ACEHSIANA.COM, Subulussalam – Cabang Dinas Pendidikan (CDP) Wilayah Subulussalam dan Aceh Singkil (Susi) meluncurkan sebuah inovasi terbaru, yaitu Sistem Guru Lapor, Pengawas, Inspirator (SI GULA PASIR) sebagai respon terhadap tuntutan Kurikulum Merdeka yang berfokus pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan.
Inovasi ini diharapkan dapat mengubah mindset, performa, serta ekosistem pendidikan di wilayah tersebut demi kemajuan siswa dan sekolah.
Kepala Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah Susi, Antoni Berampu MPd, menyampaikan hal ini dalam wawancaranya dengan media pada Senin (30/9).
Menurut Antoni, Kurikulum Merdeka menuntut agar setiap pelayan pendidikan, termasuk guru, kepala sekolah, dan pengawas, mampu beradaptasi dan memberikan layanan pendidikan yang berpihak pada siswa.
“Kepemimpinan seorang kepala sekolah dalam mengelola sistem layanan benar-benar dituntut untuk menyesuaikan karakter lingkungan dan perbedaan kondisi siswa serta guru,” ujarnya.
Antoni menjelaskan, Kurikulum Merdeka menuntut guru untuk lebih kritis dan kreatif dalam memahami potensi serta perbedaan siswa.
“Guru dituntut mampu membaca perbedaan potensi siswa dan menyesuaikan model pengajaran dengan fleksibilitasnya,” tegasnya.
Dalam konteks ini, guru tidak hanya menjadi penyampai materi, tetapi juga harus mampu berperan sebagai fasilitator yang memahami kebutuhan dan potensi individual siswa.
Lebih lanjut, Antoni mengungkapkan bahwa performa pengawas pendidikan juga mengalami perubahan signifikan.
Jika sebelumnya pengawas hanya fokus pada pengawasan kinerja guru dan kepala sekolah, kini mereka dituntut untuk lebih terlibat secara aktif dalam mendampingi dan menjadi inspirator bagi guru.
“Pengawas diharapkan selalu berada di antara guru-guru dan menjadi sosok inspirator yang bijak, mendengarkan keluh kesah guru, serta memberikan inspirasi melalui pengalaman dan teori yang relevan,” katanya.
Sebagai bagian dari inovasi ini, CDP Wilayah Subulussalam dan Aceh Singkil menginstruksikan setiap satuan pendidikan tingkat SMA, SMK, dan SLB untuk menyediakan ruang khusus yang disebut coaching clinic di setiap sekolah.
Ruang ini akan menjadi tempat di mana pengawas pembina melakukan sesi coaching dengan para guru secara terjadwal.
“Ruangan coaching clinic ini diatur senyaman mungkin agar para guru merasa bebas untuk terbuka mengenai hambatan, ide, atau gagasan baru yang mereka miliki dalam proses pembelajaran,” ungkap Antoni.
Pengawas di ruang ini diharapkan menjadi pendengar yang objektif, memberikan solusi serta inspirasi yang relevan dengan kondisi yang dihadapi para guru.
Setiap sesi coaching yang dilakukan di ruang coaching clinic akan dilaporkan oleh pengawas melalui sebuah aplikasi sederhana yang diberi nama Si Gula Pasir.
Dengan aplikasi ini, Dinas Pendidikan Aceh dapat memantau proses coaching clinic serta mendapatkan data peta kondisi guru-guru di lapangan.
Data ini akan digunakan untuk merancang program-program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan meningkatkan mutu layanan pendidikan di setiap sekolah.
“Si Gula Pasir adalah sahabat bagi semua guru, kepala sekolah, dan pengawas yang menginspirasi,” tutup Antoni.
Inovasi ini diharapkan dapat membawa perubahan positif dalam dunia pendidikan di wilayah Subulussalam dan Aceh Singkil, sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka yang mengedepankan pendidikan yang berpihak pada siswa dan mengutamakan kualitas pembelajaran yang fleksibel dan adaptif. (*)
Editor: Darmawan