasuk perwakilan dari lima negara ASEAN. Parade ini dimeriahkan oleh grup Marching Band Genta Buana Anjungan Riau.

Selain itu, terdapat acara berbalas pantun, peragaan busana adat, dan jamuan makan khas Riau. Festival secara resmi dibuka oleh penggagas Perkumpulan Rumah Seni Asnur (PERRUAS) pada malam hari.

Hari kedua dimulai dengan waktu bebas bagi peserta untuk menikmati area TMII. Setelah salat Zuhur, acara dilanjutkan dengan Seminar Pantun Internasional bertema “Menjunjung Pantun Menjulang Budaya.”

Seminar ini menghadirkan pembicara ternama, yaitu Prof. Datok Perdana (Indonesia), Suraidi Sipan (Singapura), dan Dr. Maskiah Masrom (Malaysia), dengan moderator Syafiq Zulakifli (Malaysia). Sambutan pembukaan disampaikan oleh pemimpin PERRUAS dan Zufikar, Kepala Anjungan Riau.

Malam puncak Festival Pantun Nusantara 2024 berlangsung di Gedung Sasono Langen Budoyo, TMII. Acara dimulai dengan sambutan digital dari Menteri Pendidikan, Fadli Zon, dilanjutkan oleh Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang berpantun.

Selanjutnya, peluncuran buku Antologi Karmina ASEAN, Karmina Pelajar, dan Pantun Mutiara Budaya Nusantara dilakukan. Penyerahan piagam dan medali dari Museum Rekor Indonesia (MURI) menandai keberhasilan berbagai kategori lomba kepenulisan.

“Rasanya seperti menerima kado spesial di Hari Ibu tahun ini,” ujar salah satu peserta.

Acara puncak dimeriahkan dengan Dramatisasi Karmina, di mana saya turut tampil bersama penulis lainnya. Dengan gerak dan dialog pantun yang kocak, kami tampil di bawah arahan sutradara Willy.

Orasi pantun yang memukau dari Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri turut menghidupkan suasana, bersama sastrawan Rida K. Liamsi.

Pantun, sebagai kekayaan budaya tak benda yang diakui dunia, menjadi fokus utama festival ini. Peluncuran Antologi Karmina Pelajar ASEAN bertujuan memperkenalkan pantun kepada anak-anak dan remaja Indonesia.

Bagi saya, festival ini adalah momen berharga untuk keluar dari zona nyaman, menekuni sastra lama, dan berkumpul dengan penikmat budaya Melayu serumpun.

Meski minim sponsor, acara yang digagas PERRUAS ini tidak mengurangi semangat para penulis untuk hadir dengan dana mandiri.

Festival ini menjadi ajang liburan semester ganjil yang penuh makna, menghadirkan kebanggaan atas prestasi tingkat ASEAN. Seperti moto yang saya pegang: “Mengubah frustasi menjadi prestasi.” (*)

Editor: Darmawan