ACEHSIANA.COM, Palangkaraya – Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR), Farid Zaki, menyebutkan bahwa untuk menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, mahasiswa tak harus membuat atau menghasilkan skripsi.
Hal itu disampaikan Farid pada Jumat (26/5) di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
“Skripsi tidak harus menjadi syarat utama, karena tidak semua mahasiswa bercita-cita menjadi peneliti maupun akademisi,” ujar Farid.
Dikatakan Farid yang sedang menempuh studi doktoral ini bahwa semangat zaman dan perubahan dunia kerja serta perkembangan teknologi yang nyata, mendorong cita-cita mahasiswa untuk menjadi aktor praktisi yang andal di berbagai sektor tidak terelakkan.
“Nuansa pendidikan mahasiswa di era sekarang perlu diperkuat dengan terobosan dalam metode pembelajaran yang mampu mensinergikan ilmu murni dengan ilmu terapan. Ini agar para mahasiswa melintasi dan melampaui zaman,” sebut Farid dia.
Farid menambahkan bahwa perlu ekosistem dan iklim yang mampu mendorong nuansa adaptasi terhadap perubahan. Selain itu, mahasiswa senantiasa didorong untuk membuat karya dan kekayaan intelektual.
“Bisa saja berbentuk puisi, komik, lagu, cerpen, jurnal ilmiah, buku populer, podcast, pidato, novel, naskah film, cinematografi yang selaras dan bercita rasa dengan prodinya masing-masing,” ungkap Farid.
Farid menuturkan bahwa keadaan itu penting agar alumni punya nilai tambah dan nilai tawar agar tidak gagap memasuki dunia kerja yang penuh ketidakpastian. Apalagi, kata dia, perkembangan dunia kerja dan teknologi berdampak pada hampir semua sektor yang menjadi pertanda mesin akan bisa menggantikan manusia dalam beberapa pekerjaan.
“Untuk itu, mahasiswa zaman sekarang perlu dibudidayakan untuk mendobrak sekat-sekat keilmuan dengan mencoba hal-hal baru di luar arus utama yang ada,” tutur Farid.
Farid mengusulkan agar ke depan perlu dibuat skema magang lintas keilmuan. Semisal mahasiswa kesehatan, pertanian, pendidikan magang di Komisi Pemilihan Umum (KPU), legislatif, parpol dan sebagainya. Mahasiswa sospol magang di lini-lini ekonomi kreatif, mahasiswa pertanian magang di inkubator ekonomi atau UMKM dan mahasiswa agama Islam di lembaga teologi lintas agama.
“Kondisi ini akan menjembatani mahasiswa menuju ekosistem keilmuan lintas batas yang bertujuan melahirkan inovasi dan imajinasi bahkan profesi tanpa batas,” pungkas Farid.
Lebih lanjut Farid menuturkan bahwa yang menjadi pekerjaan bersama adalah memberikan penguatan dan standar kaidah saintifik pada produk-produk alternatif di luar skripsi. Seperti karya intelektual maupun artikel jurnal mahasiswa. Kemudian kekayaan-kekayaan intelektual lainnya juga perlu diperkuat pada aspek orisinalitas sehingga layak didaftarkan sebagai HAKI maupun paten. (*)
Editor: Darmawan