Oleh: Abdul Hamid, S.Pd., M.Pd
Belakangan ini, isu kekerasan anak semakin marak diperbincangkan di masyarakat. Tidak hanya di lingkungan keluarga, kekerasan juga dapat terjadi di sekolah, melalui perilaku guru dan teman sebaya. Hal ini tentu sangat merugikan bagi anak, baik dari segi psikologis maupun fisiknya.
Guna memberikan perlindungan kepada anak, maka diperlukan sekolah ramah anak yang dapat menjamin keselamatan dan kesejahteraan anak di lingkungan belajar. Salah satu cara membangun sekolah ramah anak adalah dengan menghindari kekerasan mendidik. Kekerasan mendidik adalah praktik yang merugikan anak secara psikologis, yang muncul sebagai resultan dari sikap otoriter dalam pengajaran.
Banyak sekolah mengabaikan praktik-praktik penindasan dalam pengajaran, dan menganggap bahwa kekerasan mendidik adalah hak terpendam guru. Padahal, praktik ini sangat merugikan bagi anak dan dapat menimbulkan rasa takut, kekhawatiran, dan kerugian sosial lainnya. Kekerasan mendidik juga menghalangi perkembangan kognitif, emosional, dan sosial anak.
Guru dapat menciptakan sekolah ramah anak dengan menghadirkan pilihan metode pengajaran yang berorientasi pada belajar, yang mana siswa merasa diberdayakan dalam belajar dan memiliki motivasi untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik pengajaran yang baik, seperti komunikasi yang ramah dan terbuka, mendengarkan ide-ide siswa, bekerja sama dengan siswa, menyambut kemajuan, dan mendorong perkembangan kemandirian.
Selain itu, guru juga harus memperhatikan kebutuhan psikologis siswa, seperti rasa aman dan kenyamanan. Hal ini dapat dicapai dengan memperhatikan lingkungan belajar yang nyaman, bebas dari kekerasan dan bullying, menyediakan peluang sosialisasi, dan membantu siswa belajar di lingkungan yang positif.
Dalam membangun sekolah ramah anak, masalah kekerasan mendidik juga dapat dihindari dengan cara manajerial, serta pengelolaan kurikulum dan sistem evaluasi yang seimbang. Guru harus memperhatikan keseimbangan antara penekanan pada nilai dan keterampilan, serta memastikan model dan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan siswa. Kurikulum yang bersifat kognitif dan kreatif juga dapat membantu siswa dalam proses belajar.
Terakhir, sekolah ramah anak harus menjadi tempat yang aman bagi anak. Sehingga, membantu anak untuk mengembangkan diri mereka sendiri, dan menjadi individu yang lebih mandiri, kreatif, dan berdaya saing. Oleh karena itu, para guru dan staf sekolah perlu bekerja sama untuk memastikan lingkungan belajar yang ramah bagi anak.
Dengan membangun sekolah ramah anak, maka kekerasan dalam pengajaran dapat dihindari. Sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara sehat, semangat belajar tangguh, dan mampu mencapai sukses di masa depan.
Penulis. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kabupaten Bireuen