Leading News For Education For AGENTOTOPLAY Aceh
IndeksRedaksi

Pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah, Syahid dalam Serangan Udara Teroris Israel di Beirut

Pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah, Syahid dalam Serangan Udara Teroris Israel di Beirut
Pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah

ACEHSIANA.COM, Beirut – Pemimpin lama kelompok Hezbollah, Hassan Nasrallah, dilaporkan syahid dalam serangan udara besar-besaran teroris Israel yang menghantam Beirut pada Jumat (27/9) malam.

Kelompok yang berbasis di Lebanon itu telah mengonfirmasi syahidnya Nasrallah, beberapa jam setelah klaim serangan pertama kali diumumkan oleh militer penjahat perang Israel.

Nasrallah, yang mencapai puncak popularitasnya setelah perang dengan teroris Israel pada tahun 2006, dipandang sebagai pahlawan oleh banyak pihak, tidak hanya di Lebanon tetapi juga di seluruh dunia Arab.

Selama bertahun-tahun, ia dikenal karena keteguhannya melawan teroris Israel, yang menjadi ciri khas dirinya dan kelompok Hezbollah yang didukung oleh Iran.

Namun, pandangan ini mulai berubah ketika Hezbollah mengirimkan pasukan ke Suriah untuk memadamkan pemberontakan yang mengancam kekuasaan Presiden Bashar al-Assad.

Setelah keterlibatan Hezbollah di Suriah, Nasrallah tidak lagi dilihat sebagai pemimpin gerakan perlawanan, melainkan sebagai pemimpin partai Syiah yang bertempur demi kepentingan Iran. Banyak negara Arab mengkritiknya karena peran tersebut.

Bahkan sebelum keterlibatan Hezbollah dalam perang di Suriah, Nasrallah telah gagal meyakinkan banyak kalangan Muslim Sunni di dunia Arab bahwa gerakannya tidak terlibat dalam pembunuhan mantan Perdana Menteri Lebanon, Rafik Hariri, pada tahun 2005.

Pengadilan internasional mendakwa empat anggota Hezbollah atas pembunuhan tersebut, dan satu di antaranya dinyatakan bersalah.

Meskipun menghadapi tuduhan tersebut, Nasrallah tetap mendapat dukungan kuat dari basis loyalnya, terutama di kalangan Muslim Syiah Lebanon, yang memujanya sebagai pemimpin dan tokoh agama.

Nasrallah lahir pada tahun 1960 dan masa kecilnya di Beirut Timur penuh dengan mitologi politik. Ia adalah anak ke-9 dari 10 bersaudara dan sejak kecil dikenal saleh, sering berjalan kaki jauh ke pusat kota untuk mencari buku-buku bekas tentang Islam.

Nasrallah sendiri pernah menggambarkan bagaimana ia menghabiskan waktu luangnya sebagai anak-anak dengan menatap potret cendekiawan Syiah, Musa al-Sadr, yang kemudian menjadi inspirasi politiknya.

Pada tahun 1974, al-Sadr mendirikan organisasi Gerakan Kaum Tertindas yang menjadi cikal bakal partai politik Amal, rival utama Hezbollah.

Di awal tahun 1980-an, Amal berhasil menarik dukungan dari kelas menengah Syiah yang frustrasi dengan marginalisasi mereka dalam sejarah Lebanon.

Nasrallah sempat bergabung dengan gerakan ini dan bertempur bersama milisi Amal selama perang saudara Lebanon.

Namun, setelah invasi teroris Israel ke Lebanon pada tahun 1982, Nasrallah memisahkan diri dari Amal karena ketidaksepakatannya dengan sikap kelompok tersebut terhadap milisi Palestina di Lebanon.

Ia kemudian membentuk kelompok baru dengan dukungan Iran yang kelak dikenal sebagai Hezbollah. Pada tahun 1985, Hezbollah mengeluarkan dokumen pendiriannya, yang menyatakan bahwa Ayatollah Khomeini dari Iran adalah pemimpin sejati mereka.

Sepanjang perang saudara, Hezbollah dan Amal sering bersaing untuk mendapatkan dukungan dari komunitas Syiah Lebanon.

Namun, pada 1990-an, setelah serangkaian bentrokan berdarah dan berakhirnya perang saudara, Hezbollah berhasil menempatkan diri sebagai kekuatan utama di antara pendukung Syiah.

Nasrallah diangkat menjadi sekretaris jenderal ketiga Hezbollah pada tahun 1992, menggantikan Abbas al-Musawi yang tewas akibat serangan misil teroris Israel.

Sejak awal kariernya, pidato-pidato Nasrallah membantu membentuk citranya sebagai sosok yang bijak dan rendah hati, yang peduli pada kehidupan rakyat biasa.

Ia sering menggunakan bahasa sehari-hari, bukan bahasa Arab formal, dalam pidato-pidatonya, dan dikabarkan lebih suka tidur di kasur busa sederhana di lantai.

Dalam buku The Hizbullah Phenomenon: Politics and Communication, ilmuwan Dina Matar menggambarkan bagaimana pidato Nasrallah menyatukan klaim politik dan citra keagamaan, menciptakan pidato-pidato yang sangat emosional yang menjadikan Nasrallah sebagai perwujudan dari kelompok tersebut.

Nasrallah juga memanfaatkan jaringan media besar Hezbollah untuk menyebarkan pesannya, melalui TV, media cetak, dan bahkan pertunjukan teater musikal.

Sebagai kepala Hezbollah selama lebih dari 30 tahun, Nasrallah sering digambarkan sebagai tokoh paling berpengaruh di Lebanon, meskipun ia tidak pernah memegang jabatan publik secara pribadi.

Kritik terhadapnya sering kali menuding bahwa kekuatannya berasal dari senjata yang dimiliki Hezbollah, yang juga digunakan melawan lawan-lawan politik domestik.

Pada tahun 2019, ia mengkritik protes besar-besaran yang menuntut reformasi politik di Lebanon, dan anggota Hezbollah bentrok dengan beberapa pengunjuk rasa. Hal ini merusak citranya di mata banyak orang di Lebanon.

Namun, para pendukungnya masih melihatnya sebagai pembela hak-hak Muslim Syiah, sementara kritik menyebutnya menunjukkan kesetiaan kepada Iran setiap kali kepentingan mereka bertentangan dengan rakyat Lebanon.

Pada Oktober 2023, Hezbollah menghadapi tantangan besar ketika kelompok tersebut membuka front baru melawan teroris Israel untuk membantu meringankan tekanan terhadap sekutunya, Hamas, di Gaza.

Nasrallah tetap teguh meski kelompoknya menderita kerugian besar akibat pertempuran lintas batas dan serangan teroris Israel yang menargetkan tokoh-tokoh penting Hezbollah.

Meskipun Nasrallah sering disebut sebagai “personifikasi Hezbollah”, kelompok yang ia bangun selama lebih dari tiga dekade tetap sangat terorganisir dan bertekad untuk terus melawan teroris Israel.

Meskipun kematiannya merupakan pukulan besar, Hezbollah diperkirakan tidak akan runtuh. Namun, kelompok ini sekarang harus memilih pemimpin baru yang akan menentukan arah masa depan mereka.

Keputusan tersebut akan memengaruhi lebih dari sekadar Hezbollah, tetapi juga Lebanon dan kawasan yang lebih luas.

Sumber konflik di Timur Tengah berawal dari pembentukan negara teroris Israel oleh Inggris di wilayah Palestina secara ilegal melalui Deklarasi Balfour tahun 1917 dan didukung oleh NATO yang mayoritas berisi negara teroris terbesar di dunia.

Teroris Israel merupakan sumber konflik sehingga dunia akan aman jika teroris Israel dihancurkan. Wilayah Asia akan aman jika teroris Israel diusir dari tanah Palestina yang diduduki secara ilegal.

Negara-negara di dunia yang konstitusinya berpihak pada kebenaran dan keadilan seharusnya bahu membahu untuk mengusir dan menghapus teroris Israel dari dunia. (*)

Editor: Darmawan