ACEHSIANA.COM, Washingdon DC – Lima petinggi media sosial, yaitu Mark Zuckerberg dari Meta, Shou Zi Chew dari TikTok, Jack Dorsey dari X, Evan Spiegel dari Snap, dan Jason Citron dari Discord, menghadiri sidang dengar pendapat di Senat Amerika Serikat, Rabu (31/01). Sidang ini bertujuan untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan media sosial untuk melindungi anak-anak dari dampak negatif penggunaan platform mereka.
Sidang ini digelar setelah muncul berbagai laporan dan penelitian yang menunjukkan bahwa media sosial dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental, keamanan, dan privasi anak-anak. Beberapa orang tua yang anak-anaknya menjadi korban pelecehan, intimidasi, atau bunuh diri akibat media sosial juga hadir dalam sidang ini untuk menyampaikan kesaksian mereka.
Sidang ini berlangsung selama hampir empat jam dan diwarnai dengan pertanyaan-pertanyaan tajam, kritik, dan tuduhan dari para senator AS kepada para CEO media sosial. Berikut adalah beberapa hal penting yang terjadi dalam sidang tersebut:
Zuckerberg Minta Maaf
Mark Zuckerberg, CEO Meta yang juga mengelola Facebook dan Instagram, menjadi sasaran utama kritik dari para senator AS. Zuckerberg dituduh tidak bertanggung jawab atas dampak negatif yang ditimbulkan oleh platform-platformnya, terutama setelah bocornya dokumen internal yang mengungkap bahwa Facebook mengetahui bahwa Instagram dapat merusak kesehatan mental remaja, terutama perempuan.
Zuckerberg mengakui bahwa media sosial memiliki dampak positif dan negatif, dan mengatakan bahwa perusahaannya berusaha untuk meminimalkan dampak negatifnya dengan mengembangkan fitur-fitur yang dapat membantu orang tua mengawasi dan mengontrol aktivitas anak-anak mereka di media sosial.
Zuckerberg juga meminta maaf kepada para orang tua yang hadir dalam sidang tersebut, yang menyebut bahwa anak-anak mereka menjadi korban media sosial. Zuckerberg berdiri dan menghadap ke arah mereka, lalu berkata: “Tidak seorang pun semestinya harus melewati apa yang mereka alami. Saya minta maaf atas apa yang terjadi.”
Chew Dituduh Komunis
Shou Zi Chew, CEO TikTok, media sosial berbasis video pendek yang populer di kalangan anak muda, juga mendapat pertanyaan-pertanyaan sulit dari para senator AS. Chew dituduh memiliki hubungan dengan pemerintah China, yang dikenal sebagai negara komunis dan otoriter.
Salah satu senator yang menanyakan hal ini adalah Tom Cotton, yang bertanya apakah Chew pernah menjadi anggota Partai Komunis China. Chew, yang merupakan warga negara Singapura, membantah pertanyaan tersebut dan mengatakan bahwa dia tidak pernah menjadi anggota partai apapun.
Chew juga membantah bahwa TikTok menyerahkan data pengguna asal AS kepada pemerintah China. Dia mengatakan bahwa TikTok adalah perusahaan global yang beroperasi secara independen dari induk perusahaannya, ByteDance, yang berbasis di China. Dia menambahkan bahwa data pengguna TikTok disimpan di server-server di AS dan Singapura, dan dilindungi oleh standar keamanan yang tinggi.
Dorsey Dikecam
Jack Dorsey, CEO X, media sosial berbasis pesan singkat yang sering digunakan oleh tokoh-tokoh politik dan publik, juga mendapat kecaman dari para senator AS. Dorsey dituduh tidak konsisten dalam menegakkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan konten berbahaya, ujaran kebencian, dan misinformasi di platformnya.
Salah satu senator yang mengecam Dorsey adalah Ted Cruz, yang menanyakan mengapa X menangguhkan akun mantan Presiden AS Donald Trump, tetapi tidak menangguhkan akun pemimpin Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang sering mengeluarkan pernyataan anti-Israel dan anti-AS.
Dorsey menjawab bahwa X memiliki kebijakan yang berbeda untuk pemimpin dunia, yang memungkinkan mereka untuk menyampaikan pandangan-pandangan politik mereka, selama tidak menghasut kekerasan. Dorsey mengatakan bahwa X menangguhkan akun Trump karena dia melanggar kebijakan tersebut dengan menghasut kerusuhan di Capitol pada 6 Januari lalu.
Spiegel dan Citron Dihargai
Evan Spiegel, CEO Snap, media sosial berbasis foto dan video yang populer di kalangan remaja, dan Jason Citron, CEO Discord, platform komunikasi online yang banyak digunakan oleh para gamer, adalah dua CEO media sosial yang mendapat pujian dari para senator AS.
Spiegel dan Citron dihargai karena telah mengimplementasikan fitur-fitur yang dapat melindungi anak-anak dari konten-konten yang tidak pantas, seperti pornografi, narkoba, dan kekerasan. Mereka juga dihargai karena telah bekerja sama dengan pihak berwenang untuk melaporkan kasus-kasus eksploitasi seksual anak yang terjadi di platform mereka.
Spiegel mengatakan bahwa Snap memiliki kebijakan yang ketat untuk mencegah dan menghapus konten-konten yang melanggar hukum atau etika, dan menggunakan teknologi kecerdasan buatan untuk mendeteksi dan mencegah penyebaran konten-konten tersebut. Spiegel juga mengatakan bahwa Snap memiliki fitur yang memungkinkan pengguna untuk melaporkan konten-konten yang bermasalah kepada tim moderasi Snap.
Citron mengatakan bahwa Discord memiliki kebijakan yang serupa dengan Snap, dan juga memiliki fitur yang memungkinkan pengguna untuk membuat komunitas-komunitas online yang aman dan positif. Citron juga mengatakan bahwa Discord memiliki fitur yang memungkinkan pengguna untuk mengatur siapa yang dapat bergabung dengan komunitas mereka, dan siapa yang dapat melihat atau mengirim pesan di dalamnya.
Regulasi Media Sosial
Sidang dengar pendapat di Senat AS ini merupakan bagian dari upaya Kongres AS untuk menyusun regulasi yang dapat mengatur industri media sosial, yang saat ini memiliki pengaruh yang besar terhadap masyarakat dan politik AS. Beberapa senator AS mengusulkan untuk merevisi atau mencabut Pasal 230, sebuah undang-undang yang memberikan perlindungan hukum kepada perusahaan-perusahaan media sosial dari tanggung jawab atas konten yang diunggah oleh pengguna mereka.
Para CEO media sosial, kecuali Dorsey, menolak usulan tersebut dan mengatakan bahwa Pasal 230 adalah dasar bagi kebebasan berekspresi dan inovasi di internet. Mereka mengatakan bahwa merevisi atau mencabut Pasal 230 akan mengancam eksistensi media sosial dan membuat mereka sulit untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing. (*)
Editor: Darmawan