ACEHSIANA.COM, Jakarta – PSSI mengecam keras insiden kontroversial yang terjadi dalam laga perempat final Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI antara tim sepak bola putra Aceh dan Sulawesi Tengah (Sulteng).
Peristiwa yang terjadi pada Sabtu (14/9) di Stadion Dimurthala, Banda Aceh ini dipicu oleh kepemimpinan wasit Eko Agus Sugih Harto yang dianggap kontroversial, memancing reaksi keras dari tim Sulteng.
Puncaknya, seorang pemain Sulteng melakukan aksi tak terpuji dengan memukul wasit hingga terkapar dan harus dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, dalam pernyataan tertulisnya pada Minggu (15/9), menyampaikan kecaman keras terhadap peristiwa tersebut.
Erick menegaskan bahwa sanksi terberat menanti bagi semua pihak yang terlibat dalam kericuhan ini, termasuk pemain dan wasit.
“Ini memalukan. Sangat memalukan. PSSI akan mengusut tuntas peristiwa ini dan menjatuhkan sanksi terberat!” tegas Erick dalam keterangannya.
Erick menjelaskan bahwa pihaknya akan melakukan investigasi mendalam terkait insiden ini, dimulai dari kepemimpinan wasit yang dinilai penuh dengan kejanggalan.
Di sisi lain, tindakan tak sportif yang ditunjukkan oleh pemain Sulteng juga dipastikan akan mendapatkan hukuman berat.
“Investigasi menyeluruh akan dilakukan. Ada indikasi pertandingan tidak berjalan fair, ini akan kami telusuri dengan serius. Begitu juga dengan reaksi pemain yang sangat tidak sportif. Sanksi tegas akan diberikan,” lanjut Erick.
Sanksi larangan seumur hidup juga diisyaratkan Erick jika ada bukti bahwa hasil pertandingan diatur oleh oknum tertentu.
Namun, ia juga menegaskan bahwa kekerasan fisik terhadap wasit adalah tindakan kriminal yang tidak bisa dibenarkan.
“Tindakan memukul wasit adalah tindakan kriminal dengan konsekuensi hukum. Jika ada indikasi bahwa pertandingan diatur oleh oknum, itu juga memiliki konsekuensi hukum yang serius,” tambahnya.
PSSI memandang peristiwa ini sebagai pelanggaran serius yang mencoreng citra sepak bola Indonesia yang saat ini sedang berada di jalur perbaikan dan kemajuan.
Erick menekankan pentingnya menjaga muruah sepak bola nasional dengan memberikan hukuman yang berat agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
“Demi menjaga kehormatan sepak bola Indonesia, hukuman yang diberikan nanti akan menjadi salah satu yang paling berat. Tidak ada toleransi bagi pihak yang dengan sengaja melanggar prinsip fair play. Sanksi ini adalah pernyataan tegas bahwa sepak bola Indonesia tidak mentolerir sedikitpun praktik-praktik di luar fair play,” pungkas Erick.
PSSI berkomitmen untuk menegakkan aturan yang adil dan berintegritas dalam setiap kompetisi, termasuk PON XXI yang tengah berlangsung.
Erick menutup pernyataannya dengan jaminan bahwa tindakan tegas dan sanksi keras ini diambil demi melindungi sepak bola Indonesia dari praktik tidak sportif dan tindakan kekerasan di lapangan. (*)
Editor: Darmawan