Leading News For Education For Aceh
IndeksRedaksi

Polemik Pecopotan Jilbab Petugas Paskibraka Nasional 2024 Picu Reaksi di Berbagai Daerah

Polemik Dugaan Pecopotan Jilbab Petugas Paskibraka Nasional 2024 Memicu Reaksi di Berbagai Daerah

ACEHSIANA.COM, Nusantara – Polemik dugaan pencopotan jilbab bagi sejumlah petugas Paskibraka Nasional 2024 terus mencuat dan memicu reaksi dari berbagai daerah. Kepala Biro Fasilitasi Pimpinan, Hubungan Masyarakat, dan Administrasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Mahnan Marbawi, pada Rabu (14/8) resmi menayangkan dan melampirkan video terkait gladi bersih yang menunjukkan sejumlah petugas Paskibraka sudah mengenakan jilbab.

“Sudah pakai jilbab di gladi bersih yang disaksikan Presiden,” ujarnya.

Namun, ia tidak memberikan keterangan lebih lanjut terkait insiden di upacara pengukuhan yang memicu polemik tersebut.

Sebelumnya, dugaan pecopotan jilbab oleh sejumlah petugas Paskibraka Nasional 2024 menjadi isu kontroversial dan memicu polemik di berbagai daerah yang mengirimkan wakil mereka.

Di antaranya adalah Aceh dan Sulawesi Tengah, di mana organisasi Purna Paskibraka Indonesia (PPI) dari kedua daerah tersebut mengungkapkan kekecewaan mereka.

Ketua PPI Sulawesi Tengah, Moh Rachmat Syahrullah, menyatakan kekecewaannya setelah menemukan fakta bahwa perwakilan mereka, Zahra Aisyah Aplizya, yang berhijab, terlihat tidak mengenakan jilbab saat upacara pengukuhan.

“Saya yang mengawal wakil kami, ia berhijab. Tapi kami temukan fakta dari kanal YouTube saat pengukuhan tahun ini, utusan kami atas nama adik Zahra telah melepas hijabnya,” sebutnya.

Rachmat juga menyebutkan bahwa setelah menelusuri biodata awal dan foto-foto profil para petugas Paskibraka dari berbagai daerah, terkonfirmasi bahwa sekitar 17 hingga 18 petugas Paskibraka yang terpilih tahun ini sebenarnya berhijab.

Kasus paling menggemparkan datang dari Aceh.

“Terkonfirmasi fix ada sekitar 17 atau 18 yang berhijab, kasus yang paling menggemparkan dari Aceh,” katanya.

Insiden ini memicu gejolak di Sulawesi Tengah, di mana para pihak yang mengetahui kejadian ini merasa kecewa dan marah.

“Saya sudah kontak dengan orang tua perwakilan kami, ia menyatakan sedih dan kecewa karena anaknya melepas hijab,” tambah Rachmat.

Di Aceh, para netizen bereaksi dengan membagikan berita yang berjudul “Wakil Aceh di Paskibraka Nasional Dipaksa Lepas Hijab.”

Mereka mempertanyakan keistimewaan Aceh dalam hal ini dan memberikan komentar pedas melalui berbagai platform media sosial.

Wakil Sekretaris Jenderal Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Pusat, Irwan Indra, juga menilai kejadian ini sebagai sesuatu yang janggal. Menurutnya, sejak lama, anggota Paskibraka Muslimah sudah diperbolehkan mengenakan jilbab.

“Saat itu sudah dibolehkan berjilbab di daerah. Di nasional sudah sejak 2002. Dulu zaman Orde Baru memang tak boleh,” tutur Irwan.

Irwan, yang juga pernah bertugas sebagai pembina Paskibraka sejak 2016, menuturkan bahwa penghargaan terhadap keyakinan agama masing-masing anggota sudah menjadi perhatian sejak tahun-tahun sebelumnya.

Sejak 2022, pembinaan Paskibraka berada di bawah BPIP, setelah sebelumnya di bawah Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Sementara itu, Gatot Susilo Eko Budiyanto, orang tua dari Zahra Aisyah Aplizya, perwakilan Paskibraka dari Sulawesi Tengah, mengungkapkan kesedihan dan kekecewaannya melihat putrinya tidak mengenakan jilbab saat upacara pengukuhan pada 13 Agustus 2024.

“Perasaan saya hitung video pelatihan ada sekitar 17 atau 18 yang pakai jilbab. Tapi kali ini di barisan perempuan tak ada pakai jilbab termasuk anak saya,” imbuhnya.

Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pihak BPIP terkait polemik pencopotan jilbab ini, meskipun berbagai pihak telah mencoba menghubungi mereka untuk klarifikasi.

Polemik ini diperkirakan akan terus berkembang seiring dengan meningkatnya perhatian publik terhadap isu ini. (*)

Editor: Darmawan