Oleh: Agustiba Zahara, S.Si.
Pertanyaan yang terkesan sinis saat ditanyakan oleh salah seorang siswa saya tujuh tahun silam. Berada di jenjang tertinggi pada tahapan sekolah menengah, kalau dihitung-hitung sudah 12 tahun dia datang ke suatu lembaga dengan pakaian seragam, menyandang tas dan menggunakan sepatu, lembaga itu disebut sekolah. “Untuk apa kita sekolah, buk? Itu ada pimpinan daerah yang cuma lulus SMP, ada pimpinan negara tidak lulus kuliah, ada anggota dewan yang memalsukan ijazah, ada pengusaha tidak sekolah tapi penghasilannya besar. Jadi buat apa kita sekolah”. Begitulah pertanyaan lengkapnya yang sangat kritis namun ironis.
Siswa ini memang jurusan IPS, rajin nonton berita di televisi maupun internet sehingga banyak tahu perkembangan sosial politik. Dia bertanya karena jenuh dengan rutinitas sekolah yang dijalaninya. Pergi pagi pulang petang (4P), duduk di kelas, mengikuti pelajaran yang disampaikan guru, ada yang disuka dan ada yang tidak, ada yang dirasa butuh dan ada yang tidak. Padahal untuk proses pembelajaran di sekolahnya, dia mengakui menyenangkan, beragam, dan gurunya kreatif.
Suatu ketika setelah beberapa tahun berselang, si anak tadi berkunjung ke sekolah di sela waktu libur kuliahnya. Tampilannya sudah berubah lebih keliatan “akademis”, dengan bangga dia bercerita sudah menjadi asisten dosen dan sangat menyenangi jurusan dan kampus tempat dia berada saat itu. Masih kritis, namun lebih terarah, lihai memaparkan kondisi sosial masyarakat plus solusi yang bisa dilakukan. Bicara sudah semakin santun dan tentu tetap hormat dengan gurunya. Saya tergelitik untuk menanyakan balik pertanyaan dulu, “Gimana sudah tau tujuan bersekolah sekarang?”
Dua tahun lalu saya sempat mengobrol dengan orang tuanya, bercerita bahwa si anak sudah lulus S2 dan bekerja di salah satu perusahaan nasional sebagai seorang konsultan. Namun dia memilih resign dan harus membayar uang penalti yang cukup besar ke perusahaan dikarenakan keluar sebelum menyelesaikan masa kontrak kerjanya. Terkesan sayang kalau dipikir secara logika, perusahaan besar, posisi yang bagus dan gaji yang besar tentunya. Bukan keputusan yang mudah jika nilai-nilai luhur tidak tertanam dengan baik secara berkesinambungan di dalam diri seseorang. Alasan yang sangat filosofis, keluar dari lingkungan yang menggerus hati nurani dan akhlak. Tempat dan jabatannya mengharuskan dia sering berhadapan dengan minuman keras dan pesta pora.
Dari kisah yang saya paparkan diatas setidaknya sudah dapat disimpulkan tentang peranan sekolah. Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, di mana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran di atas (Wikipedia, 2021). Menurut KBBI, sekolah diartikan: (1) bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatannya, ada); (2) waktu atau pertemuan ketika murid diberi pelajaran; (3) usaha menuntut kepandaian (ilmu pengetahuan); pelajaran; pengajaran.
Pada kesimpulannya, sekolah merupakan tempat atau lembaga untuk mendapatkan wawasan dan ilmu pengetahuan. Namun makna sekolah lebih dari itu, karena di era digital sekarang, untuk mendapatkan semua wawasan keilmuan dan ilmu pengetahuan tidak perlu melangkahkan kaki dan berpeluh-peluh ke sekolah, cukup menggerakkan jempol. Begitu banyak situs dan aplikasi menawarkan cara belajar yang kreatif, inovatif, kekinian, dan akurat. Tentu saja keberadaan sekolah tak hanya sekedar untuk transfer ilmu dari guru ke murid, fungsi itu sudah diambil alih dengan sangat ahli dan canggih sejak internet dan smartphone menjadi kebutuhan hidup.
Setidaknya ada 4 (empat) peranan sekolah yang tidak dapat digantikan oleh metode lain sehingga keberadaan sekolah menjadi keniscayaan. Jika peranan ini dapat diwujudkan oleh sekolah secara baik maka tujuan bersekolah pasti akan tercapai. Adapun peranan-peranan sekolah tersebut diantaranya, pertama, sekolah sebagai tempat mendidik akhlak. Akhlak adalah hal yang Rasulullah SAW diutus untuk memperbaikinya, sebegitu penting itulah. Suatu pepatah mengatakan “adab di atas ilmu”, artinya sangat jelas kepintaran seseorang tak akan bernilai jika tidak mempunyai sikap sopan, santun, menghormati, menghargai, dan menjunjung tinggi nilai-nilai keluhuran yang disebut akhlak. Nilai-nilai ini akan terbentuk jika dilatih dan diterapkan senantiasa semenjak kecil, pembiasaan dengan contoh atau keteladanan.
Pembiasaan dengan aturan-aturan. Pembiasaan dengan sistemik. Di sinilah peran penting sekolah, semestinya dengan sistem dan proses pembelajaran yang baik di sekolah, siswa diharapkan akan menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Gawai, dalam bentuk apapun tidak akan dapat membentuk akhlak yang baik. Diperlukan keteladanan dan bimbingan langsung dari para pendidik. Tentu saja, untuk mewujudkan itu, sekolah harus mempunyai perangkat yang menunjang, baik budayanya maupun kurikulumnya. Setelah itu keberadaan guru yang juga berakhlak mulia merupakan faktor penting, contoh tauladan yang dilihat langsung.
Kedua, sekolah sebagai tempat bersosial. Peran inilah yang paling besar di masa serba instan sekarang. Anak-anak datang ke sekolah bertemu guru dan teman. Belajar menjalin hubungan sosial, berkomunikasi, dan berinteraksi. Manusia adalah pribadi individual yang bersosial, tak akan mungkin seseorang hidup seorang diri. Bagaimanapun kondisinya, setiap orang pasti memerlukan orang lain. Sekolahlah yang memfasilitasi peran ini dari sejak kanak-kanak hingga beranjak dewasa. Peran ini tidak dapat digantikan oleh sistem belajar manapun. Tetap mesti ada lembaga yang sistematis untuk menyokong tumbuh kembang sosial anak.
Di tingkat sekolah menengah, siswa tidak hanya berinteraksi dan berkomunikasi, mereka sudah dapat menganalisis dan mengkritisi bahkan ada yang dapat memberikan solusi terhadap permasalahan sosial budaya, kemasyarakatan bahkan politik. Yang menarik juga, sekolah menjadi tempat siswa belajar berwirausaha. Kurikulum sekolah sekarang menuntun siswa untuk mampu menciptakan peluang memperoleh penghasilan sendiri.
Beragam program yang digelontorkan sekolah guna proses ini berjalan baik.
Ketiga, sekolah sebagai tempat menanamkan prinsip hidup. Tak dipungkiri memang rumah menjadi pondasi dasar peletakan pondasi hidup anak, namun sekolah juga menjadi faktor utama. Memilih sekolah yang tepat untuk tumbuh kembang anak menjadi keniscayaan setiap orangtua. Sekolah yang baik tentu dapat mewarisi prinsip hidup yang tertanam kuat di diri siswa sampai hari tuanya. Hal sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya, tidak hanya mendidik siswa untuk hidup bersih, lebih pada itu mendidik anak menjadi siswa yang peka terhadap lingkungan sekitar dan bertanggungjawab. Perkara larangan mencontek, sungguh bukan perkara kecil. Prinsip ini jika tertanam kuat di diri anak, maka korupsi akan hilang di negeri kita tercinta. Ada sekolah yang sudah sangat ketat dengan prinsip ini, lagi sekolah tidak berdiri sendiri mesti secara massif prinsip ini tertanam dan diterapkan.
Keempat, sekolah sebagai tempat meraih prestasi. Berbagai kegiatan ada di sekolah, ajang meraih prestasi begitu banyak, baik akademik maupun nonakademik. Setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda, seyogyanyalah sekolah dapat memfasilitasi pengembangan potensi tersebut. Tidak hanya memperhatikan nilai rapor yang tinggi, namun bagaimana membangkitkan potensi setiap anak hingga dapat meraih prestasi sesuai bakat dan minatnya. Dengan bersekolah, anak-anak juga termotivasi untuk bersaing dalam hal positif. Secara natural anak akan berusaha menjadi lebih baik. Lingkungan yang positif dan program yang sistemik akan menelurkan siswa-siswa yang berprestasi.
Harapannya setiap kita guru dapat menjiwai arti penting keberadaan sekolah, karena peran sekolah akan berhasil jika di dalamnya ada guru yang ikhlas dan murid yang taat. Disamping peranan semua pihak seperti orang tua dan pemerintah yang tak kalah memiliki andil besar dalam menyukseskan program sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan.
Agustiba Zahara, S.Si., Guru Matematika SMPS Sukma Bangsa Lhokseumawe