ACEHSIANA.COM, Banda Aceh — Penjabat (Pj) Gubernur Aceh, Dr. H. Safrizal ZA, M.Si, dengan penuh hormat menyambut kedatangan ahli waris Laksamana Malahayati, Cut Neneng Mahmidatul dan Cut Zakiyyah Safiatunnisa, di Pendopo Gubernur Aceh, Kamis (12/9).
Kedatangan ahli waris tersebut merupakan bagian dari undangan khusus dalam rangka menghadiri pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut.
Pada pembukaan PON kali ini, sosok kepahlawanan Laksamana Malahayati menjadi tema utama yang diangkat dalam rangkaian acara yang dihelat megah di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh.
Dalam sambutannya, Pj Gubernur Safrizal menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang mendalam atas kehadiran ahli waris Laksamana Malahayati, yang secara khusus datang dari Lombok, Nusa Tenggara Barat.
“Kehadiran ahli waris Laksamana Malahayati di Aceh adalah suatu kehormatan bagi kami, terutama dalam momentum PON XXI ini. Sosok Laksamana Malahayati sebagai pahlawan laksamana perempuan pertama dunia yang berasal dari Aceh adalah simbol keberanian, ketangguhan, dan patriotisme yang patut diteladani oleh generasi sekarang,” ujar Safrizal.
PON XXI yang berlangsung di Aceh dan Sumatera Utara ini menjadi momen bersejarah bagi Aceh, di mana sosok Laksamana Malahayati diangkat sebagai simbol semangat perjuangan.
Malahayati adalah laksamana perempuan pertama di dunia yang memimpin angkatan laut Kesultanan Aceh dalam mempertahankan kedaulatan wilayah dari serangan penjajah pada abad ke-16.
Dalam acara pembukaan, tema kepahlawanan Malahayati ditampilkan melalui pertunjukan budaya yang memukau di hadapan ribuan penonton, termasuk Presiden Joko Widodo.
Safrizal menambahkan, “Kami merasa bangga bahwa sosok Malahayati, yang telah memberikan sumbangsih besar dalam sejarah perjuangan bangsa, dapat dikenang dalam momen penting seperti ini. PON bukan hanya ajang olahraga, tetapi juga merupakan ajang untuk mengangkat nilai-nilai kepahlawanan yang menjadi bagian dari identitas bangsa.”
Kehadiran Cut Neneng Mahmidatul dan Cut Zakiyyah Safiatunnisa sebagai ahli waris Laksamana Malahayati turut memberikan nilai historis dalam ajang tersebut. Cut Neneng Mahmidatul menyatakan apresiasi yang mendalam atas penghargaan dan perhatian yang diberikan kepada leluhurnya.
“Kami sangat tersanjung atas penghormatan ini. Laksamana Malahayati adalah simbol kekuatan perempuan, dan kami merasa bangga bisa menyaksikan langsung bagaimana semangat leluhur kami diabadikan dalam peristiwa nasional seperti ini,” ujarnya.
Pertunjukan budaya yang mengangkat tema Laksamana Malahayati diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi, terutama bagi generasi muda, untuk meneladani keberanian, dedikasi, dan semangat perjuangan dalam menjaga kedaulatan dan integritas tanah air.
Safrizal juga menekankan pentingnya melestarikan warisan kepahlawanan ini sebagai bagian dari identitas budaya Aceh dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Pembukaan PON XXI Aceh-Sumut ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Presiden Joko Widodo yang secara langsung menyaksikan upacara pembukaan yang sarat dengan pesan-pesan kebangsaan dan semangat kepahlawanan.
Dengan mengangkat figur Malahayati, Aceh tidak hanya menunjukkan kekayaan sejarahnya, tetapi juga menegaskan komitmen dalam melestarikan warisan leluhur yang terus relevan dengan semangat zaman modern.
Laksamana Malahayati, yang dikenal sebagai tokoh wanita tangguh dan cerdas, merupakan simbol perjuangan perempuan Indonesia.
Sosoknya yang memimpin pasukan dalam pertempuran di lautan membuktikan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam sejarah bangsa.
Nilai-nilai kepahlawanannya tetap hidup hingga kini, menjadi teladan bagi semua kalangan, terutama dalam upaya mempertahankan kedaulatan dan keadilan.
Melalui penyelenggaraan PON XXI dengan tema yang terinspirasi dari kepahlawanan Malahayati, pemerintah Aceh berharap semangat perjuangan tersebut dapat terus diwariskan dan menjadi energi positif bagi masyarakat Aceh dan Indonesia dalam menghadapi tantangan masa depan. (*)
Editor: Darmawan