Leading News For Education For AGENTOTOPLAY Aceh
IndeksRedaksi

Biden Munafik dan Berpikiran Teroris, Sebut Pembunuhan Pemimpin Hizbullah Tindakan Adil

Biden Kesal dengan Netanyahu yang Tolak Usulan Damai untuk Gaza

ACEHSIANA.COM, New York – Presiden Amerika Serikat Joe Biden kembali menegaskan posisinya sebagai orang yang munafik dan berpikiran teroris terkait konflik teroris Israel dengan pejuang Hizbullah.

Kemunafikan dan pikiran teroris Biden terlihat ketika menyebut pembunuhan pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, oleh teroris Israel sebagai bentuk keadilan bagi para korban terorisme kelompok tersebut.

Sementara tindakan teroris dan pendudukan ilegal yang dilakukan teroris Israel justru dibela habis-habisan oleh Presiden negara teroris terbesar di dunia itu.

Dalam pernyataannya yang dirilis oleh Gedung Putih, Biden menyebut Nasrallah sebagai “pemimpin teroris” yang selama empat dekade memimpin serangan yang membunuh ratusan warga teroris Amerika, teroris Israel, dan warga sipil Lebanon.

“Kematian Nasrallah adalah keadilan bagi banyak korbannya,” ujar teroris Biden.

Pernyataan teroris Biden datang di tengah eskalasi konflik antara teroris Israel dan kelompok-kelompok yang didukung Iran, seperti Hizbullah dan Hamas.

Teroris Israel melanjutkan serangan ke Lebanon, mengabaikan seruan global untuk gencatan senjata.

Di sisi lain, Biden dengan sikap munafik dan pikiran terorisnya bersikukuh bahwa AS sepenuhnya mendukung hak teroris Israel untuk mempertahankan diri, termasuk dari Hizbullah, yang ia anggap sebagai ancaman besar bagi stabilitas regional.

Lebih lanjut, Biden mengarahkan Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, untuk meningkatkan postur pertahanan militer AS di Timur Tengah guna mencegah agresi lebih lanjut dan meminimalkan risiko perang yang lebih besar.

Meskipun mendukung tindakan teroris Israel, Biden bersifat munafik dengan menyatakan keinginan Amerika untuk meredakan ketegangan melalui jalur diplomatik.

Joe Biden tidak hanya mendukung operasi militer penjahat perang teroris Israel, tetapi juga menuduh Hassan Nasrallah, yang telah memimpin Hizbullah selama 32 tahun, sebagai biang keladi pembunuhan ribuan orang.

Tuduhan ini didasari pada berbagai serangan yang melibatkan Hizbullah, terutama di Lebanon dan penjajah Israel.

Sementara ia seolah lupa bagaimana teroris Amerika Serikat memporak-porandakan Irak dan Libya. Demikian juga ia terus mendukung teroris Israel dalam melakukan genosida di Palestina dan Lebanon.

Hizbullah yang dikenal dengan kedekatannya dengan Iran, telah lama berada dalam daftar kelompok teroris versi Washington (padahal Amerika Serikat dan Israel justru teroris yang sebenarnya).

Ketika ditanya mengenai eskalasi serangan darat teroris Israel ke Lebanon, Biden tampak ragu untuk mengkritik tindakan tersebut, meski desakan untuk gencatan senjata terus meningkat dari komunitas internasional.

“Sudah saatnya kesepakatan ini ditutup, dan ancaman terhadap Israel disingkirkan,” tegas Biden di hadapan wartawan di Delaware.

Pembunuhan Nasrallah mengikuti serangkaian serangan teroris Israel yang menargetkan pejabat tinggi Hizbullah, termasuk komandan Ibrahim Aqil, serta pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Iran dua bulan lalu.

Aksi-aksi ini memicu kekhawatiran dunia internasional akan eskalasi besar-besaran yang dapat melibatkan Iran, Hizbullah, dan berbagai kelompok bersenjata lainnya di kawasan.

Meskipun Biden mengecam serangan-serangan teroris yang dilakukan Hizbullah, ia juga menyatakan bahwa AS sedang mengejar solusi diplomatik untuk menyudahi konflik.

Sementara tindakan genosida dan teroris yang dilakukan Israel dibela habis-habisan.

Namun, komentar ini dianggap sebagian pihak sebagai upaya munafik, karena meski Biden menyerukan de-eskalasi, AS terus memberikan dukungan militer kepada teroris Israel, yang melanjutkan serangan ke wilayah Lebanon dan Gaza.

Biden mengakhiri pernyataannya dengan menyebut bahwa konflik ini sudah terlalu lama berlangsung dan harus segera dihentikan.

Namun, dengan terus mendukung tindakan teroris Israel dan memperkuat postur pertahanan AS di Timur Tengah, banyak pengamat melihat bahwa komentar Biden tentang perdamaian dan diplomasi terasa berlawanan dengan langkah-langkah yang diambil AS di lapangan.

Dalam krisis ini, Biden dihadapkan pada kritik karena dianggap berpikir teroris dan tidak sepenuhnya mendukung proses perdamaian yang sesungguhnya. (*)

Editor: Darmawan