ACEHSIANA.COM. SIGLI – Pegiat Budaya Pidie Jaya mengadakan pelatihan inovatif bertajuk “Pelatihan Pertanian Tradisional Aceh” sukses diselenggarakan di Hotel Cempaka Syariah, Sigli, Kabupaten Pidie.
Acara ini berlangsung selama tiga hari, 29 November sampai 1 Desember 2024, tujuannya memperkuat keterampilan petani lokal dalam mempertahankan metode pertanian tradisional sekaligus memperkenalkan pendekatan modern yang lebih efisien.
Pelatihan ini diinisiasi oleh Mursyidah MPd bersama tim pegiat budaya yang berkomitmen melestarikan warisan Budaya Aceh melalui pendekatan praktis di bidang pertanian.
Kegiatan ini tidak hanya mengandalkan partisipasi masyarakat, tapi didukung oleh Dana Abadi Kebudayaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia disalurkan melalui Kementerian Kebudayaan RI.
Kepala Dinas Pertanian Pidie Jaya, Drh Muzakir MM dalam sambutannya menekankan pentingnya sinergi antara pertanian tradisional dan modern.
“Sistem pertanian tradisional memiliki nilai-nilai yang harus dilestarikan, sementara teknologi modern mampu meningkatkan produktivitas. Jika keduanya disatukan, petani dapat mencapai hasil yang lebih memuaskan,” ujar Muzakir.
Dukungan dari Dana Abadi Kebudayaan LPDP ini menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam mendukung pengembangan sektor pertanian yang berkelanjutan dan berbasis budaya.
Muzakir mengharaokan, pelatihan ini menjadi langkah awal bagi petani Aceh untuk menghadapi tantangan global tanpa melupakan akar tradisional mereka.
Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan Pidie Jaya, Marzuan MPd menyampaikan, apresiasi terhadap dukungan LPDP yang memungkinkan pelatihan ini terlaksana dengan baik.
“Dengan adanya dukungan dana dari LPDP, kita dapat memperluas wawasan budaya bagi masyarakat Aceh, tidak hanya dalam aspek teknis pertanian tetapi juga dalam memahami pentingnya melestarikan budaya lokal lainnya,” kata Marzuan.
Dikatakannya, pelatihan ini mencakup berbagai sesi, mulai dari teori hingga praktik, dipandu oleh para ahli pertanian tradisional dan modern.
Lebih lanjuut, peserta diajak untuk memahami cara mengelola lahan dengan metode organik, penggunaan pupuk alami, hingga pemanfaatan teknologi seperti irigasi modern dan drone pertanian.
“Di sisi lain, nilai-nilai budaya lokal, seperti pola tanam berdasarkan musim dan adat istiadat, tetap menjadi landasan dalam pembelajaran ini,” ucap Marzuan.
Salah seorang peserta petani asal Pidie Jaya, Fitriah mengungkapkan, ia mengaku sangat terbantu dengan pelatihan ini.
“Kami diajarkan cara menjaga kearifan lokal tapi tetap mengikuti perkembangan zaman. Ini sangat membantu kami untuk meningkatkan hasil panen,” ungkap Fitriah.(*)