Leading News For Education For Aceh
IndeksRedaksi

Unilever Indonesia Akui Terdampak Boikot Produk Pro Israel, Ekonom: Bukan Faktor Utama

Unilever Indonesia Akui Terdampak Boikot Produk Pro Israel, Ekonom: Bukan Faktor Utama

ACEHSIANA.COM, Jakarta – Sejumlah korporasi ritel raksasa di Indonesia mengalami penurunan penjualan dan keuntungan di tengah isu boikot produk pro penjajah Israel. Namun, seorang ekonom menilai bahwa faktor boikot tidak sepenuhnya menjadi penyebab utama penurunan tersebut.

Mohammad Faisal, Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core), mengatakan bahwa penurunan penjualan ritel juga dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu pelemahan pertumbuhan pengeluaran dari kalangan menengah.

“Jadi saya sih melihat ke depannya dampaknya kepada boikotnya sendiri mereda tetapi sebetulnya masalah penurunan penjualan dari ritel bukan hanya disebabkan oleh boikot ya,” kata Faisal kepada Republika, Jumat (9/2).

Menurut Faisal, penurunan penjualan ritel bisa dipastikan tidak ada hubungan dengan aksi boikot. Sebab, lanjut Faisal, kondisi yang sama juga dirasakan oleh industri ritel pada umumnya, baik yang terasosiasi dengan agresi Israel atau tidak.

Faisal mengutip data Bank Dunia yang menyebutkan bahwa kelas menengah Indonesia merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Konsumsi kelompok ini tumbuh 12% setiap tahunnya sejak 2002 dan sekarang telah mewakili hampir setengah konsumsi rumah tangga Indonesia.

Namun, Faisal menambahkan, kelas menengah Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan, seperti kemiskinan nonmoneter, hunian yang tidak layak, dan risiko turun kelas. Hal-hal ini dapat mempengaruhi daya beli dan preferensi konsumen.

“Kelas menengah Indonesia juga harus beradaptasi dengan perubahan teknologi, gaya hidup, dan persaingan global. Mereka harus meningkatkan kualitas SDM, aset, dan kewirausahaan agar bisa bertahan dan berkembang,” ujar Faisal.

Salah satu korporasi ritel yang mengakui terdampak oleh isu boikot produk pro penjajah Israel adalah PT Unilever Indonesia Tbk. Perseroan mengalami penurunan penjualan domestik sebesar 5,2 persen pada 2023.

Presiden Direktur Unilever Indonesia Benjie Yap mengatakan bahwa penurunan tersebut disebabkan oleh sentimen negatif konsumen akibat situasi geopolitik di Timur Tengah. Konflik yang terjadi di Timur Tengah berimbas pada masifnya gerakan boikot karena genosida yang dilakukan penjajah Israel di Palestina.

“Kuartal III 2023 cukup baik, kita mulai bulan Oktober juga dengan cukup kuat. November dan Desember 2023 kami terdampak oleh sentimen yang negatif karena situasi geopolitik. Ini berdampak ke penjualan domestik,” kata Benjie di Jakarta, Rabu (7/2).

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Benjie mengatakan bahwa perseroan telah melakukan tiga upaya. Pertama, memulai upaya pemberantasan informasi palsu atau hoaks yang telah beredar di berbagai sosial media. Perseroan terus mengoreksi hoaks, serta memastikan bahwa konsumen menerima informasi yang valid.

Kedua, menggandeng masyarakat, berbagai komunitas, hingga tokoh-tokoh agama dalam memberantas misinformasi yang beredar.

“Kami (Unilever Indonesia) bekerja sama dengan komunitas, masyarakat, tokoh-tokoh agama dan komunitas masjid untuk memulihkan sentimen ini di setiap toko dan setiap daerah,” jelas Benjie.

Ketiga, terus memantau fluktuasi terhadap tingkat inflasi pada komoditas tertentu. Lebih lanjut, Benjie menekankan bahwa perusahaan tetap fokus pada pertumbuhan jangka panjang dengan melaksanakan lima prioritas strategis, termasuk memperkuat dan mengembangkan portofolio produk, membangun kekuatan eksekusi, dan menempatkan keberlanjutan sebagai inti dari perusahaan. (*)

Editor: Darmawan