ACEHSIANA.COM, Jakarta – Pembelajaran Jarak Jauh (JJ) dianggap gagal, Ikatan Guru Indonesia (IGI) sudah memprediksi kegagalan tersebut. IGI bahkan mengusulkan agar tahun ajaran baru digeser ke Januari 2021 guna mengantisipasi kegagalan PJJ. Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Umum IGI, Muhammad Ramli Rahim dalam rilis yang diterima acehsiana.com pada Jumat (20/11) di Jakarta.
Menurut Ramli, sejak Mei lalu, IGI sudah menyampaikan bahwa guru dan siswa akan mengalami kerugian besar saat masa pandemi Covid-19 jika pembelajaran terus dijalankan. Pasalnya, tambah Ramli, kegiatan belajar mengajar (KBM) daring tidak berjalan optimal sehingga bisa dipastikan banyak siswa tidak bisa menguasai seluruh mata pelajaran yang diajarkan.
“Saat itu IGI meminta Kemdikbud agar menggeser tahun ajaran baru biar jelas persiapannya. IGI mengusulkan agar tahun ajaran baru digeser ke Januari karena pembelajaran dipastikan tidak akan efektif. Terlebih lagi 60% guru Indonesia tak memiliki kemampuan menggunakan teknologi dalam pembelajaran jarak jauh,” ujar Ramli.
Dikatakan Ramli bahwa berdasarkan data Kemdikbud yang disampaikan oleh Plt Dirjen Dikdasmen menunjukkan lebih dari 60% guru bermasalah dalam PJJ karena ketidakmampuan guru dalam penguasaan teknologi.
“Jika penguasaan teknologi saja lebih dari 60% bermasalah maka bagaimana kita bisa berharap guru menghadirkan PJJ yang menyenangkan dan berkualitas dan kini semua itu terbukti,” ungkap Ramli.
Lebih lanjut Ramli menambahkan bahwa dalam pengumuman Keputusan Bersama tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Semester Genap, Mendikbud akhirnya mengakui terjadi kesenjangan capaian belajar yang semakin melebar, stress pada siswa bahkan berujung bunuh diri, kurang tampaknya peran sekolah dalam proses belajar mengajar, terjadinya resiko putus sekolah karena anak terpaksa bekerja membantu orang tua dan mengakibatkan ketertinggalan pelajaran. Bahkan terjadi kekerasan di rumah yang terdeteksi oleh guru akibat PJJ. Selain itu terjadi potensi learning loss akibat pembelajar yang tidak efektif dan tidak jelas sasaran dan capaiannya
“Akhirnya PJJ selama satu semester berjalan tidak karu-karuan dan bukannya memberi manfaat, malah menimbulkan masalah,” tegas Ramli.
Ramli menuturkan bahwa andai saja dulu Kemdikbud menerima usulan IGI menunda tahun ajaran baru ke Januari 2020 maka selama satu semester ini bisa digunakan untuk peningkatan kompetensi guru yang keteteran itu. IGI, tegas Ramli, siap menjalankan upaya peningkatan kompetensi guru di Indonesia dalam 6 bulan ke depan tanpa harus dibiayai oleh pemerintah. Dengan demikian, pungkas Ramli, Januari 2021 nanti, guru-guru kita akan jauh lebih siap dengan kualitas pembelajaran yang lebih baik.
“Andai saja dulu Kemdikbud menerima usulan IGI menunda tahun ajaran baru ke Januari 2020 maka enam bulan ini bisa digunakan untuk mendorong lahirnya ide-ide baru atau kreativitas-kreativitas baru dari anak didik jika difasilitasi oleh pemerintah terutama kemdikbud. Tentu saja perlu ide-ide brilian untuk memfasilitasi hal tersebut terjadi pada anak didik. Bahkan anak didik bisa saja memiliki capaian khusus misalnya enam bulan hafal Al Qur’an, membantu orang tua secara serius, membuat studi khusus yang kreatif, dan sebagainya,” tutup Ramli. (*)
Editor: Darmawan