ACEHSIANA.COM, Kampala – Pemimpin negara-negara Gerakan Non-Blok (NAM) mengecam operasi militer Israel di Gaza dan menuntut gencatan senjata segera. Hal ini disampaikan dalam pertemuan tahunan 120 negara anggota blok tersebut yang berlangsung di Kampala, Uganda, pada 15-20 Januari 2024.
Pertemuan NAM, yang merupakan forum negara-negara yang tidak berafiliasi dengan blok kekuatan besar manapun, dihadiri oleh puluhan kepala negara dan pejabat pemerintah dari negara-negara berkembang. NAM dibentuk pada tahun 1961 sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonialisme, imperialisme, dan perang dingin.
Dalam pertemuan tersebut, para pemimpin NAM menyuarakan solidaritas dan dukungan mereka kepada rakyat Palestina yang mengalami krisis kemanusiaan akibat serangan udara dan darat Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban jiwa akibat serangan Israel sudah mencapai lebih dari 24 ribu orang, termasuk perempuan dan anak-anak.
“Sejak 7 Oktober kami telah menyaksikan salah satu aksi genosida paling keji yang pernah tercatat dalam sejarah,” kata Wakil Presiden Kuba Salvador Valdes Mesa dalam pidatonya pada delegasi NAM, Jumat (20/1).
“Bagaimana bisa negara-negara Barat, yang mengklaim peradaban, membenarkan pembunuhan perempuan dan anak-anak di Gaza, pengeboman tanpa pandang bulu pada rumah sakit dan sekolah dan perampasan akses pada air dan makanan yang aman,” tambahnya.
Ketua Dewan Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat menyerukan penghentian apa yang ia sebut “perang tidak adil terhadap rakyat Palestina.” Ia juga mendesak agar Israel menghormati hak-hak dasar dan martabat rakyat Palestina, serta mengakhiri pendudukan dan penjajahan di wilayah Palestina.
Hampir semua negara Afrika bergabung dengan NAM yang mencakup hampir setengah dari negara anggota PBB. India, Indonesia, Arab Saudi, Iran, Chile, Peru dan Kolombia juga termasuk dalam anggota NAM. Presiden Uganda Yoweri Museveni menjadi ketua NAM untuk periode 2024-2026, menggantikan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev.
Israel, yang tidak termasuk dalam anggota NAM, mengatakan operasi militernya di Gaza adalah bagian dari upaya membela diri dari serangan roket yang dilancarkan oleh Hamas, kelompok militan yang menguasai Gaza. Israel juga membantah tuduhan genosida dalam kasus yang diajukan Afrika Selatan ke Mahkamah Internasional (ICJ).
Dalam pertemuan itu, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan perang di Gaza menunjukkan ketidakmampuan PBB, terutama Dewan Keamanan, dalam menyelesaikan konflik internasional. Ia mengkritik Amerika Serikat, sekutu utama Israel, yang berulang kali memveto resolusi yang mengkritik Israel.
“Kami harus mendirikan sistem pemerintahan global yang adil dan merata, dan memiliki kapasitas untuk menanggapi kebutuhan semua orang dalam situasi ancaman dan kerugian,” kata Ramaphosa. (*)
Editor: Darmawan