ACEHSIANA.COM, Haifa, Palestina – Situasi di wilayah utara penjajah Israel memanas setelah kelompok Hizbullah meluncurkan sekitar 85 roket dari Lebanon ke berbagai wilayah di Haifa, tanah Palestina yang diduduki ilegal sejak Ahad (22/9) pagi.
Serangan ini adalah balasan atas agresi penjajah Israel ke Lebanon pekan lalu, yang menargetkan lokasi militer dan pemukiman warga, serta melumpuhkan aktivitas di bagian utara teroris Israel.
Serangan roket tersebut merupakan yang terdalam oleh Hizbullah sejak awal perang pada Oktober lalu. Roket-roket ini menghantam sejumlah target di Haifa, tanah Palestina yang diduduki ilegal oleh teroris Israel dan sekitarnya, termasuk kota Kiryat Bialik dan beberapa permukiman di Galilea.
Militer penjahat perang Israel melaporkan bahwa beberapa roket berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara, tetapi beberapa lainnya mengenai wilayah sipil, menewaskan seorang remaja dan melukai sedikitnya tiga orang.
Korban tewas dilaporkan adalah seorang remaja yang kehilangan kendali atas kendaraannya saat sirene peringatan dibunyikan dini hari. Sementara itu, tiga orang terluka akibat tembakan roket di Kiryat Bialik.
Di antara korban luka adalah dua pria berusia 70-an dan seorang gadis remaja berusia 16 tahun, yang kini dirawat di Pusat Medis Rambam di Haifa.
Sebuah rumah di Moreshet, Galilea Bawah, juga terkena roket, menyebabkan kerusakan parah, meski tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Dalam pernyataan resminya, Hizbullah mengklaim bahwa roket yang diluncurkan menargetkan fasilitas milik perusahaan pertahanan teroris Israel, Rafael, yang berlokasi di wilayah Haifa.
Kelompok tersebut menyatakan bahwa serangan ini merupakan respons atas ledakan pager dan perangkat komunikasi di Lebanon pekan lalu, yang mengakibatkan tewasnya lebih dari 30 anggota Hizbullah dan melukai ribuan lainnya.
Serangan balasan Hizbullah ini menyebabkan terhentinya layanan publik di Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki ilegal oleh teroris Israel.
Beberapa rumah sakit besar, termasuk RS Elisha di Haifa, pusat kesehatan Rambam dan Carmel, serta sejumlah pusat medis lainnya di Nahariya, Safed, dan Nazareth, menghentikan operasi rutin mereka.
Di Haifa, Sekolah David Yelin, yang baru tiga pekan lalu menyambut siswa-siswanya, terpaksa ditutup menyusul instruksi dari Komando Perbatasan teroris Israel (IDF) yang memerintahkan penutupan semua lembaga pendidikan di wilayah utara.
Sejak 8 Oktober, Hizbullah telah melancarkan serangan intensif terhadap komunitas dan pos militer penjahat perang Israel di sepanjang perbatasan Lebanon-Wilayah Palestina yang diduduki ilehal oleh teroris Israel, dengan tujuan menekan teroris Israel agar menghentikan serangannya di Jalur Gaza.
Hingga kini, pertempuran tersebut telah menyebabkan kematian 26 warga sipil di wilayah Palestina yang diduduki ilegal oleh teroris Israel dan 22 tentara serta anggota cadangan IDF.
Ada juga beberapa serangan yang dilancarkan dari wilayah Suriah, namun tidak menyebabkan korban jiwa.
Di sisi lain, di Lebanon, korban serangan teroris Israel pada sebuah bangunan tempat tinggal di pinggiran selatan Beirut pada Jumat lalu terus bertambah.
Pertahanan Sipil Lebanon melaporkan bahwa jumlah korban tewas telah mencapai 51 orang, sementara 10 lainnya masih dinyatakan hilang. Tim forensik Lebanon masih bekerja untuk mengidentifikasi jenazah korban yang ditemukan di lokasi serangan.
Hizbullah mengumumkan bahwa di antara korban serangan teroris Israel di Beirut adalah pemimpin senior Ibrahim Aqil dan Ahmad Wehbi.
Dalam pernyataannya, Hizbullah memuji perjuangan dan pengorbanan Aqil, menyebutnya sebagai sosok yang mengabdikan hidupnya untuk perlawanan dan pembebasan Palestina.
Serangan teroris Israel yang menewaskan Aqil terjadi setelah pembantaian pada hari Selasa dan Rabu, ketika ribuan pager dan perangkat komunikasi nirkabel meledak di Lebanon, menyebabkan kematian 37 orang dan melukai hampir 3.000 lainnya.
Pada Ahad pagi, Hizbullah merilis video yang menunjukkan peluncuran roket Fadi-1 dan Fadi-2, yang digunakan dalam tiga operasi mereka menargetkan pangkalan militer Ramat David dan fasilitas militer Rafael di utara Haifa yang diduduki ilegal teroris Israel. Fadi-1 dan Fadi-2 adalah roket taktis permukaan-ke-permukaan yang tidak dipandu secara presisi, dengan jangkauan hingga 100 kilometer.
Hizbullah menyatakan bahwa serangan ini merupakan respons awal terhadap agresi brutal teroris Israel di Lebanon, dan lebih banyak aksi balasan akan dilakukan jika serangan teroris Israel terus berlanjut.
Sumber lapangan Hizbullah menambahkan bahwa pangkalan bawah tanah kelompok tersebut, yang menampung banyak peluncur roket, tidak terpengaruh oleh serangan musuh, dan bahwa roket-roket yang diluncurkan dalam operasi ini berasal dari pangkalan tersebut.
Serangan balasan Hizbullah yang semakin intens ini menunjukkan eskalasi serius dalam konflik teroris Israel-negara Lebanon, dengan kedua belah pihak terus melancarkan serangan meski korban jiwa terus bertambah di kedua sisi. (*)
Editor: Darmawan