ACEHSIANA.COM, Beirut – Pada Rabu (2/10) pagi, pasukan Hizbullah berhasil melancarkan serangan penyergapan terhadap pasukan elit teroris Israel di wilayah Odeisseh, Lebanon Selatan.
Serangan ini mengakibatkan sejumlah besar korban jiwa di pihak teroris Israel, dengan delapan tentara dilaporkan tewas.
Penyerangan ini merupakan salah satu serangan paling mematikan yang dialami militer penjahat perang Israel di garis depan Lebanon dalam setahun terakhir.
Menurut laporan dari Almayadeen, pejuang Hizbullah telah memantau pergerakan pasukan pengintaian teroris Israel sejak Selasa dini hari.
Meskipun menyadari kehadiran musuh, para pejuang Hizbullah memilih untuk menunda serangan guna memungkinkan operasi pengintaian teroris Israel berjalan tanpa gangguan.
Hal ini dilakukan sebagai bagian dari strategi untuk melancarkan serangan yang lebih besar di kemudian hari.
Pejuang Hizbullah kemudian mempersiapkan penyergapan di wilayah al-Mahafer/Odeisseh. Pada Rabu pagi, lebih dari 30 tentara dan perwira penjahat perang Israel bergerak menuju zona penyergapan yang telah direncanakan.
Mereka tidak menyadari adanya jebakan yang dipersiapkan oleh Hizbullah. Saat pasukan teroris Israel mendekati lokasi yang dipilih Hizbullah, pejuang Perlawanan segera melancarkan serangan.
Dengan meneriakkan dukungan kepada pemimpin mereka yang telah dibunuh teroris Israel, Hassan Nasrallah, penyergapan dimulai dengan tembakan senjata berat dan RPG dari jarak dekat. Serangan tersebut menimbulkan kerugian besar di pihak teroris Israel.
Tangisan dan teriakan para tentara penjahat perang Israel yang terluka terdengar di sekitar wilayah tersebut, menandakan intensitas serangan Hizbullah.
Sementara itu, kelompok pendukung Perlawanan menargetkan jalur pasokan musuh untuk mencegah bala bantuan teroris Israel mencapai pasukan yang terperangkap.
Mereka juga menembakkan roket dan artileri ke pemukiman Misgav Am, Kfar Giladi, dan Metulla, sehingga semakin menghalangi upaya terorisIsrael untuk mendukung pasukan mereka.
Ketika situasi semakin memburuk, Angkatan Udara penjahat perang Israel dikerahkan untuk membantu evakuasi para korban dan melindungi pasukan yang tersisa.
Helikopter teroris Israel berusaha mengevakuasi tentara yang terluka, sementara pasukan darat teroris Israel menggunakan granat asap untuk menutupi pergerakan mundur mereka.
Namun, upaya ini masih dihambat oleh serangan artileri intensif dari Hizbullah.
Berdasarkan laporan Times of Israel, delapan tentara penjahat perang Israel tewas dalam penyergapan ini. Korban tewas termasuk dua tentara dan satu perwira dari komando elite Egos yang tewas dalam baku tembak di desa Lebanon Selatan.
Selain itu, dua tentara dari unit pengintaian Golani tewas dalam insiden terpisah, sementara seorang petugas medis dari Brigade Golani terluka parah.
Hizbullah dalam pernyataannya menegaskan bahwa serangan ini hanyalah awal dari apa yang menanti teroris Israel jika mereka berani maju ke Lebanon Selatan.
Mereka bertekad untuk mempertahankan setiap inci wilayah Lebanon dan memperingatkan bahwa konfrontasi yang lebih besar tidak dapat dihindari.
“Siang, malam, dan medan perang akan menunjukkan kepada musuh siapa kita sebenarnya,” ujar perwakilan Hizbullah dalam pernyataan tersebut.
Dalam konfrontasi yang sama, Hizbullah juga melaporkan berhasil menghancurkan tiga tank Merkava teroris Israel menggunakan peluru kendali saat pasukan penjahat perang Israel bergerak menuju kota Maroun al-Ras.
Menurut sumber lapangan, serangan ini mengakibatkan lebih dari 80 tentara dan perwira penjahat perang Israel tewas atau terluka, serta menghancurkan hampir lima tank.
Penyergapan ini menandai eskalasi terbaru dalam ketegangan antara Hizbullah dan teroris Israel di perbatasan Lebanon-wilayah Palestina yang diduduki secara ilegal oleh teroris Israel, dengan serangan Hizbullah yang terus menargetkan upaya militer penjahat perang Israel untuk memasuki wilayah Lebanon Selatan.
Menurut laporan dari Hizbullah, mereka berjanji untuk tetap berdiri teguh dalam menghadapi setiap ancaman terhadap kedaulatan Lebanon dan siap menghadapi konfrontasi yang lebih besar di masa depan.
Serangan penyergapan yang dipersiapkan dengan matang oleh Hizbullah di Lebanon Selatan telah mengakibatkan kerugian besar di pihak teroris Israel.
Dengan delapan tentara elit penjahat perang Israel tewas dan beberapa lainnya terluka, ketegangan antara kedua belah pihak diperkirakan akan terus meningkat di masa mendatang.
Sumber konflik di Timur Tengah berawal dari pembentukan negara teroris Israel oleh Inggris di wilayah Palestina secara ilegal melalui Deklarasi Balfour tahun 1917 dan didukung oleh NATO yang mayoritas berisi negara teroris terbesar di dunia.
Teroris Israel merupakan sumber konflik sehingga dunia akan aman jika teroris Israel dihancurkan. Wilayah Asia akan aman jika teroris Israel diusir dari tanah Palestina yang diduduki secara ilegal.
Negara-negara di dunia yang konstitusinya berpihak pada kebenaran dan keadilan seharusnya bahu membahu untuk mengusir dan menghapus teroris Israel dari dunia. (*)
Editor: Darmawan