ACEHSIANA.COM, Jakarta – Para fisikawan selama ini kesulitan memahami asal mula waktu. Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa waktu mungkin merupakan elemen fundamental dalam alam semesta, atau hanya ilusi yang muncul akibat keterikatan kuantum.
Para fisikawan menyatakan bahwa waktu adalah masalah yang rumit. Perilakunya yang tidak konsisten dengan teori-teori tentang alam semesta berkontribusi pada kebuntuan dalam ilmu sains.
Namun, dalam studi baru ini, para peneliti berpendapat bahwa mereka mungkin telah menemukan petunjuk untuk memecahkan masalah tersebut.
Waktu diposisikan sebagai konsekuensi dari keterikatan kuantum, hubungan aneh antara dua partikel yang berjauhan. Tim mempublikasikan temuan mereka dalam jurnal Physical Review A pada Mei lalu.
“Ada cara untuk memperkenalkan waktu yang konsisten dengan hukum klasik dan hukum kuantum, dan merupakan manifestasi dari keterjeratan,” kata penulis Alessandro Coppo, fisikawan di Dewan Riset Nasional Italia, kepada Live Science, dikutip Senin (15/7).
“Korelasi antara jam dan sistem menciptakan munculnya waktu, unsur mendasar dalam kehidupan kita,” tambahnya.
Dalam mekanika kuantum, teori terbaik saat ini tentang dunia mikroskopis, waktu adalah fenomena yang tetap. Waktu memiliki aliran searah dan tak terhindarkan dari masa lalu ke masa kini.
Ia tetap berada di luar sistem kuantum yang aneh dan selalu berubah-ubah. Waktu juga hanya dapat dilihat dengan mengamati perubahan pada entitas luar, seperti jarum jam.
Namun, menurut teori relativitas umum Einstein, waktu terjalin dengan ruang dan dapat dibengkokkan dan diperluas dengan kecepatan tinggi atau dengan adanya gravitasi.
Hal ini membuat dua teori realitas terbaik kita menemui jalan buntu yang mendasar. Tanpa penyelesaiannya, teori yang koheren tentang segala hal akan mustahil tercapai.
“Ada teori yang tidak konsisten pada kuantum. Ini yang kami sebut sebagai masalah pada waktu,” kata Coppo.
Untuk menyelesaikan masalah ini, para peneliti mencocokkan dengan teori mekanisme Page and Wootters.
Diperkenalkan pada 1983, teori itu mengatakan waktu terbentuk untuk satu objek melalui keterikatan kuantum dengan objek lain yang berperan sebagai jam.
Untuk sistem yang tak terkait, di sisi lain, waktu tidak eksis. Sistem menerima semesta yang tak berubah.
Dengan mengaplikasikan mekanisme Page and Wootters pada dua kondisi kuantum secara teoritis tanpa adanya interaksi, para fisikawan menemukan sistem itu sempurna menjelaskan persamaan Schrödinger.
Teori itu memprediksi sifat dari objek-objek kuantum. Sebagai pengganti waktu, versi peneliti dari persamaan itu berjalan sesuai dengan magnet-magnet kecil yang bertindak sebagai jam.
Pandangan ini bukan hal baru, tetapi merupakan langkah lebih lanjut yang dilakukan tim peneliti. Mereka mengulangi penghitungan sebanyak dua kali, dengan asumsi jam magnet dan osilator harmonik merupakan objek lebih besar alias makroskopik.
Persamaan mereka dibuat lebih sederhana menjadi persamaan fisika klasik. Aliran waktu merupakan konsekuensi dari keterikatan objek-objek dalam skala besar.
Teori ini memberikan gambaran lebih jelas soal konsep waktu secara ilmiah, tetapi belum benar-benar menjawab eksistensinya secara sempurna.
“Mungkin satu-satunya cara untuk memahami waktu bukanlah dari sudut pandang mata Tuhan, tapi dari dalam, dari sudut pandang yang menanyakan ada apa dengan kehidupan yang memanifestasikan penampakan dunia seperti itu,” kata Adam Frank, fisikawan dari University of Rochester di New York. (*)
Editor: Darmawan