ACEHSIANA.COM – Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed Bin Abdulrahman al-Thani menegaskan bahwa serangan-serangan yang dilakukan oleh kelompok Houthi Yaman terhadap kapal-kapal terafiliasi Israel di Laut Merah tidak ada hubungannya dengan konflik di Yaman, melainkan dengan situasi di Jalur Gaza.
Dalam pertemuan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, pada Selasa (16/1), al-Thani mengatakan bahwa intervensi militer Amerika Serikat dan Inggris ke Yaman tidak akan menghentikan serangan Houthi, karena mereka bertindak sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina yang mengalami agresi dari Israel.
“Kita perlu mengatasi masalah utama, yaitu Gaza untuk meredakan masalah-masalah lainnya, jika kita hanya berfokus pada gejala-gejala dan tidak menangani masalah-masalah yang sebenarnya, (solusi) hanya akan bersifat sementara,” kata al-Thani, seperti dikutip dari The New Arab.
Menurut al-Thani, kekerasan yang terjadi di Jalur Gaza sejak Oktober 2023 adalah awal dari meluasnya eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah. Serangan Hamas ke Israel yang dibalas dengan kebrutalan oleh penjajah telah menewaskan lebih dari 23 ribu warga Palestina, sebagian besar di antaranya anak-anak dan perempuan.
Hal ini telah memicu reaksi dari kelompok-kelompok militan bersenjata yang didukung Iran, seperti Hizbullah Lebanon, Suriah, hingga Irak, yang melancarkan serangan anti-Israel. Salah satu kelompok yang paling aktif adalah Houthi Yaman, yang sejak November 2023 menyerang kapal-kapal terafiliasi Israel di Laut Merah, termasuk kapal milik AS.
Serangan Houthi ini telah membuat AS dan sekutunya, Inggris, marah dan melakukan puluhan serangan udara ke wilayah Yaman yang dikuasai Houthi, termasuk ibu kota Sanaa. Serangan ini telah menimbulkan korban jiwa di pihak sipil, termasuk lima orang yang tewas pekan lalu.
al-Thani mengkritik serangan AS dan Inggris ini sebagai tindakan yang meningkatkan risiko eskalasi lebih lanjut di kawasan. Ia menyerukan agar diplomasi diprioritaskan daripada resolusi militer, dan menekankan pentingnya solusi dua negara yang layak dan berkelanjutan antara Israel dan Palestina.
“Gambaran yang lebih besar tidak dapat diabaikan. Kita tidak bisa membiarkan hal ini hanya di tangan Israel,” ucap al-Thani. (*)
Editor: Darmawan