Acehsiana.com – Darussalam – Duta Besar Jerman untuk Indonesia Ina Lepel menyampaikan apresiasi dan rasa kagumnya terhadap inovasi hasil riset ARC-USK. Hal tersebut disampaikan Ibu Duta Besar dalam diskusi dengan civitas akademika USK di Ruang VIP AAC Dayan Dawood Kampus USK Darussalam Banda Aceh. Diskusi dalam suasana informal tersebut dilaksanakan dalam rangkaian kunjungannya Duta Besar Jerman di Indonesia ke USK pada Kamis, 4 Juli 2024.
Dalam kunjungan tersebut Duta Besar Jerman Ina Lepel didampingi oleh Honorar Konsul Jerman, dari Medan, Daniel Adhiyaksa Darmadi serta disambut oleh Wakil Rektor 1 USK, Prof. Agussabti, Direktur Sekolah Pasca Sarjana Prof. Hizir, Ketua Alumni Jerman Aceh Prof. Mukhsin, sejumlah dekan, para direktur direktorat, guru besar dan sejumlah akademisi USK lainnya. Diskusi yang dimoderatori oleh Direktur Bisnis dan Dana Lestari (DBDL) USK, Syaifullah Muhammad tersebut berlangsung akrab selama hampir 2 jam.
Sebelum sesi diskusi, Duta Besar Ina Lepel menyempatkan diri mampir di USK Store yang menjual berbagai produl inovasi nilam, dan mendapatkan penjelasan dari Direktur DBDL USK Syaifullah Muhammad dan Dr. Rudi Kurniawan sebagai panitia penyambutan.
Rudi dan Syaifullah menyampaikan bagaimana hilirisasi nilam telah membantu menciptakan ekosistem industri nilam secara lebih berkelanjutan dan menguntungkan untuk semua pihak terutama petani dan penyuling nilam Aceh.
Dijelaskan juga bahwa saat ini ARC USK sedang bekerjasama dengan Fraunhofer Institute Jerman dalam mengembangkan produk skincare dan kosmetika dari minyak nilam. Selain itu produk-produk inovasi nilam USK juga telah ikut Expo Inovasi terbesar di dunia Hannover Messe pada Mei 2023 lalu.
Lebih lanjut Rudi juga menyebutkan bahwa produk turunan nilam telah membantu ekonomi lokal dan membantu Aceh saat pandemi covid melanda pada 2019.
“Dengan berbagai upaya riset dan inovasi yang dilakukan ARC USK, saat ini petani bertambah semangat menanam nilam. Harga nilam saat ini juga sangat baik sehingga produktivitas dan pendapatan petani ikut meningkat” jelas Rudi.
“Saat covid 2019, inovasi produk turunan nilam seperti hand sanitizer, telah ikut membantu kelangkaan cairan anti kuman untuk tangan yang sangat praktis digunakan. Hand sanitizer nilam produksi ARC USK telah membantu situasi darurat saat itu” tutup Rudi, yang merupakan Doktor Teknik Mesin lulusan Jerman ini.
Dalam sambutannya, Ina Lepel menyampaikan bahwa inovasi nilam yang dilakukan USK hingga menghasilkan produk inovasi yang berkualitas, sangat mengagumkan. Menurut Ina, ini menjadi salah satu contoh terbaik bagaimana kampus mengembangkan inovasi riset hingga bisa sampai pada produk komersial yang serta menjadi income untuk universitas.
“Tadi saya melihat dan mencoba sendiri, produk dari patchouli di USK Store. Sungguh mengagumkan, produk komersial semacam itu bisa dihasilkan oleh universitas” urai Ina.
“Saya tau selama ini Jerman membeli patchouli dari India. Namun baru tau bahwa Aceh memiliki patchouli terbaik. Bahkan saya baru saja diberi tahu bahwa sebagian patchouli India juga berasal dari Indonesia khususnya Aceh” lanjut Ina
“Saya akan mencoba melakukan pembicaraan dengan beberapa pihak tentang kemungkinan kolaborasi antara perusahaan Jerman dan Indonesia terkait perdagangan patchouli” pungkas Ina.
Sementara itu, Wakil Rektor 1 USK, Agussabti dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada Duta Besar Jerman atas kunjungannya ke USK. Menurut Agussabti, USK siap bekerjasama dengan Jerman dalam berbagai bidang. Apalagi banyak dosen USK merupakan alumni dari berbagai universitas ternama di Jerman.
“USK memiliki 12 Fakultas dan lebih dari 140 prodi dengan 34 ribu mahasiswa dan sekitar 1700 dosen. Hal ini merupakan potensi besar untuk bisa melaksanakan berbagai program kerjasama antara 2 negara” jelas Agussabti.
“USK siap bekerjasama dalam kolaborasi pendidikan, penelitian, inovasi dan bisnis dengan berbagai institusi Jerman di masa yang akan datang” tutup Agussabti.
Diskusi berlangsung cukup lama, dengan berbagai pertanyaan, sharing ide dan gagasan terkait kolaborasi Indonesia Jerman dalam suasana santai tapi serius.
Turut memberi pandangan dalam diskusi tersebut Prof. Hizir, Prof. Mukhsin Umar, Prof. Hanbal, Prof. Azhari, Prof. Nurfadli, Prof. Ashabul Anhar, Dr. Oktarina Suryani, Dr. Ramzi Adriman dan beberapa lainnya.
Acara diakhiri dengan saling bertukar souvenir berupa plakat, parfum nilam, body serum nilam, dan kopi produksi USK antara WR1 USK Agussabti dengan Duta Besar Ina Lepel.
Duta Besar Ina Lepel sebelumnya juga diajak untuk melihat usaha USK Batik yang dibuat oleh mahasiswi-mahasiswi USK. Direktur DBDL USK menjelaskan bagaimana USK Batik dikembangkan oleh mahasiswi melalui berbagai pelatihan dari perusahaan mitra asal Bogor Jawa Barat sehingga menghasilkan batik tulis (handmade batik) dengan motif tradisional Aceh.
Setelah acara di AAC, Duta Besar Ina Lepel melanjutkan kunjungan ke TDMRC (Pusat Riset Tsunami) untuk berdialog dengan alumni-alumni Jerman yang ada di Aceh.