ACEHSIANA.COM, Jakarta – Perhimpunan untuk Pendidikan Guru (P2G) meminta agar pelatihan guru tidak hanya berorientasi pada Programme for International Student Assessment (PISA) saja. Permintaan tersebut disampaikan Koordinator P2G, Satriwan Salim dalam diskusi daring pada Jumat (13/11) di Jakarta.
Menurut Satriwan, pelatihan guru harus lebih berdasarkan pada masalah yang dihadapi guru di lapangan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sejauh ini telah menyusun beberapa kebijakan, di antaranya menghapus Ujian Nasional (UN) yang selanjutnya meluncurkan program Asesmen Nasional (AN) dan program guru penggerak. Satriwan menilai, semua tujuan kebijakan tersebut adalah untuk meningkatkan nilai PISA Indonesia.
“Kemendikbud di era sekarang berorientasi peningkatan PISA. Saya rasa tidak semata-mata harus seperti ini, mestinya pelatihan guru itu berdasarkan maslaahnya apa. Apa yang riil dihadapi guru,” lanjut Satriwan.
Satriwan menjelaskan, permasalahan yang berkaitan dengan kompetensi guru tidak sekadar terkait dengan PISA. Ia mencontohkan, yang dialami SMK, kekurangan guru produktif. Guru produktif di SMK saat ini masih kebanyakan memiliki latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan yang diajarkan.
PISA adalah sebuah hasil survei evaluasi sistem pembelajaran yang mengukur siswa di jenjang pendidikan menengah. Survei ini dilakukan oleh The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), diikuti oleh anak-anak berusia 15 tahun dari 78 negara. Pada tahun 2018, Indonesia berada pada peringkat ke-71.
Terkait dengan kompetensi guru, Satriwan juga mengatakan perlunya untuk memperkuat peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Menurutnya, MGMP adalah tempat para guru berkumpul dan saling berbagi permasalahan pembelajaran.
“MGMP inilah tempat guru berkumpul, mereka ada kegiatan intens, berbagi informasi, jadi harus ada Permendikbud yang memperkuat kelompok kerja guru,” pungkas Satriwan. (*)