Leading News For Education For AGENTOTOPLAY Aceh
IndeksRedaksi
OPINI  

Wisata Digitalisasi di SMAN 1 Matangkuli

Wisata Digitalisasi di SMAN 1 Matangkuli

Oleh:

Khairuddin, S.Pd., M.Pd

Digitalilasi merupakan keniscayaan dalam pengelolaan di satuan pendidikan, bukan sekedar pemanfaatannya sebagai media pembelajaran. Kepala Satuan Pendidikan dapat memanfaatkan berbagai platform digital secara minim biaya atau bahkan gratis untuk memudahkan serta mengefektifkan manajerial di sekolah. Terlebih saat ini dalam kerangka pembelajaran mendalam, digitalisasi menjadi sebuah keharusan.

Pada SMA Negeri 1 Matangkuli Aceh Utara, sekolah yang letaknya di jauh dari pedalaman jalan raya namun memiliki akses internet yang bagus, pemanfataan digital digunakan dalam berbagai aspek kebutuhan sekolah. Selain ujian berbasis komputer baik online maupun offline sudah lazim diterapkan di hampir seluruh sekolah, SMA Negeri 1 Matangkuli juga menerapkan digitalisasi yang sifatnya paperless seperti pemilihan ketua OSIS. Selain itu beberapa pemanfaatan digital dapat diurai dalam aplikasi digital di bawah ini.

Bukulah
Begitu memasuki pekarangan SMA Negeri 1 Matangkuli, para tamu akan disajikan Bukulah yang merupakan akronim dari Buku Tamu Leumah Wajah. Melalui aplikasi buku tamu berbasis digital ini, proses pencatatan tamu menjadi lebih cepat, rapi, dan mudah diakses serta real time. Selain juga dapat mengantisipasi tamu yang nakal karena sebelum masuk ke ruang kepala Sekolah atau tujuan lainnya, diharuskan untuk menyetor wajah, nomor WA dan tanda tangan.

Langkah ini menunjukkan bahwa sekolah tidak hanya fokus pada pembelajaran di kelas, tetapi juga berupaya menerapkan digitalisasi dalam aspek pelayanan dan tata kelola. Selain efisiensi, penerapan “Bukulah” juga mencerminkan kemampuan sekolah dalam beradaptasi terhadap perkembangan zaman. Di era serba digital seperti sekarang, kemampuan untuk mengintegrasikan teknologi dalam kegiatan sehari-hari merupakan keharusan. Dengan adanya aplikasi ini, siswa dan guru juga bisa belajar secara tidak langsung tentang pentingnya inovasi dan berpikir kreatif dalam menyelesaikan masalah sederhana, seperti pencatatan tamu.

Siekameng
Aplikasi Siekameng (Sistem Elektronik Kehadiran dan Administrasi Mengajar) merupakan inovasi digital yang mengintegrasikan berbagai aspek administrasi sekolah seperti absensi guru, jurnal pembelajaran, laporan tindak kekerasan, hingga literasi dan numerasi, Siekameng berhasil menghadirkan solusi praktis dalam manajemen pendidikan. Langkah ini menunjukkan bahwa dunia pendidikan di daerah pun mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi tanpa harus menunggu bantuan besar dari pihak luar.

Kehadiran aplikasi ini tidak hanya mempermudah pekerjaan guru dan tenaga kependidikan, tetapi juga menciptakan budaya disiplin dan transparansi di lingkungan sekolah. Sistem absensi berbasis QR Code dan geo-location, misalnya, memastikan kehadiran guru benar-benar terpantau di lokasi sekolah. Sementara fitur Brithee dan Jurnal Pembelajaran mendorong guru untuk lebih bertanggung jawab terhadap kehadiran dan kualitas pengajaran. Hal ini tentu berdampak langsung pada peningkatan mutu pendidikan dan profesionalisme tenaga pendidik.

Aplikasi Al-Abqa
Aplikasi Al-Abqa (Aplikasi Pembatas Al-Qur’an) merupakan langkah inovatif dalam mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dengan kemajuan teknologi di dunia pendidikan. Melalui aplikasi ini, kegiatan membaca Al-Qur’an setiap pagi sebelum pembelajaran dapat tercatat secara digital dan sistematis. Inovasi ini menunjukkan bahwa digitalisasi tidak hanya relevan untuk bidang akademik dan administrasi, tetapi juga dapat digunakan sebagai sarana memperkuat karakter spiritual siswa.

Lebih dari sekadar alat pencatat, Al-Abqa berfungsi sebagai pengingat dan penghubung antara teknologi dan nilai religius yang menjadi ciri khas pendidikan di Aceh. Dengan adanya aplikasi ini, sekolah dapat memastikan kegiatan Gerakan Tertib Baca Al-Qur’an (Getba) berjalan secara konsisten dan terpantau dengan baik. Hal ini menjadi bukti bahwa kemajuan teknologi tidak menghilangkan nilai-nilai luhur, melainkan dapat menjadi alat untuk memperkuatnya.

Aplikasi Larasdung
Langkah SMA Negeri 1 Matangkuli menyediakan Larasdung (Laporkan Kekerasan dan Perundungan) sebagai upaya untuk pencegahan dan penanganan kekerasan serta perundungan sebagai bentuk kepedulian sekolah terhadap kesejahteraan siswa. Menyediakan wadah khusus secara digital, sekolah menunjukkan bahwa isu kekerasan tidak dianggap remeh, tetapi harus direspon dengan strategi konkret. Ini adalah bukti bahwa pendidikan tidak hanya soal akademik, melainkan juga soal rasa aman dan keadilan di lingkungan sekolah.

Pentingnya Larasdung juga terletak pada kemungkinan membentuk budaya terbuka di mana siswa merasa didengar dan dilindungi melalui ruang tertutup secara digital agar membuat siswa nyaman. Perundungan sering terjadi karena kurangnya saluran komunikasi dan takut akan stigma. Dengan adanya mekanisme resmi seperti Larasdung, siswa akan lebih berani melaporkan kejadian, dan pihak sekolah bisa cepat melakukan intervensi. Kebijakan semacam ini dapat memupuk iklim kepercayaan dan menghentikan siklus kekerasan sejak dini.

Efektivitas Larasdung akan sangat tergantung pada kualitas pelaksanaannya secara langsung setelah memperoleh laporan digital — siapa yang mendampingi, bagaimana proses penanganannya, dan sejauh mana sekolah menjamin keamanan pelapor —. Lalrasdung diharapkan menjadi kunci instrumen perlindungan dan pencegahan yang bermakna.

Aplikasi Murajaah
Aplikasi Al-Murajaah sebagai program membaca dan menghafal Al-Qur’an memperlihatkan visi sekolah yang menggabungkan kemajuan teknologi dengan penguatan spiritual siswa. Di era digital di mana gadget dan media sosial mendominasi aktivitas remaja, aplikasi ini menjadi jembatan agar nilai-nilai keagamaan tetap terpupuk secara kontemporer, bukan dijadikan beban tambahan, tetapi sebagai bagian dari rutinitas yang terstruktur dan mudah diakses.

Melalui aplikasi semacam Al-Murajaah, siswa akan lebih terdorong untuk melatih lancar membaca Al-Qur’an dengan benar dan menghafal secara konsisten karena terintegrasi dalam perangkat digital mereka. Langkah ini bisa menjadi contoh bagi sekolah lain bahwa pengembangan karakter religius terus bisa diperkuat di semua jenjang pendidikan melalui teknologi yang ramah dan relevan.

Aplikasi Cerdas
Persoalan anak rentan putus sekolah (ARPS) bukan hanya angka semata, melainkan menyentuh aspek kemanusiaan dan hak asasi atas pendidikan. Di SMA Negeri 1 Matangkuli, banyak siswa terpaksa berhenti sekolah karena faktor ekonomi, motivasi rendah, atau keluarga broken home, salah pergaulan, serta kesehatan. Sebagai respons, sekolah meluncurkan Gerakan Cerdas (Cegah anak rentan dari ancaman putus sekolah) dan mengembangkan Aplikasi Cerdas, sistem digital ini menjadi Early Warning System untuk mendeteksi sejak dini siswa yang berisiko putus sekolah.

Aplikasi ini menggunakan data kehadiran, kondisi sosial ekonomi, dan laporan dari guru wali untuk memantau perkembangan siswa secara transparan dan terkoordinasi. Tetapi inovasi ini tak hanya soal teknologi, sistem dibingkai sebagai gerakan moral kolektif, di mana guru, wali kelas, guru wali serta tenaga kependidikan, hingga masyarakat ikut berkolaborasi dalam penyelamatan siswa melalui home visit, bimbingan motivasi, hingga bantuan ekonomi.

Namun demikian, perlu juga menggarisbawahi tantangan, yaitu keberlanjutan pemeliharaan sistem digital, peningkatan kapasitas pengguna, dan pengakuan formal dalam sistem administrasi sekolah agar beban kerja guru tidak melewati batas. Secara ideal, Aplikasi Cerdas menjadi simbol bahwa pendidikan bermakna ketika teknologi dipakai untuk memperkuat nilai kemanusiaan, serta mengajak agar perubahan nyata bisa lahir dari langkah kecil dengan komitmen tinggi. (*)

Khairuddin, S.Pd., M.Pd adalah Kepala SMA Negeri 1 Matangkuli
Microsoft Innovative Education Expert (MIEE)
Microsoft Certified Educator (MCE)

emal: herudbudi@gmail.com

 

Editor: Darmawan