ACEHSIANA.COM, Jakarta – Hari pertama, Senin (8/5) pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK-SNBT) 2023 tanpa kendala. Hal itu disampaikan Ketua Umum Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB), Mochamad Ashari, pada Senin (8/5) di Jakarta.
Menurut Ashari, ujian dengan format baru itu digelar secara luring di 74 lokasi Pusat UTBK Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se-Indonesia.
“Hari pertama UTBK-SNBT tidak ada kendala serius, kita sudah koordinasi dengan berbagai instansi supaya membantu pelaksanaan UTBK,” ujar Ashari.
Dikatakan Ashari yang juga Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu bahwa secara umum, pelaksanaan UTBK tahun ini tidak ada perbedaan dengan tahun lalu. Perbedaan mendasar terlihat dari materi soal yang diujikan. Tahun ini, lanjut Ashari, materi soal di UTBK-SNBT menggunakan tes skolastik dengan subtes kemampuan kognitif, penalaran matematika, literasi dalam bahasa Indonesia, dan literasi dalam bahasa Inggris.
“Tes skolastik menekankan pada pengkuran kemampuan kognitif yang dianggap penting dalam keberhasilan mahasiswa selama studi di perguruan tinggi. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang diperoleh manusia sejak lahir berupa kemampuan logika dan bernalar,” sebut Ashari.
Ashari menambahkan bahwa tes skolastik tidak mengujikan kemampuan hapalan dan akademik peserta selama di sekolah menegah atas, tetapi lebih mengujikan pada kemampuan logika dan nalar peserta.
Tes tersebut, ucap Ashari, juga disesuaikan dengan kebijakan Kurikulum Merdeka yang diterapkan Kemendikbudristek. Implementasi kurikulum baru tersebut di tingkat sekolah berupa sekolah tidak lagi menerapkan penjurusan keilmuan. Dengan begitu, tes masuk perguruan tinggi juga didesain lebih umum.
“Melalui tes ini, kita bisa mendeteksi apakah anak-anak itu punya potensi kognitifinya bagus. Logikanya kalau bagus dia akan mampu dalam situasi apapun,” imbuh Ashari.
Ashari menuturkan bahwa secara teknis, soal tes skolastik tidak lagi berupa pilihan ganda, tetapi menggunakan pilihan ganda kompleks atau dengan kata lain complex multiple choice. Ashari mneyebutkan bahwa pihaknya memastikan, penyusunan soal tersebut sudah dianalisis dengan tim ahli dan sudah disesuaikan dengan kemampuan peserta.
Sementara itu, Plt Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek, Tjitjik Sri Tjahjandarie, mengatakan, saat ini Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan bagi peserta didik untuk memilih dan mengembangkan minat bakatnya. Hal tersebut memungkinkan peserta didik mempelajari beragam keilmuan di luar yang selama ini dipelajarinya.
Tjitjik meneruskan bahwa tes itu digunakan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan calon mahasiswa ini untuk mengambil berbagai mata kuliah hingga menyelesaikan studinya.
“Kalau sekadar pintar hapalan, begitu diarahkan ke tantangan keilmuan yang kompleks, dia belum tentu bisa survive. Tes potensi skolastik mengukur kemampuan penalaran dan analisis. Kalau tinggi diharapkan dia dapat menyelesaikan studinya dengan baik,” terang Tjitjik.
Lebih lanjut Tjitjik mengungkapkan bahwa untuk subtes matematika, soal lebih mengujikan sejauh mana kemampuan penalaran peserta di bidang matematika yang direpresentasikan melalui penalaran dasar. Sementara subtes literasi lebih pada pemahaman peserta terkait bahasa dan kemampuan peserta untuk menarasikan pikirannya. (*)
Editor: Darmawan