Menu
Leading News For Education For Aceh

Penyesalan

  • Bagikan

Oleh: Nazma Dhiva Kamila

 

“Kamu kalau jaga anak bisa becus ga sih?!”

“Emang kamu pikir kamu udah becus ngurusin anak?!”

“Inget Alexa, aku itu kerja. Dan ngurus anak itu urusan kamu.”

“Kamu bilang kamu kerja? Denger ya Mas, aku itu bukan cewek bodoh yang bisa kamu bohongin gitu aja. KAMU ADA MAIN KAN DI BELAKANG AKU?!!”

“JAGA MULUT KAMU ALEXA!!!”

Plak…

Sebuah tamparan berhasil mendarat di pipi kiri seorang wanita yang berusia kepala tiga. Iya bernama Alexa William. Ia tak percaya, bahwa sang suami (Farel Adi Pratama William) berani menamparnya. Ini kali pertama Farel menampar Alexa, dan itu hanya karena anak mereka (Sevanya Adi Pratama William) keluar tadi malam.

Setelah menampar Alexa, Farel baru menyadari bahwa anak tunggal semata wayangnya menyaksikan adegan yang terjadi antara ia dan Alexa. Sebenarnya, hari ini merupakan hari pertama untuk Alexa menjalani kehidupan di Universitas ternama di Indonesia sebagai Mahasiswi baru setelah tamat dari SMA Candra Kusuma.

Perlahan Sevanya mendekati Farel dan Alexa. Seharusnya hari ini merupakan hari bahagianya dia. Tapi, semua sirna semenjak tadi malam.

Flash back on:

Sevanya dan Karin (sahabat Sevanya dari SD) jalan-jalan ke mall yang dekat rumah Sevanya. Sevanya sudah meminta izin kepada Alexa. Sebenarnya, Alexa merasa sedikit khawatir, namun karena Alexa berpikir Sevanya sudah cukup umur untuk keluar malam, jadi ia izinkan dengan syarat Sevanya tidak pulang telat.

Ketika Sevanya dan Karin sedang asyik berbelanja untuk keperluan kuliah, ia tidak sengaja menjumpai sang Papa sedang duduk dan bermesraan dengan wanita lain. Disitu, ia sempat tidak percaya karena ia melihat dari sisi samping pria tersebut. Tapi ketika pria itu menoleh, benar saja itu Papanya Sevanya. Farel terkejut begitu mendapati anaknya ke mall malam-malam seperti ini. Ia tidak menyangka jika anaknya akan menemukannya ketika sedang seperti ini.

Sevanya menggelengkan kepalanya perlahan. Ia sangat tidak percaya dengan apa yang terjadi. Sevanya memutar balik badannya dan berlari sekencang mungkin. Ingin rasanya ia untuk memutar waktu, ia tidak ingin pergi ke mall ini. Ia menyesal.

Farel bangun hendak mengejar anaknya. Namun wanita yang berada di samping Farel malah menghentikannya. “Mas, kamu mau kemana?” Tapi Farel malah tak menggubris sama sekali. Ia menyentak tangan yang memegangnya tersebut dan berlari mengejar anaknya. Ia melewati Karin begitu saja yang masih mematung belum mengerti dengan keadaan yang sedang terjadi sekarang.

“Nak, dengerin dulu penjelasan dari Papa.” Ujar Farel ketika sudah berhasil meraih tangan anak gadis semata wayangnya tersebut.

“Apa yang mau Papa jelasin lagi, hah? Semua udah jelas, Pa. Papa tahu? Tiap malem Mama selalu nungguin Papa yang katanya lembur. Tapi, sekarang aku tahu lembur apa yang Papa maksud. Lembur yang Papa maksud lembur sama cewek lain kan. Apa kurangnya Mama, pa? Mama itu sempurna. Tapi sayang, Mama malah ketemu sama Papa yang ga bersyukur sama sekali.”

“Cukup!” Farel semakin frustasi karena mendengar semua unek-unek yang Sevanya keluarkan.

Sevanya terkekeh sinis, “Udah dulu ya, Pa. Aku mau pulang. Tenang aja, aku ga akan bilang apa-apa sama Mama. ‘Untuk saat ini’” ucap Sevanya dengan penekanan pada akhir kalimat. Sevanya melangkah pergi meninggalkan Farel sendiri.

“Arrrghhh…” Farel mengacak rambutnya frustasi. Bagaimana ini? Apa yang harus ia lakukan?

Flash back off.

Tak terasa, air mata kembali mengalir di pipi Sevanya setelah mengingat kejadian tadi malam. Kini ia telah berada di hadapan Farel dengan wajah dan mata yang memerah. Kini ia tidak tahu, apakah ia marah, kecewa, atau tidak menyangka dengan apa yang ia liat sekarang. Ia menatap kedua manik mata Farel dengan wajah yang semakin memerah dan tangan yang di genggam dengan sekuat tenaga.

Plak…

Farel tidak menyangka anaknya berani menamparnya seperti ini. Ini di luar dugaannya. Ia terdiam membisu dan memegang pipi yang di tampar oleh anaknya dengan perasaan yang campur aduk.

“Cukup ya, Pa. Aku udah tahu semuanya, Pa. Papa berani giniin Mama karena perempuan itu kan. Papa tahu ga, kalau Papa udah bikin aku sama Mama kecewa Pa. Udah berapa banyak cewek yang Papa jadiin selingkuhan, hah? JAWAB AKU, PA!” Sevanya sudah diambang batas. Ia tidak akan menahan emosinya kali ini setelah melihat Alexa di tampar oleh Farel.Farel terdiam. tidak tahu ini semua kesalahannya. Dan ia menyesal.

“Maafin Papa ya, nak. Semalem itu cuma client Papa.” Alibi Farel.

” Client Papa bilang? GA ADA CLIENT NYENDER-NYENDER GITU YA PA!” Teriak Sevanya tepat didepan wajah Farel.

“Bukan gitu, Nak. Papa bisa jelasin semuanya.” Kini Farel telah kalang kabut dibuat Sevanya. Ia bingung sekarang harus apa. Bagaimana cara menjelaskan semuanya?

“Kayaknya ga ada lagi yang perlu dijelasin, Pa. Semua udah jelas. Jujur Pa, aku kecewa sama Papa.” Dengan raut wajah kecewa, Sevanya menarik perlahan tangan Alexa dan membawa Alexa pergi dari rumah itu.

” Kita mau kemana Sevanya?” Tanya Alexa.

“Ke tempat dimana dia ga akan nemuin kita.” Jawab Sevanya sambil terus berjalan membawa Alexa.

Farel kini hanya mampu menatap kepergian kedua wanita yang dia sayangi. Ingin dia menghentikan mereka. Namun ketika mengingat apa yang telah ia lakukan kakinya menjadi keram dan lidahnya menjadi kelu. Hingga kedua wanita itu menghilang di balik pintu, hanya setetes air mata yang menetes dan mengalir di pipi Farel. Kini ia merasakan kehilangan yang sangat.

10 tahun kemudian…

“Dengan ini Coffee Shop yang bernama Anya Coffee milik saya sendiri resmi di buka.” Tepuk tangan memenuhi halaman caffe yang kini resmi di buka.

“Karena hari ini perdana, jadi silahkan kalian untuk mencoba semua jenis kopi disini secara gratis.” Sorak dari para konsumen pun terdengar. Dan semua masuk ke dalam Coffee Shop tersebut dan melanjutkan aktivitas masing-masing. Ada yang bekerja dan ada yang sekedar mencoba varian kopi di Coffee Shop tersebut.

Ini merupakan cabang keduanya setelah ia diberikan sebuah cafe oleh Karin untuk di kelola. Ia bangga dengan dirinya karena bisa sesukses ini sekarang. Tapi di hari bahagianya ini, Karin tidak dapat hadir karena sedang ada bisnis di luar negeri.

“Sekarang kamu sudah sukses Sevanya. Papa bangga dengan kamu.” Sevanya dan Alexa menoleh ke arah suara tersebut. Mereka mendapati Farel dengan baju lusuh dan tidak terawat.

“Mas, kamu kenapa jadi gini sekarang” tanya Alexa yang langsung berlari menghampiri Farel sang suami.

“Setelah kepergian kalian, aku ga bisa kerja dengan baik dan hasilnya perusahaan bangkrut semua dan aku harus pindah ke kontrakan kecil dan jadi pengemis karena ga ada kerjaan yang tepat untuk aku.” Jelas Farel dengan nada dan raut wajah menyesal.

“Sevanya, tolong maafin Papa ya. Papa nyesel. Papa ga mau kehilangan kalian. Hanya kalian yang Papa punya.” Fare menangis dengan tersedu-sedu.

“Ayolah, nak. Maafin Papa kamu. Bagaimana pun, dia yang udah berjasa sama kamu sampe kamu bisa sesukses ini. Dia juga udah dapetin balasan dari yang maha kuasa dengan pantas.” Bujuk Alexa.

Menghembuskan nafas pasrah, ia mengangguk pertanda ia memaafkan Farel. Sevanya menghampiri kedua orangtuanya dan berpelukan. Ketiganya kini hidup berbahagia dan semakin banyak cabang yang mereka keluarkan.

  • Bagikan
"zone name","placement name","placement id","code (direct link)" direct-link-575147,DirectLink_1,17796333,https://earlierindians.com/j9hc8f2u?key=0215f31837d1d1f6258a99206aaefbf3 direct-link-575147,DirectLink_2,19132374,https://earlierindians.com/n0znctu1?key=472816a51fea2a2e83dc52e72f60df5a