Leading News For Education For AGENTOTOPLAY Aceh
IndeksRedaksi

Hasil Tinjauan Independen Terhadap UNRWA, Tuduhan Israel Tidak Terbukti

Krisis di Gaza dan Tepi Barat: Perempuan dan Anak-anak Hadapi Kondisi Hidup yang Berbahaya
Seorang wanita menggendong bayi, saat warga Palestina yang mengungsi, yang meninggalkan rumah mereka akibat serangan penjahat perang Israel yang didukung sekutu biadabnya, Amerika Serikat

ACEHSIANA.COM – Sebuah peninjauan independen yang dipimpin oleh mantan Menteri Luar Negeri Prancis, Catherine Colonna, untuk PBB menemukan bahwa Israel tidak memiliki bukti kredibel untuk mendukung klaimnya bahwa staf UNRWA (badan bantuan pengungsi PBB untuk Palestina) adalah anggota kelompok teroris. Tuduhan ini telah mendorong banyak pendonor untuk menghentikan donasi mereka ke UNRWA, sehingga lembaga ini mengalami kekurangan anggaran.

Selain itu, Kantor Pengawasan Lembaga PBB juga melakukan peninjauan independen terhadap UNRWA dan penyelidikan terhadap serangan yang terjadi pada 7 Oktober 2023. Hasil peninjauan menemukan bahwa Israel gagal membuktikan bahwa staf UNRWA adalah anggota sayap militer Hamas atau Islamic Jihad. Meskipun Israel telah menuduh 12 staf UNRWA berpartisipasi dalam serangan tersebut, laporan Colonna mencatat bahwa Israel tidak mengungkapkan kekhawatiran mengenai proses pemeriksaan pegawai UNRWA sejak tahun 2011.

Lembaga penelitian dari negara Nordik, termasuk Raoul Wallenberg Institute of Human Rights and Humanitarian Law dari Swedia, Chr Michelsen Institute dari Norwegia, dan Institute for Human Rights dari Denmark, juga mendukung peninjauan independen ini. Berdasarkan fitnah Israel, sebanyak 18 negara donor UNRWA, termasuk pendonor terbesar, Amerika Serikat (AS), menghentikan pendanaan mereka ke lembaga ini.

Meski beberapa negara seperti Inggris menunggu hasil peninjauan Colonna, beberapa negara lain termasuk Uni Eropa sudah kembali menyalurkan dana mereka. Namun, hanya Austria, Jerman, Italia, Belanda, Inggris, dan AS yang masih belum menyalurkan kembali pendanaan mereka.

AS bahkan akan terus menahan pendanaannya hingga Maret 2025, meskipun badan intelijennya sendiri menyatakan “keyakinan” mereka pada tuduhan Israel rendah. Departemen Luar Negeri AS mengkonfirmasi bahwa tuduhan terhadap UNRWA sedang diselidiki secara menyeluruh, meskipun larangan untuk mendanai lembaga ini sudah diimplementasikan sebelum penyelidikan dilakukan.

Sementara itu, Inggris mengaku “terkejut” dengan tuduhan Israel dan sedang mencari cara alternatif untuk mengirim bantuan kemanusiaan ke Gaza. Jerman, sebagai sekutu terdekat Israel, telah kembali menyalurkan dana untuk aktivitas UNRWA di semua wilayah kecuali Gaza.

Direktur komunikasi UNRWA, Juliette Touma, mengungkapkan bahwa lembaga ini memiliki cukup dana hingga Juni. Namun, setelah itu belum diketahui bagaimana mereka akan mendanai pekerjaan mereka. Gaza, yang berada di bawah pengepungan, menghadapi kondisi yang memprihatinkan. Jutaan orang di Jalur Gaza terancam mengalami kelaparan menurut Integrated Food Security Phase Classification (IPC). Bagian utara dan Kota Gaza sudah mengalami kelaparan, sementara bagian selatan dan tengah, termasuk Deir el-Balah, Khan Younis, dan Gubernuran Rafah, diperkirakan akan mengalami kelaparan pada bulan Juli jika tidak ada intervensi atau gencatan senjata.

Touma menegaskan bahwa UNRWA adalah satu-satunya lembaga yang dapat melakukan apa yang mereka lakukan. Meskipun tantangan besar, mereka terus berjuang untuk membantu rakyat Palestina yang membutuhkan. Kelaparan, sebagai senjata perang, harus diatasi dengan upaya bersama dan dukungan internasional. Kondisi kehidupan di Jalur Gaza sangat memprihatinkan, dan kebersihan serta akses terhadap barang-barang dasar menjadi masalah serius.

Kondisi kehidupan di Jalur Gaza sangat memprihatinkan. Ada ribuan orang yang hidup bertumpuk-tumpuk, banyak yang tinggal di tenda yang bisa Anda dirikan di taman. Antrian panjang hanya untuk ke toilet, dan kebersihan sangat buruk. Terhentinya impor pasokan komersial sebagai konsekuensi dari pertempuran membuat pasta gigi, sabun, dan barang-barang kebersihan dasar sulit diperoleh.

Dalam hal penyakit, Gaza beruntung karena tingkat vaksinasi yang tinggi di antara penduduk. Namun, Anda tidak dapat melakukan vaksinasi terhadap kelaparan. Klasifikasi ketahanan pangan yang digunakan lembaga-lembaga di seluruh dunia, Integrated Food Security Phase Classification (IPC), menetapkan bahwa jutaan orang di Jalur Gaza terancam mengalami kelaparan. Menurut laporan IPC, sekitar 210 ribu orang di utara Gaza dan Kota Gaza sudah mengalami kelaparan.

Bagian selatan dan tengah Gaza, termasuk Deir el-Balah, Khan Younis, dan Gubernuran Rafah, diklasifikasikan sebagai “keadaan darurat” dan diperkirakan akan mengalami kelaparan pada bulan Juli jika tidak ada intervensi atau gencatan senjata. Situasi ini sangat mengkhawatirkan dan memerlukan perhatian serius dari komunitas internasional.

UNRWA, sebagai satu-satunya lembaga yang dapat melakukan apa yang mereka lakukan, terus berjuang untuk membantu rakyat Palestina yang membutuhkan. Kelaparan, sebagai senjata perang, harus diatasi dengan upaya bersama dan dukungan internasional. Mari kita berharap agar situasi di Gaza dapat membaik dan bantuan dapat terus mengalir untuk meringankan penderitaan penduduk setempat. (*)

Editor: Darmawan