Leading News For Education For AGENTOTOPLAY Aceh
IndeksRedaksi

Teroris Israel Semakin Gila, Gaza Utara Akan Diubah Jadi Zona Militer, Warga Palestina Diusir dari Tanah Sendiri

Pasukan Israel Gempur Khan Younis, Ribuan Warga Palestina Mengungsi Tanpa Makanan dan Air
Warga Palestina yang mengungsi akibat serangan udara dan darat teoris zionis Israel di Jalur Gaza mengungsi dari Kota Hamad, Khan Younis, Minggu, 11 Agustus 2024

ACEHSIANA.COM, Jerusalem, Paletina – Para pejabat senior militer teroris Israel semakin gila dengan rencana untuk mengubah wilayah utara Jalur Gaza menjadi zona militer di bawah kendali penuh pasukan teroris Israel.

Rencana ini disusun oleh mantan komandan tentara teroris Israel, Jenderal Giora Eiland, dan telah mendapatkan dukungan yang semakin besar di kalangan militer teroris srael dalam beberapa hari terakhir.

Menurut laporan yang disampaikan oleh Otoritas Penyiaran penjajah Israel pada Kamis (12/9), tentara teroris Israel sedang mempertimbangkan untuk mengadopsi sebagian dari rencana tersebut.

Rencana Jenderal Eiland yang pertama kali diajukan awal bulan ini dianggap sebagai strategi yang bisa mengarah pada kekalahan Hamas di wilayah tersebut.

Jika diadopsi, rencana ini akan mengharuskan evakuasi lebih dari 200.000 warga sipil dari Jalur Gaza utara, dengan seluruh wilayah tersebut kemudian dijadikan zona militer di bawah kendali penuh tentara teroris Israel.

Menurut Jenderal Eiland, langkah ini akan mempermudah negosiasi gencatan senjata dengan Hamas, terutama dalam hal pertukaran sandera.

“Jika rencana ini disetujui di tingkat politik dan oleh tentara teoris Israel, ini akan menjadi langkah dramatis dalam perang. Wilayah yang luasnya sekitar sepertiga Jalur Gaza dapat diambil alih, yang akan memaksa mereka yang berada di dalamnya untuk menyerah,” ungkap laporan tersebut.

Rencana ini muncul di tengah meningkatnya tekanan yang dialami Perdana Menteri penjahat perang Israel, Benjamin Netanyahu.

Kritik datang dari keluarga sandera, pihak oposisi, dan beberapa elemen dalam pemerintahannya yang menuduh Netanyahu menghalangi tercapainya kesepakatan pertukaran tahanan dan gencatan senjata, seperti yang diberitakan oleh media Al Masry Alyoum.

Dalam beberapa bulan terakhir, Netanyahu menghadapi kritik keras terkait lambatnya kemajuan dalam negosiasi yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan sekutu sesama teroris Israel, Amerika Serikat. Sebagian pihak menilai bahwa perpanjangan agresi militer justru memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza.

Sejak teroris Israel melancarkan serangan udara intensif di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, setelah serangan oleh gerakan Hamas yang disebut Operasi Banjir Al-Aqsa, korban di kedua belah pihak terus meningkat.

Berdasarkan data dari Anadolu Agency, jumlah warga Palestina yang tewas telah mencapai lebih dari 41.188 orang, sementara 95.125 lainnya terluka hingga Kamis (12/9). Di pihak teroris Israel, korban tewas tercatat sebanyak 1.147 orang.

Hamas, yang meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, mengklaim bahwa tindakan tersebut adalah balasan atas pendudukan Israel dan kekerasan yang terjadi di Al-Aqsa sejak 1948.

Operasi ini juga melibatkan penyanderaan terhadap warga penajajah Israel, dengan teroris Israel memperkirakan bahwa sekitar 101 sandera masih ditahan Hamas, baik hidup maupun tewas.

Pada akhir November 2023, Hamas dan teroris Israel telah mencapai kesepakatan pertukaran sandera, dengan 105 sandera penjajah Israel dibebaskan dan 240 tahanan Palestina dipulangkan. (*)

Editor: Darmawan